Nak,
Sebelum ayah dan ibu menutup mata untuk selamanya, ada satu pesan yang ingin kami titipkan padamu. Bukan warisan harta, bukan bekal dunia, tapi sebuah pesan yang semoga terus hidup di hatimu sampai akhir hayatmu nanti:
"Nak, ingat… kita semua akan meninggal. Maka, baik-baiklah di dunia."
Dunia ini fana, penuh gemerlap tapi juga tipuan. Apa pun yang kau kejar, jangan sampai membuatmu lupa bahwa hidup ini hanya singgah sebentar. Kita tak tahu kapan waktunya, tapi pasti akan tiba. Maka selama kau masih diberi napas, gunakan dengan bijak, jangan menyakiti orang lain, jangan zalimi dirimu sendiri, dan jangan lupa Tuhanmu.
Baik-baiklah, Nak.
Baik dalam berkata. Baik dalam bersikap. Baik dalam memilih teman. Baik dalam menjalani pekerjaan. Baik dalam menjaga nama keluarga.
Karena setelah kami tiada, hanya itulah yang bisa membuat nama kami tetap harum atau justru ternoda.
Kami tidak bisa mendampingimu selamanya. Tapi pesan ini, biarlah menjadi pelita. Saat kau lelah, saat kau goyah, saat kau hampir menyerah—ingat pesan kami:
"Dunia ini ujian, tapi akhirat tujuan. Maka baik-baiklah selama menempuhnya."
Maafkan segala kekurangan kami sebagai orang tuamu. Doakan kami dalam setiap sujudmu. Jika ada kebaikanmu di dunia, itu adalah pahala yang terus mengalir bagi kami. Jika ada airmatamu karena rindu, percayalah—cinta kami tak pernah mati.
Nak, hidup ini singkat.
Jangan lupa untuk tetap rendah hati, takut pada Tuhan, dan menyayangi sesama. Jadilah manusia yang tidak hanya hidup untuk dirinya sendiri, tapi memberi arti bagi orang lain.
Kelak, kita akan bertemu lagi.
Bukan di dunia, tapi di alam yang kekal, insyaAllah.
Dan saat itu tiba, semoga kita semua termasuk orang-orang yang tersenyum, bukan yang menyesal.
Titipan ini bukan untuk ditangisi, tapi untuk dijalani.
Karena hidup bukan soal berapa lama, tapi seberapa baik kau menjalaninya.
Dengan cinta yang tak akan pernah habis,
Ayah dan Ibumu.
