Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Di Perantauan, Ibu Meninggal: Kami Tidak Bisa Kembali

Jumat, 11 April 2025 | 19:34 WIB Last Updated 2025-04-11T12:35:59Z

:



Kami anak-anak perantauan. Kami berangkat jauh dari kampung halaman, dengan harapan dan doa orang tua. Di stasiun, di pelabuhan, di bandara—kami melambai sambil memikul harapan. Seringkali, di antara doa-doa itu, ada suara lirih ibu yang berkata: "Hati-hati di jalan, jangan lupa pulang."

Tapi kami tidak pulang.

Bukan karena lupa, bukan karena enggan. Hidup di rantau penuh liku, waktu kami habis untuk bekerja, bertahan, dan mengejar cita-cita yang dulu orang tua tanamkan. Kami terlalu sibuk membangun masa depan, sampai tak sadar waktu telah menggusur banyak hal: usia orang tua, kesehatan mereka, dan kesempatan terakhir untuk menatap wajahnya.

Sampai suatu malam, telepon berdering. Kabar duka datang tanpa aba-aba:
"Ibumu sudah tiada."

Kami terdiam. Kaki terasa lumpuh. Kami tidak ada di sana. Kami tidak bisa kembali. Pandemi pernah menghalangi. Tiket pesawat mendadak mahal. Libur kerja tak tersedia. Ada yang terjebak visa, ada yang terlilit hutang. Dan pada akhirnya, kami hanya bisa mengirim doa dari kejauhan, sambil menggigit air mata yang menyesak di kerongkongan.

Kami tidak memeluk ibu di saat terakhirnya. Kami tidak sempat mencium keningnya yang dingin. Kami tak ada saat ia menatap langit-langit rumah untuk terakhir kalinya, barangkali berharap melihat wajah anak-anaknya.

Kami anak-anak perantauan. Kami dibesarkan dengan kasih yang tak terbalas sempurna. Kami pergi untuk membanggakan, tetapi pulangnya tertunda hingga segalanya terlambat. Hari ini kami sukses, kami punya pekerjaan, gelar, dan mungkin rumah yang besar—tapi apa gunanya semua itu jika tak bisa hadir di sisi ibu saat nafas terakhirnya?

Kini, ibu hanya ada dalam doa. Di setiap sujud, kami selipkan nama yang dulu memanggil kami dengan kasih. Di setiap malam sepi, kami menatap langit dan bertanya: "Apakah ibu tahu, kami tidak sengaja meninggalkannya sendiri?"

Bukan karena tak cinta, tapi karena hidup terkadang kejam pada jarak dan waktu.

Catatan Akhir