Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

KISAH TGK. H. MUHAMMAD KASEM TB, ULAMA YANG FAQIH

Rabu, 19 Mei 2021 | 08:56 WIB Last Updated 2021-05-19T01:56:36Z
Beliau lahir di Lama Inong, salah satu kampung di kabupaten Blang Pidie. Meninggal dunia pada tahun 2005 dan dikebumikan di desa Gelanggang Teungoh, kabupaten Bireuen. 

Tgk. Kasem kecil merantau ke Labuhan Haji guna menuntut ilmu dan mengaji kepada Abuya Muda Wali. Beliau menorehkan banyak prestasi di dayah tsb. saat kelas 3, beliau disuruh gurunya untuk loncat kelas ke kelas 5, dari mengaji fathul mu'in loncat  ke mengaji mahalli, dari mengaji kitab matan loncat ke mengaji kitab syarah yg rumit. Tentunya hal tsb hanya bisa dicapai oleh orang-orang yang memiliki intelegensi question (IQ) tinggi. 

Tidak lama setelah itu, setelah melihat kematangan pikiran dan keilmuan Tgk. Kasem muda, gurunya Tgk Abdul Aziz atau yang akrab disapa Abon Aziz, mengajaknya untuk mengembangkan dayah di Samalanga, yang kemudian dikenal DAYAH MUDI MESRA. Beliau dan temannya Tgk. Ibrahim Ishaq (Abu Budi Lamno) menjadi guru pertama di dayah yang dipimpin Abon Aziz tsb. Makanya, generasi emas Mudi Mesra, seperti Tgk Ibrahim Bardan (Abu Panton, Tgk. Usman Ali (Abu Kuta Krueng), Tgk. Nuruzzahri (Waled nu), Tgk Hasanoel Basri (Abu Mudi), Tgk Ishaq Lamkawe (Abu Lamkawe) dan lainnya adalah murid dari Beliau (Abu H. Muhammad Kasem). 

Pada satu kesempatan, Saya pernah melihat Abu H. Muhammmad Kasem atau dikenal dengan gelar Abu Bireuen mencium tangan Abu Kuta Krung, setelah Abu Kuta Krung mencium tangan Abu Bireuen

Setelah itu terjadi dialog di antara mereka berdua. Saya yg melihatnya dari jauh, tidak mengetahui apa yg sedang mereka bicarakan.

Setelah itu, saya bertanya kepada guru saya yg lebih dekat dengan Abu saat itu. Apa yg sedang dibicarakan Abu Bireuen dan Abu Kuta Krung. 

Guru saya berkata, saat Abu Bireuen mencium balik tangan Abu Kuta Krung, Abu Kuta Krueng bertanya: "Paken droneuh neucom jaro long, padahal long murid droneuh." (Kenapa anda mencium tangan saya, padahal saya murid anda) 

Abu Bireuen menjawab, "Droneuh ureung shaleh." (Karena anda orang shalih) 

Kealiman beliau tercium semerbak. Sampai wahabi pun tidak berani berdebat dengan beliau. Saat mengambil alih Mesjid Agung kota Bireuen dari tangan wahabi, beliau memiliki kontribusi besar. 

Tokoh wahabi yang tidak menerima, menantang beliau berdebat. Istilahnya, LOE JUAL GUE BELI, beliau tidak menolaknya. 

Pada hari yang ditentukan, beliau membawa banyak sekali kitab sebagai referensi, supaya dalil dan hujjahnya valid lagi bernash. 

Namun mereka tidak berani menampakkan Batang hidungnya, sehingga debat pun urung terjadi. Padahal masyarakat sudah lama menantinya. Ini menunjukkan kealiman Abu Bireuen yang membuat takut wahabi. 

Saya pernah mengaji pada beliau, hanya satu kali, saat PEUPHON KITAB Fathul Mu'in pada permulaan tahun 2005. Walaupun hanya satu kali tp itu sangat terkesan bagi saya pribadi, krn banyak nasehat yang saya peroleh. 

Pada saat itu, beliau sangat menekankan pada dua hal. 

Yang pertama adalah pensil. Beliau sangat marah, kalau ada santri kelas 3 yang masih menulis arti kata dari kitab Fathul Mu'in. Bagi beliau, santri yang menulis arti adalah santri pemalas, malas menghafal dan malas mengulanginya kembali sampai ke bilek. Tgk Bahrul Walidain yang menjadi wali kelas kami saat itu mendapat perintah tegas dari beliau untuk mengambil pensil yang dibawa oleh santri, lalu mematahkannya. 

Yang kedua, beliau sangat marah, kalau ada santri yang melihat terjemahan dari kitab apa saja. Bagi beliau, terjemahan adalah alat pemicu bodoh santri. Karena orang yang membaca terjemahan itu cenderung malas, malas berfikir dan malas melihat kamus. Akhirnya membuat otak menjadi tumpul. 

Ketika mengajar di dayah TANOH MIRAH pasca meninggal dunia Abu Abdullah, pimpinan dayah tsb, beliau selalu membawa banyak kitab sebagai referensi, walau kitab yang beliau ajarkan hanya Kanzul-Gharibin. Bukan berarti beliau tidak paham, tp beliau hendak memberi contoh teladan bagi santri-santri untuk tidak menyimpulkan suatu surah (hukum) kecuali setelah melihat banyak referensi. 

Kenangan yang lain, Saya pernah duduk bersama guru mulia, Abu Bireuen di depan kantor (sekarang kantornya sdh tidak ada). Saat itu rame, bukan hanya saya. Termasuk juga tgk Musbani. Awalnya saya tidak berani ikut nimbrung mendengar nasehat Abu. Krn yang duduk saat itu semuanya senior dan guru. Tp krn mengingat saya baru saja menyapu halaman atas perintah Abu, akhirnya saya memberanikan diri untuk menyusup pelan-pelan ke dalam kelompok tsb. Kalau tidak sekarang kapan lagi, pikir saya. krn kalau menunggu jadi dewan guru masih lama sekali. 

