Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Demi Dikatakan Hebat: Sindir-Menyindir di Facebook, Ajang Petaka Moral

Sabtu, 30 Agustus 2025 | 16:17 WIB Last Updated 2025-08-30T09:19:26Z



Di era digital, media sosial seharusnya menjadi ruang silaturahmi, tempat berbagi ilmu, gagasan, dan inspirasi. Namun kenyataan sering berbanding terbalik: banyak yang menjadikan Facebook bukan sebagai ruang kebaikan, melainkan arena sindir-menyindir, pamer kehebatan, bahkan ajang menjatuhkan harga diri orang lain.

Ironinya, semua itu dilakukan demi dianggap hebat, berani, atau lebih unggul dari yang lain. Padahal, sejatinya sikap semacam itu hanya menunjukkan rapuhnya moral dan dangkalnya pemahaman tentang arti kehidupan.

1. Sindiran, Pamer, dan Citra Palsu

Tidak sedikit pengguna media sosial yang lebih senang mengunggah sindiran halus, menyinggung pihak tertentu, atau memamerkan kesuksesan semu. Tujuannya sederhana: ingin dipuji, ingin dikagumi, atau ingin menunjukkan bahwa dirinya lebih baik dari orang lain.
Namun, sikap ini justru melahirkan budaya iri, dengki, dan retaknya ukhuwah. Media sosial yang mestinya jadi perekat, malah berubah jadi jurang pemisah.

2. Moral yang Tergadaikan

Ketika sindir-menyindir menjadi kebiasaan, maka hilanglah rasa malu, tenggelamlah sopan santun, dan runtuhlah etika komunikasi. Lebih parah lagi, generasi muda yang tumbuh dalam budaya digital tanpa bimbingan akan menganggap sindiran sebagai hal biasa. Inilah awal dari kerusakan moral: ketika kata-kata tidak lagi digunakan untuk kebaikan, melainkan untuk melukai.

3. Generasi Masa Depan Butuh Keteladanan

Anak-anak muda kita bukan hanya belajar dari buku, tetapi juga dari layar gawai. Jika yang mereka lihat adalah budaya sindir dan saling jatuhkan, maka yang tertanam adalah kebiasaan serupa. Mereka kehilangan nilai ukhuwah, kehilangan rasa hormat, bahkan bisa tumbuh dengan jiwa yang keras dan egois.

Sebaliknya, jika media sosial kita isi dengan motivasi, inspirasi, ilmu, dan doa kebaikan, maka generasi masa depan akan tumbuh dengan karakter kuat. Mereka akan belajar bahwa kata-kata bisa menjadi obat, bukan racun.

4. Menjadi Hebat dengan Cara Bermoral

Hebat bukan berarti banyak menyindir. Hebat adalah ketika seseorang mampu menahan diri untuk tidak merendahkan orang lain. Hebat adalah ketika mampu memberi teladan, menulis kata-kata yang menyejukkan, dan mengajak orang lain pada kebaikan.

Bangsa yang besar bukanlah bangsa yang warganya saling menjatuhkan di dunia maya. Bangsa yang besar adalah bangsa yang rakyatnya mampu menjaga etika, baik di dunia nyata maupun dunia digital.


Motivasi untuk kita semua:
Jika ingin dikenang hebat, maka jadilah hebat karena memberi manfaat. Bukan karena sindiran, tapi karena doa. Bukan karena menjatuhkan, tapi karena mengangkat sesama.