Setiap bangsa yang besar lahir dari gerakan pemuda yang jujur dan tulus. Sejarah Indonesia mencatat, bahwa kemerdekaan yang kita nikmati hari ini bukan semata hadiah dari penjajah atau hasil kompromi politik, melainkan buah dari keberanian, ketulusan, dan semangat juang pemuda yang tidak mau berkhianat terhadap cita-cita bangsanya.
Namun hari ini, kita harus jujur bertanya: di manakah semangat itu? Di manakah idealisme yang dulu diagungkan oleh para pendahulu? Apakah pemuda hari ini masih setia pada cita-cita bangsa, atau justru menjadi bagian dari dusta dan pengkhianatan terhadap rakyatnya sendiri?
Gerakan Pemuda: Dari Jalanan ke Kursi Kekuasaan
Dalam catatan sejarah, pemuda adalah elemen yang paling berani. Mereka tidak takut melawan tirani, berteriak di jalanan, dan mengibarkan semangat perubahan. Dari Sumpah Pemuda 1928 hingga Reformasi 1998, pemuda menjadi garda depan yang mengguncang kekuasaan yang lalim.
Sayangnya, setelah gelombang besar perubahan itu, sebagian pemuda lupa diri. Ketika kursi-kursi empuk kekuasaan terbuka, idealisme mulai terkikis oleh kepentingan pribadi. Dusta demi dusta dilanggengkan atas nama kepentingan politik. Pengkhianatan terhadap amanat rakyat justru dilakukan oleh mereka yang dahulu berteriak lantang di jalanan.
Inilah ironi gerakan pemuda kita hari ini: berani bicara, tapi takut bertindak. Keras di luar, lunak di dalam. Semangatnya membakar saat kamera menyala, namun redup ketika godaan jabatan dan materi datang.
Jangan Ada Dusta di Antara Kita
Gerakan pemuda seharusnya dibangun di atas kejujuran. Pemuda harus jujur kepada dirinya sendiri: apa tujuan bergerak? Untuk siapa suara itu diteriakkan? Apakah demi rakyat, atau demi posisi? Apakah demi kebenaran, atau demi pesanan?
Dusta kecil di awal gerakan bisa menjadi pengkhianatan besar di ujung perjuangan. Pemuda yang pura-pura peduli hanya untuk pencitraan, sama buruknya dengan mereka yang diam membiarkan kezaliman.
Jangan biarkan gerakan pemuda diisi oleh mereka yang lidahnya fasih berbicara keadilan, tapi hatinya sibuk menghitung keuntungan pribadi. Jangan biarkan anak muda menjadi alat kekuasaan, yang dijadikan tameng saat rezim terancam, lalu dibuang ketika semua aman terkendali.
Jangan Ada Pengkhianatan di Balik Bendera Perjuangan
Lebih berbahaya dari dusta adalah pengkhianatan. Pemuda yang mengkhianati gerakannya sendiri, yang menjual idealisme untuk materi, yang berpura-pura berjuang padahal sedang bermain di dua kaki, sejatinya telah menikam bangsanya sendiri.
Pengkhianatan dalam gerakan pemuda itu nyata. Kita bisa melihatnya hari ini — organisasi pemuda yang lahir dari semangat rakyat, kini sibuk berebut akses kekuasaan. Lembaga-lembaga yang dulu vokal melawan ketidakadilan, kini bungkam karena sudah terikat proyek dan kepentingan elit.
Gerakan yang awalnya murni suara rakyat, berubah menjadi agenda pribadi segelintir orang. Pemuda yang mestinya jadi benteng terakhir moral bangsa, malah terjerat dalam lingkaran pragmatisme.
Saatnya Kembali ke Jalan Lurus
Jika pemuda ingin tetap dihormati, maka jangan ada dusta di antara kita. Jangan ada pengkhianatan dalam gerakan ini. Biarlah suara pemuda tetap lantang, meskipun tanpa kamera. Biarlah langkah pemuda tetap tegak, meskipun tanpa panggung.
Pemuda harus kembali menata barisan. Menyaring siapa kawan, siapa yang berpura-pura. Menyingkirkan oportunis, menguatkan yang idealis. Karena tanpa itu, gerakan pemuda hanya akan jadi pelengkap penderita dalam sejarah bangsa.
Gerakan pemuda adalah milik rakyat, bukan alat kekuasaan. Ia harus menjadi suara bagi mereka yang tertindas, bukan justru memanfaatkan penderitaan rakyat sebagai jalan menuju kursi empuk.
Penutup: Bangun Gerakan yang Bersih dan Tulus
Bangsa ini terlalu mahal untuk dijadikan mainan politik sesaat. Pemuda terlalu berharga untuk dijadikan alat kepentingan elit. Jika benar ingin melihat bangsa ini maju, maka mulailah dari kejujuran di antara pemuda.
Mari bangun gerakan yang tulus, jujur, tanpa dusta, tanpa pengkhianatan. Gerakan yang tak sekadar bising di media sosial, tapi juga nyata di jalanan, di kampung-kampung, di desa-desa, membela hak rakyat kecil.
Karena kelak, sejarah akan mencatat: siapa pemuda yang setia berjuang, dan siapa yang berkhianat diam-diam.