Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Azan dan Istiqamah dalam Kehidupan

Rabu, 04 Juni 2025 | 20:05 WIB Last Updated 2025-06-04T13:05:56Z




Oleh: Azhari 

Dalam hiruk pikuk dunia yang makin bising oleh suara ambisi, dendam politik, perebutan harta, dan kerakusan jabatan, masih ada satu suara yang tak pernah lelah memanggil kita: suara azan.

Lima kali sehari, azan dikumandangkan dari menara-menara masjid. Seruan itu bukan sekadar panggilan untuk shalat, tapi isyarat ilahi agar manusia kembali mengingat asal-usulnya, mengingat Sang Pencipta, dan sejenak berhenti dari urusan dunia.

Sayangnya, semakin ke sini, suara azan hanya didengar, tapi tak diresapi. Azan lewat begitu saja, sementara manusia tetap sibuk dengan urusannya masing-masing. Bahkan ada yang hatinya tak lagi bergetar saat azan terdengar, tanda betapa keras dan kotornya hati oleh urusan dunia.

Azan, Panggilan Kehidupan

Azan bukan sekadar seruan menuju masjid. Ia adalah panggilan untuk kembali ke jalan kebaikan. Setiap kali muazin berseru “Hayya ‘alash sholah” (mari shalat) dan “Hayya ‘alal falaah” (mari menuju kemenangan), sejatinya Allah sedang mengingatkan manusia bahwa kemenangan sejati bukan di meja kekuasaan atau tumpukan harta, melainkan di atas sajadah, dalam sujud yang ikhlas.

Azan juga mengajari kita tentang waktu. Hidup ini ada batasnya. Waktu terus berjalan. Tiap kumandang azan adalah pengingat bahwa umur terus berkurang, dan kesempatan kebaikan semakin sempit.

Istiqamah, Kunci Hidup Berarti

Setelah azan, ada panggilan lebih berat: istiqamah. Karena seringkali manusia mudah tergerak sekejap, tapi sulit bertahan dalam kebaikan. Istiqamah berarti tetap di jalan yang benar, meskipun jalan itu sepi, berat, dan penuh ujian.

Rasulullah SAW bersabda,
"Katakanlah: aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah."
(HR. Muslim)

Banyak orang bisa berubah seketika, tapi sedikit yang mampu bertahan dalam perubahan baik itu. Karena istiqamah butuh keberanian, keteguhan hati, dan keyakinan bahwa balasan Allah lebih baik daripada pujian manusia atau gemerlap dunia.

Azan dan Istiqamah di Zaman Modern

Di era gadget, politik transaksional, dan budaya instan, suara azan sering kalah oleh dering notifikasi, suara debat kusir politik, atau suara candaan kosong. Istiqamah pun makin langka, karena lebih mudah ikut arus daripada berpegang teguh pada prinsip.

Padahal, bangsa ini butuh orang-orang yang istiqamah. Bukan sekadar rajin shalat, tapi juga jujur dalam kerja, adil dalam kepemimpinan, amanah dalam jabatan, dan berani membela yang benar meskipun sendirian.

Penutup

Azan adalah panggilan ilahi yang akan terus berkumandang hingga akhir zaman. Ia mengajak manusia kembali kepada Allah, sementara dunia terus memanggil manusia untuk berpaling dari-Nya. Pilihan ada di tangan kita.

Apakah kita ingin menjadi manusia yang hatinya tersentuh tiap kali azan berkumandang, lalu istiqamah dalam kebaikan? Atau sekadar menjadi manusia yang hanya menjadikan azan sebagai suara latar tanpa makna?

Mari kita jadikan azan sebagai pengingat, dan istiqamah sebagai pegangan hidup. Karena hanya dengan itu, hidup kita benar-benar berarti, bukan hanya di dunia — tapi juga di sisi Allah kelak.