Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Hidup yang Berguna Sebelum Meninggal”

Rabu, 05 November 2025 | 22:51 WIB Last Updated 2025-11-05T15:51:28Z




Kehidupan manusia sesungguhnya bukan diukur dari lamanya umur, tetapi dari seberapa banyak manfaat yang ditinggalkan. Sebab umur hanyalah hitungan tahun, sedangkan kebermanfaatan adalah nilai yang abadi. Banyak orang hidup panjang, tapi tak berarti. Sebaliknya, ada yang hidup sebentar, namun meninggalkan jejak kebaikan yang tak pernah padam.

Setiap manusia akan mati. Itu kepastian yang tak bisa dihindari. Namun yang membedakan antara satu dengan lainnya adalah apa yang dilakukan sebelum kematian itu datang. Hidup yang berguna bukan sekadar hidup untuk diri sendiri, melainkan hidup yang memberi arti bagi sesama.
Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
(HR. Ahmad)

Kata berguna sering disalahartikan hanya sebatas materi atau jabatan. Padahal maknanya jauh lebih luas. Seorang guru yang menanamkan ilmu dengan ikhlas, seorang petani yang bekerja jujur memberi makan banyak orang, seorang ibu yang mendidik anak dengan kasih sayang — semuanya adalah bentuk kehidupan yang berguna. Tidak perlu panggung besar untuk menjadi manusia bermanfaat, cukup lakukan kebaikan di ruang yang kita miliki dengan hati yang tulus.

Namun, zaman kini sering menipu kita dengan ukuran-ukuran semu. Banyak yang sibuk mengejar kekayaan dan popularitas, seolah itulah tanda keberhasilan. Padahal, di balik gemerlap itu, banyak hati kosong yang kehilangan makna hidup. Mereka hidup, tapi tidak benar-benar “berkehidupan”. Karena hidup yang sejati adalah yang memberi kehidupan bagi orang lain.

Menjadi manusia berguna berarti berani mengambil tanggung jawab moral — berbuat baik meski tidak dilihat, menolong meski tidak dibalas, memberi meski dalam kekurangan. Sebab kebaikan yang paling tinggi nilainya adalah kebaikan yang tidak diumumkan. Ia hanya ingin diridhoi oleh Tuhan, bukan dipuji manusia.

Kita sering lupa bahwa kematian bukan akhir, tetapi penutup buku kehidupan yang sedang kita tulis setiap hari. Maka setiap perbuatan, ucapan, dan pilihan hidup adalah kalimat-kalimat dalam buku itu. Dan ketika ajal datang, buku itu akan dibacakan — bukan di hadapan manusia, tetapi di hadapan Allah, Sang Penulis Kehidupan.

Manusia berguna bukan berarti manusia tanpa dosa, tetapi manusia yang tidak berhenti berusaha memperbaiki dirinya dan lingkungannya. Ia sadar bahwa waktu hidup sangat singkat, sehingga tak pantas dihabiskan untuk iri, membenci, atau menipu. Hidup yang bermakna adalah hidup yang diisi dengan cinta, ilmu, dan amal yang memberi manfaat jangka panjang — bahkan setelah jasad tak lagi bernyawa.

Lihatlah orang-orang besar yang namanya tetap dikenang. Mereka bukan hanya kaya, tapi memberi arti: ulama yang menulis ilmu, guru yang menanam akhlak, pejuang yang menegakkan kebenaran, dermawan yang menolong tanpa pamrih. Mereka telah mati, tapi kehidupan mereka terus hidup dalam amal jariyah, dalam ilmu yang diwariskan, dalam doa orang-orang yang merasakan manfaatnya.

Sebaliknya, betapa banyak orang yang hidupnya hanya untuk diri sendiri. Ia mati, lalu dilupakan. Tidak ada jejak kebaikan, tidak ada amal yang ditinggalkan. Seolah hidupnya hanya sebuah napas panjang tanpa tujuan. Itulah kematian dalam kehidupan — hidup yang tidak berguna sebelum mati yang sesungguhnya datang.

Maka, mari bertanya pada diri sendiri: apa yang sudah kita lakukan agar hidup ini berguna? Apakah kita hanya menjadi penonton dalam kehidupan orang lain, atau sudah menjadi sebab bagi hadirnya kebahagiaan, pengetahuan, dan kebaikan di dunia ini?

Hidup yang berguna tidak perlu menunggu tua, tidak menunggu kaya, dan tidak menunggu terkenal. Ia dimulai dari hati yang ingin memberi manfaat. Karena di mata Allah, yang paling mulia bukan yang paling tinggi jabatannya, tetapi yang paling banyak kebaikannya.

Sebelum ajal menjemput, jadikan setiap hari sebagai kesempatan untuk berguna. Sebab hidup yang tidak memberi manfaat bagi sesama, hanyalah sekadar perpanjangan umur tanpa makna. Dan kematian yang datang kepada manusia berguna, bukanlah kehancuran — melainkan kelahiran menuju keabadian.