Di tengah hiruk-pikuk dunia yang serba cepat, manusia kerap terjebak dalam pusaran ambisi yang tiada henti. Semua berlomba mengejar materi, status, dan pengakuan, hingga lupa bahwa dalam hidup ini, ada dua hal yang lebih penting dari sekadar pencapaian: bersyukur dan ikhlas. Atau dalam istilah yang saya suka sebut: Yakusa — Yakinkan hati untuk bersyukur dan ikhlas sampai akhir usia.
Bersyukur: Seni Menghargai Apa yang Ada
Bersyukur bukan soal puas dengan keadaan, tapi seni untuk menghargai apa yang telah diberikan Allah kepada kita. Banyak orang menunggu sempurna untuk bisa bersyukur, padahal sejatinya kesyukuranlah yang menyempurnakan hati.
Seringkali kita lupa menghargai hal-hal kecil. Napas yang masih bisa kita hirup, keluarga yang masih bisa kita peluk, atau rezeki yang sederhana tapi berkah. Padahal di luar sana, ada banyak orang yang berjuang untuk hal yang saat ini sedang kita abaikan.
Bersyukur adalah cara paling sederhana untuk bahagia, karena kita tidak terus-menerus mengukur diri dengan standar orang lain, tapi mampu menikmati versi terbaik dari diri kita saat ini.
Ikhlas: Melepas Tanpa Mengeluh
Ikhlas bukan berarti lemah, bukan berarti menyerah. Justru ikhlas adalah kekuatan tertinggi seorang manusia. Ikhlas adalah kemampuan menerima ketetapan-Nya, baik yang sesuai harapan maupun yang jauh dari keinginan.
Di saat kita dihina, diremehkan, atau kehilangan sesuatu yang sangat berarti — ikhlas adalah benteng agar hati tidak hancur. Dengan ikhlas, kita belajar bahwa tidak semua yang kita inginkan baik untuk kita, dan tidak semua yang kita benci buruk bagi kita.
Ikhlas itu membebaskan jiwa. Kita tidak lagi bergantung pada validasi manusia, tidak lagi dikendalikan oleh luka lama, dan tidak mudah terseret oleh emosi sesaat.
Yakusa: Yakinkan Hati untuk Bersyukur dan Ikhlas Sampai Akhir Usia
Saya suka menyebutnya dengan istilah Yakusa — filosofi hidup sederhana yang bisa jadi pegangan saat dunia terasa berat. Yakusa mengajarkan bahwa seberat apapun masalah, pasti ada alasan untuk bersyukur, dan seburuk apapun kenyataan, pasti ada hikmah yang bisa diikhlaskan.
Ketika rezeki seret, Yakusa bilang: syukuri yang masih bisa kau nikmati.
Ketika dihina orang, Yakusa ingatkan: ikhlaskan, karena hati yang bersih lebih tenang dari dendam.
Ketika gagal meraih impian, Yakusa bisikkan: mungkin ini cara Tuhan menghindarkanmu dari sesuatu yang lebih buruk.
Karena Hidup Tidak Selalu Tentang Menang
Seringkali kita lupa, bahwa hidup ini bukan tentang selalu menang, tapi tentang selalu mampu bersyukur dan ikhlas dalam apapun kondisinya. Karena di akhirnya, yang akan kita bawa hanyalah hati yang bersih, bukan harta, jabatan, atau pujian manusia.
Bersyukurlah, bahkan untuk luka, karena dari sanalah ketegaran terbentuk.
Ikhlaskan, bahkan untuk kegagalan, karena dari situlah kebijaksanaan lahir.
Yakusa bukan sekadar prinsip, tapi cara hidup. Mengajarkan kita agar tidak terlalu berharap pada dunia, dan tidak mudah hancur ketika dunia tak sesuai keinginan.
Akhir Kata
Di tengah dunia yang penuh tipu daya, mari kita peluk Yakusa dalam hidup ini. Bersyukur atas segala nikmat, sekecil apapun. Ikhlas atas segala ujian, seberat apapun. Karena yakinlah, siapa yang mampu memelihara dua hal ini, hidupnya akan lebih lapang, jiwanya akan lebih damai, dan hatinya akan lebih kuat menapaki segala liku kehidupan.
Yakusa — Yakinkan hati untuk bersyukur dan ikhlas sampai akhir usia.