Terkadang kita merasa seakan diabaikan oleh orang terdekat kita ataupun orang yang ada disekeliling kita. Kehadiran kita seakan tidak diperlukan oleh sebagian orang mengapa, entahlah. Mungkin memang pribadi kita tidak bisa memenuhi ekspetasi mereka.
Seharusnya Kita tidak perlu merasa sedih atau berkecil hati dengan memikirkan perlakuan tersebut. Kita harus mampu mengendalikan emosi kita agar kesehatan mental kita dapat terjaga. Kita juga dapat mencurahkan perasaan kita kepada seseorang yang mampu memahaminya sehingga beban yang menumpuk dalam hati dan pikiran dapat berkurang.
Ada kalanya hati terasa jenuh akan hal hal negatif, pikiran setiap saat menjadi overthinking.. Sebagai makhluk sosial, pengalaman tersebut cenderung memicu kekecewaan yang dalam. Selain itu, kita mungkin merasa sedih, bingung, bahkan marah. Akan tetapi, perasaan tersebut bisa diatasi, misalnya dengan mengendalikan emosi, mengambil sikap, dan mencari solusi.
Tak mengapa jika diabaikan, cobalah untuk memahami alasan dibalik perlakuan tersebut perbanyaklah pikiran yang positif sehingga pikiran negatif tidak bisa memasuki ruang lingkup otak kita. Dan yang terutama sekali, jangan lupa tetap ingat untuk selalu menghadirkan Allah dalam pikiran dan hati kita agar jiwa terasa tenang dan tidak terlalu mengharap kepada lingkungan.
Abu Hurairah pernah meriwayatkan hadis qudsi yang menyebutkan, _"Aku berada dalam prasangka hamba-Ku, dan Aku selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diri-Ku, dan jika ia mengingat-Ku dalam perkumpulan, Aku mengingatnya dalam perkumpulan yang lebih baik daripada mereka, jika ia mendekatkan diri kepada- Ku sejengkal, Aku mendekatkan diri kepadanya sehasta, dan jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sehasta, Aku mendekatkan diri kepadanya sedepa, jika ia mendatangi-Ku dalam keadaan berjalan, Aku mendatanginya dalam keadaan berlari." (HR Bukhari dan Muslim)._
🥀 Indah Nurfajri 🥀