Saat itu Abu lagi menderita batuk berdahak. Ketika batuk, Abu berkata kepada Tgk Musbani, kalau pengen 'alim, buka mulut. 

Tgk Musbani langsung menjawab: Tidak, Abu. Lalu Abu tersenyum. Dan yang lain pun gak bisa menahan diri utk tidak tertawa. Lalu Abu memberi nasehat dan menjelaskan bagaimana supaya bisa menjadi alim. 

Inti dari perkataan Abu yg bisa saya tangkap saat itu sbb:

 TA'ZHIM GURU PENTING DAN BELAJAR JUGA TIDAK KALAH PENTINGNYA.

Ta'zhim  tidak bisa menambah ilmu seseorang. Ilmu bertambah hanya dengan belajar. 

Rajin mengaji, menghafal dan mengulang-ulang pelajaran adalah syarat supaya ilmu bertambah. TA'ZHIM GURU adalah media untuk mendapat keberkahan atas ilmu yang telah dimiliki. Semakin besar ta'zhim, maka semakin bertambah keberkahan. 

Nah, sesorang yang alim itu adalah yang memiliki ilmu dan keberkahan yang banyak. Rumusnya sederhana, GIAT BELAJAR + TA'ZHIM YANG BESAR KEPADA GURU = ALIM.

Kenangan Tgk Kasman Arifa

Abu H. Muhammad Kasem TB, Gurunya Para Ulama

Suatu Hari Kami Bertanya Kepada Abu Bireuen, Tgk. H. Muhammad Kasem, TB. Apakah Benar Abu Panton (Abu Ibrahim Bardan) Murid Abu.

Abu Bireuen Menjawab, Nyoe, Wate Di Samalanga, Geumeuulang Bak Lon... Tetapi Saya (Abu Bireuen) Ini Guru SD Hingga Sekarang, Sedangkan Beliau (Abu Panton) Sudah Jadi Dosen, Sudah Profesor Doktor.

Subhanallah... Betapa Tawadhu' Dan Mulianya Guru Kami Ini. Beliau Seorang Mahaguru Tetapi Tetap Mengakui Kelebihan Muridnya.

Diwaktu Yang Lain, Abu Panton Bersama Abi Boy Datang Kerumah Abu Bireuen Di Geulanggang Teungoh Untuk Mohon Izin Dan Doa, Karena Beliau Akan Pergi Ke Mekkah Atas Permintaan Gubernur Aceh Di Masa Presiden Gusdur.

Abu Bireuen Bertanya: Pue Acara Neujak U Mekkah.

Abu Panton Menjawab: Jak Meudoa Untuk Kedamaian Aceh.

Lalu Abu Bireuen Bertanya Lagi,

"Man Untuk Meudoa Pue Mesti Jak U Mekkah Keudeh?"

"He..he....he. Abu Panton Tertawa Kecil. Oo Nyan Hom, Man Ka Geuyue Jak, Tajak Laju".

Sambil Minum Minum Lalu Abu Bireuen Bertanya Ringan.

Soe-Soe Jak?. 

Abu Panton Menjawab: Lon Deungoe 3 Droe. Abu Woyla, Abu Madinah, Lon Tuan.

Dengan Wajah Ingin Melucu Abu Bireuen Bertanya Lagi.
Man Puejeut Roh Droeneuh.

Abu Panton Balik Bertanya.
Teuma Pakon Abu Tanyong Meunan, Pue Salah Teuma Meunyoe Roh Lon.

Abu Bireuen Menjawab.
Hai Hana Salah, Teuma Teuingat Lon Meunyoe Untuk Jak Meudoa Kon Na Yang Leubeh Shaleh Shaleh Lom Bak Droeneuh Lagi Abu Kuta Krueng.

Dengan Tertawa Ringan Lalu Abu Panton Neujaweub, 
"Man Adak Lon Pue Kureueng Shaleh".

Akhir Meledaklah Tertawa Besar Antara Guru Dan Murid Tersebut.

Dan Dengan Agak Malu Dan Ragu Kami Pun Ikut Tertawa Bersama Tawanya Dua Maha Guru Kami.

Oooh Ternyata... Walau Sudah Dianggap Profesor Oleh Sang Guru Tetapi Untuk Hal-Hal Ringan Seperti Itu Abu Panton Masih Minta Restu Gurunya.

Tidak Lama Setelah Itu, Akhirnya Abu Panton Pun Pamit, Salam Cium Tangan Abu Bireuen.

Dan Kami Pun Mengaji.

Ini merupakan satu atau dua kepingan puzzle kisah dari sosok berharga, khususnya masyarakat Bireuen. Dan saya berharap kepingan-kepingan puzzle tsb dapat disempurnakan oleh murid-murid beliau, atau masyshur dikenal AL-QASIMIAH. Siapa tahu, kedepan bisa lahir buku biografi beliau yang bisa dibaca oleh generasi selanjutnya sebagai pedoman dan bimbingan dalam menuntut ilmu. Sebagaimana pernyataan Ibnu 'Uyainah, salah seorang Ulama Hadis terkemuka sezaman dengan Imam Syafi'i, "MENCERITAKAN ORANG SHALIH DAPAT MEMICU TURUNNYA RAHMAT."

Semoga Almarhum Menjadi Penghuni Syurga..Amiin

Mari, sama-sama menghadiahkan pahala bacaan Fatihah ke al-marhum, Al-fatihah...