Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Asmara dan Runtuhnya Masa Depan

Kamis, 05 Juni 2025 | 12:52 WIB Last Updated 2025-06-05T05:53:01Z



Di balik senyum manis sepasang muda-mudi yang sedang dimabuk cinta, seringkali tersembunyi ancaman yang tak kasat mata: masa depan yang perlahan-lahan runtuh. Asmara yang semestinya suci dan penuh nilai tanggung jawab, kini kerap diperlakukan seperti permainan ringan yang hanya mengejar hasrat sesaat, tanpa peduli luka dan dampaknya di kemudian hari.

Kita hidup di era di mana cinta mudah diumbar, tapi sulit dipertanggungjawabkan. Anak muda dengan bangga memamerkan kisah asmaranya di media sosial, berpacu menunjukkan kedekatan fisik tanpa menyadari bahwa semakin jauh mereka melangkah tanpa ikatan dan norma, semakin dekat pula jurang kehancuran yang menanti.

Ketika Cinta Tak Lagi Punya Etika

Seiring waktu, nilai cinta perlahan mengalami pergeseran. Asmara yang seharusnya membangun, kini justru banyak yang merusak. Betapa banyak anak muda yang rela mengorbankan pendidikan, impian, bahkan harga diri hanya demi mempertahankan hubungan yang rapuh dan tak jelas arah.

Fenomena pacaran bebas yang semakin terbuka di ruang publik maupun media digital menciptakan generasi yang lebih sibuk mencari validasi cinta daripada merancang masa depan. Akibatnya, angka putus sekolah, hamil di luar nikah, hingga bunuh diri karena patah hati terus bertambah.

Bahkan lebih tragis, banyak anak muda yang rela melakukan tindakan kriminal demi pasangan, dari pencurian, perkelahian, hingga kasus aborsi ilegal. Semua demi mempertahankan “cinta” yang sebetulnya penuh kebohongan dan semu.

Orang Tua dan Lingkungan yang Mulai Lengah

Masalah ini tak bisa sepenuhnya dibebankan kepada anak muda. Orang tua dan lingkungan sosial juga punya peran besar dalam membentuk karakter dan kontrol pergaulan mereka. Ketika orang tua terlalu sibuk dengan dunia masing-masing, tak peduli apa yang dilakukan anaknya di luar rumah, maka benih-benih kerusakan mulai tumbuh.

Di sisi lain, masyarakat kita mulai permisif. Pacaran yang dulu dianggap tabu kini dianggap lumrah. Bahkan, sebagian orang tua bangga anaknya punya banyak pasangan. Hal ini makin diperparah dengan tontonan di media yang secara vulgar mengeksploitasi romansa anak muda tanpa batas moral.

Dampak Asmara yang Salah Arah

Tak ada yang salah dengan cinta. Yang keliru adalah ketika cinta dijadikan alasan untuk mengabaikan tanggung jawab diri, keluarga, dan masa depan. Banyak anak muda yang kehilangan kesempatan emas dalam hidup hanya karena terjebak asmara tanpa batas.

Berapa banyak pelajar cerdas yang gagal menamatkan sekolah karena hamil di luar nikah?
Berapa banyak mahasiswa berprestasi yang terpuruk karena patah hati lalu memilih bunuh diri?
Berapa banyak keluarga yang hancur akibat hubungan terlarang antar remaja?

Semua itu terjadi karena cinta yang salah arah dan asmara yang dibiarkan liar tanpa kendali.

Solusi: Bangun Cinta Berbasis Nilai

Tak bisa dipungkiri, naluri cinta adalah fitrah. Tapi harus ada aturan dan nilai moral yang menjaga agar cinta tidak menjadi petaka.

  1. Ajarkan Nilai Cinta Sejati
    Cinta bukan sekadar kata manis atau rayuan, tapi soal tanggung jawab dan keseriusan. Sejak dini, anak-anak perlu dididik soal makna cinta yang benar.

  2. Orang Tua Jangan Lengah
    Peran orang tua bukan hanya soal makan, minum, dan sekolah. Tetapi juga memastikan anak-anak tidak salah dalam memilih pergaulan dan pasangan hidup.

  3. Lingkungan yang Peduli
    Kita butuh masyarakat yang tidak apatis. Jangan biarkan anak-anak muda tersesat karena lingkungan yang permisif.

  4. Kontrol Media Sosial
    Cegah anak-anak muda dari konten-konten yang merusak nilai moral. Edukasi digital harus sejalan dengan pendidikan karakter.

  5. Bangun Program Bimbingan Remaja
    Pemerintah dan komunitas sosial perlu aktif menghadirkan ruang-ruang diskusi, konseling, dan bimbingan cinta yang sehat bagi anak-anak muda.

Penutup: Jangan Biarkan Cinta Meruntuhkan Masa Depan

Asmara adalah anugerah, tapi jika salah arah bisa menjadi petaka. Cinta tanpa nilai hanya akan melahirkan luka, trauma, dan kehancuran masa depan. Sudah saatnya kita semua, baik orang tua, pendidik, tokoh agama, maupun pemerintah, mengambil peran aktif untuk membimbing generasi muda agar tidak terjebak dalam cinta semu yang merusak.

Karena masa depan bangsa ini ada di tangan anak-anak muda yang tidak hanya cerdas, tapi juga punya moral dan etika dalam membangun kisah cintanya.


Azhari 
Pemerhati Sosial dan Remaja