Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Refleksi Ketika Ibu Sudah Tiada, Semua terasa hampa

Minggu, 20 Juli 2025 | 00:44 WIB Last Updated 2025-07-19T17:45:05Z

Refleksi Ketika Ibu Sudah Tiada, Semua Kita Berbeda Rasa


Tak ada kehilangan yang benar-benar bisa didefinisikan dengan sempurna, kecuali kehilangan seorang ibu. Saat ibu masih ada, kita mungkin lalai. Kita merasa waktu bersamanya akan panjang. Kita sibuk dengan urusan dunia, mengabaikan teleponnya, menunda pulang kampung, atau sekadar lupa menanyakan kabarnya. Tapi ketika ia telah tiada, semuanya berubah. Sunyi terasa lebih dalam, sepi terasa lebih tajam, dan semua rasa dalam hati tak lagi sama.

Dulu, ada seseorang yang selalu mendoakan kita tanpa kita tahu. Yang diam-diam menangis kala kita sakit. Yang tersenyum kala kita sukses, meski ia sendiri menahan sakit atau lelah. Itulah ibu. Malaikat tanpa sayap yang Allah titipkan untuk menjadi pelindung, guru, teman, dan penopang hidup.

Namun saat tanah telah menutup tubuhnya, kita baru sadar: tidak akan ada lagi suara yang kita rindukan setiap pagi. Tak akan ada lagi peluk hangat yang mampu menenangkan jiwa. Rumah masa kecil terasa kosong, bukan karena tak berpenghuni, tapi karena penghuninya yang paling mulia sudah kembali kepada Allah.

Dan di saat itu, barulah kita mengerti: semua rasa menjadi berbeda. Bahagia terasa hampa karena tak bisa dibagikan. Rindu tak bisa disampaikan. Penyesalan sering datang, andai bisa kembali satu hari saja untuk mencium tangannya, memijat kakinya, atau berkata, “Terima kasih Ibu.”

Inilah pelajaran terbesar: jangan menunggu kehilangan untuk mencintai. Jangan menunggu kematian untuk berbakti. Selagi ibu masih hidup, peluklah. Doakan. Luangkan waktu. Bahagiakan dia. Karena setelah ia pergi, doa kitalah yang menjadi penghubung satu-satunya.

Ibu memang telah tiada, tapi cintanya tak pernah mati. Maka teruslah berbuat baik sebagai bentuk bakti yang tak pernah usai.
Karena sesungguhnya, surga di bawah telapak kakinya bukan hanya tempat tujuan, tapi juga pengingat bahwa hidup tanpanya tak akan pernah sama.


Penulis Azhari