Nak, dengarkan sejenak…
Ketika usiamu bertambah, dunia mungkin tak lagi sehangat pelukanku dulu. Jalanan hidup yang dulu kau lalui sambil kugandeng tanganmu, kini harus kau tapaki sendiri. Tapi ingatlah, meskipun kakimu berjalan jauh, doaku selalu menyusul tanpa suara.
Nak, hidup ini tak selalu tentang siapa yang lebih dulu sampai di puncak. Kadang, yang terpenting adalah siapa yang tetap punya hati ketika sampai di sana. Jangan pernah bangga dengan apa yang kamu genggam, jika tanganmu tak pernah terbuka untuk berbagi. Jangan merasa tinggi karena jabatan, sebab pangkat akan berlalu, sedangkan kebaikan akan abadi.
Nak, saat dewasa, kau akan mengenal dua hal: teman sejati dan teman sementara. Jangan sibuk mencari siapa yang selalu ada saat bahagia. Carilah siapa yang tetap duduk di sampingmu saat semua orang berdiri menjauh. Itulah saudara sejati yang tak lahir dari darah, tapi dari ketulusan hati.
Nak, jika nanti hatimu patah oleh cinta, jangan benci dunia. Luka adalah cara Tuhan mengajarkan bahwa kau layak mendapat yang lebih baik. Jangan memaksa seseorang untuk tinggal, jika kehadirannya tak lagi menenangkan. Cinta yang baik akan membuatmu tenang, bukan resah. Ingat itu.
Nak, jangan terlalu sibuk mengejar harta hingga lupa menyiapkan bekal untuk hari di mana semua harta tak bisa kau bawa. Jadikan dunia di tanganmu, bukan di hatimu. Bila di tangan, dia mudah kau kendalikan. Bila di hati, dia bisa membutakan.
Nak, bila lelah, jangan malu pulang. Rumah ini tak pernah menolakmu, meski kau datang dengan tangan kosong, atau mata sembab karena kecewa. Seberapapun besarnya masalahmu, pelukan ibu selalu cukup luas untuk menampungnya.
Dan terakhir, Nak…
Jangan pernah lupa berdoa. Sebab sekuat apapun usahamu, tetap ada takdir yang menentukan. Usaha tanpa doa itu sombong, dan doa tanpa usaha itu bohong.
Aku tak bisa menjagamu sepanjang waktu, tapi doaku bisa. Saat kakimu melangkah jauh, ingatlah… ada hati yang setiap malam masih menyebut namamu di dalam sujud panjangnya.
Dari seorang ibu, yang tak pernah lelah mencintaimu.