Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Rumah Tangga Adalah Ladang Pahala, Bukan Sekadar Pelarian

Sabtu, 31 Mei 2025 | 17:41 WIB Last Updated 2025-05-31T10:45:01Z



Banyak orang beranggapan bahwa menikah adalah jalan tercepat menuju kebahagiaan. Ada yang berpikir, pernikahan bisa menyelesaikan masalah kesepian, tekanan keluarga, atau bahkan jadi solusi atas problem hidup yang tak kunjung selesai. Padahal, jika motivasi menikah hanya sekadar pelarian, yang ditemukan bukan ketenangan, melainkan beban baru yang lebih berat.

Dalam Islam, pernikahan bukan sekadar menyatukan dua hati, melainkan juga menyatukan dua keluarga, dua kebiasaan, dua karakter yang berbeda. Sebuah jalan ibadah yang di dalamnya banyak terdapat ladang pahala — jika dijalani dengan sabar, ikhlas, dan niat yang benar.

Pernikahan Itu Amanah, Bukan Tempat Lari dari Masalah

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Nikah itu sunnahku, siapa yang tidak suka dengan sunnahku, maka ia bukan dari golonganku." (HR. Ibnu Majah)

Pernikahan adalah ibadah yang berat. Ia bukan sekadar akad yang diucapkan di hadapan penghulu, tapi komitmen untuk saling menjaga, saling memuliakan, dan saling menjadi penolong menuju surga. Sayangnya, banyak yang memasuki pernikahan tanpa kesiapan jiwa. Menikah hanya karena desakan umur, karena ikut-ikutan, atau karena ingin kabur dari masalah pribadi.

Padahal, rumah tangga bukan pelarian, tapi ladang ujian. Dan setiap ujian itu akan mengangkat derajat jika disikapi dengan sabar dan syukur. Ketika rezeki seret, ketika pasangan mulai menunjukkan sisi buruknya, ketika anak rewel di tengah malam — di situlah nilai ibadah seorang suami dan istri diuji.

Ujian dalam Rumah Tangga Itu Sunatullah

Allah berfirman:

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang." (QS. Ar-Rum: 21)

Kasih sayang dan ketenteraman tak datang begitu saja. Ia harus dirawat, dipelihara, dan diperjuangkan. Ujian dalam rumah tangga adalah sunatullah. Bahkan rumah tangga para nabi pun diuji. Nabi Nuh diuji dengan istri yang durhaka. Nabi Ibrahim diuji dengan istri yang belum juga hamil. Rasulullah ﷺ diuji dengan kemiskinan dan fitnah dari orang sekitar.

Lalu, siapa kita yang berharap hidup berumah tangga tanpa ujian?

Ladang Pahala di Balik Beratnya Menjadi Pasangan

Setiap tetes keringat suami untuk menafkahi istri dan anaknya, adalah pahala. Setiap cucuran air mata istri dalam sabarnya menghadapi suami, adalah pahala. Setiap malam tanpa tidur karena menjaga anak, setiap sabar menghadapi perbedaan, setiap maaf yang diucap di kala amarah — semuanya berpahala.

Bahkan dalam hadis disebutkan,

"Jika seorang wanita menjaga shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan taat kepada suaminya, maka akan dikatakan kepadanya: 'Masuklah ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai.'" (HR. Ahmad)

Demikian pula bagi suami yang menafkahi, menjaga amanah, bersikap adil, dan menyayangi istri serta anak-anaknya, surga telah menantinya.

Rumah Tangga Bukan Tentang Siapa yang Paling Benar, Tapi Siapa yang Paling Ikhlas

Kunci ketenangan rumah tangga bukan siapa yang paling kaya, paling pintar, atau paling banyak bicara. Tapi siapa yang paling ikhlas menerima, paling sabar menghadapi, dan paling tulus mencintai tanpa syarat.

Karena dalam rumah tangga, pertengkaran adalah bumbu. Cemburu adalah wajar. Perbedaan pendapat itu pasti. Yang membedakan adalah bagaimana cara menyelesaikannya. Bukan dengan emosi, bukan dengan gengsi, tapi dengan hati yang lapang dan niat yang lurus.

Rumah tangga adalah tempat mengukir pahala. Tempat belajar menjadi pribadi yang lebih baik, lebih sabar, lebih rendah hati, dan lebih banyak bersyukur.

Penutup: Kembalikan Niat, Perbaiki Niat

Bagi yang sudah menikah, luruskan kembali niat. Jangan jadikan pasangan sebagai kambing hitam atas ketidakbahagiaan diri. Jangan jadikan pernikahan sebagai pelarian. Tapi jadikan sebagai ladang amal dan bekal menuju surga.

Bagi yang belum menikah, siapkan hati, ilmu, dan jiwa. Menikahlah karena Allah. Karena jika niatnya benar, maka segala ujian akan terasa ringan, karena sadar bahwa rumah tangga adalah tempat mengumpulkan pahala, bukan sekadar pelarian dari masalah.

Wallahu a’lam.


Penulis Azhari