Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Indahnya Jadi Santri: Kenangan dan Cahaya Hidup dari Dayah Darul Ulum Tanoh Mirah

Minggu, 20 Juli 2025 | 00:05 WIB Last Updated 2025-07-19T17:05:31Z



Menjadi santri bukan sekadar pilihan pendidikan, melainkan jalan hidup yang ditempa dengan nilai, disiplin, dan keikhlasan. Santri tidak dibentuk di ruang-ruang kelas mewah, tapi di lorong-lorong keikhlasan, di bilik-bilik sederhana yang penuh dengan hafalan, rindu, dan air mata perjuangan. Di sinilah saya ingin berbagi kenangan: tentang indahnya jadi santri, dan tentang kehidupan saya di Dayah Darul Ulum Tanoh Mirah — tempat yang bukan hanya mengajarkan ilmu, tapi juga membentuk jiwa.

Hari-Hari di Balik Pagar Dayah

Ketika pertama kali menginjakkan kaki di Dayah Darul Ulum Tanoh Mirah, hati masih belum sepenuhnya paham arti dari pengorbanan dan perjuangan. Tapi hari demi hari, waktu dan kehidupan di balik pagar dayah mengajarkan banyak hal: bangun sebelum subuh, menghafal kitab kuning di bawah temaram lampu, dan makan dengan sederhana bersama teman-teman seperjuangan.

Kami jauh dari pelukan orang tua, tapi dekat dengan pelukan ilmu. Kami tak dibiasakan mengeluh, karena sejak dini kami dididik untuk kuat menghadapi hidup.

Ulama Bukan Dilahirkan di Hotel Bintang Lima

Dayah bukan tempat yang menawarkan kemewahan. Tapi justru dari tempat sederhana inilah lahir para ulama besar. Para santri dididik untuk hidup zuhud, bersahaja, dan taat. Mereka belajar mengendalikan hawa nafsu, menjaga adab, serta meneladani akhlak Rasulullah SAW.

Saya masih ingat bagaimana para guru di Darul Ulum Tanoh Mirah tidak hanya mengajarkan ilmu, tapi juga menunjukkan teladan hidup. Mereka adalah ulama yang ilmunya hidup di hati santri, bukan sekadar di catatan kitab.

Santri: Cahaya Umat di Era Digital

Kini zaman telah berubah. Era digital menuntut para santri untuk tidak hanya fasih dalam ilmu agama, tapi juga melek teknologi. Namun, satu hal tak pernah boleh berubah: akhlak dan ruh perjuangan. Santri era digital harus membawa nilai-nilai keislaman ke dunia maya. Media sosial harus jadi medan dakwah, bukan arena maksiat. Konten harus berisi ilmu, bukan sekadar viral tanpa arah.

Santri Tanoh Mirah, dan santri Aceh umumnya, punya peluang besar. Mereka bisa jadi pemimpin peradaban digital dengan modal ilmu, adab, dan jaringan. Mereka bisa membawa pesan Islam ke dunia global tanpa kehilangan identitas ke-Aceh-an mereka.

Sebuah Kenangan, Sebuah Doa

Setiap kali saya mengenang masa-masa di dayah, hati ini terasa haru. Tempat itu telah membentuk saya. Ia adalah madrasah kehidupan. Saya tumbuh dengan kerasnya perjuangan, tapi juga manisnya persaudaraan. Saya belajar bahwa hidup bukan tentang memiliki, tapi tentang memberi. Bahwa sukses bukan soal harta, tapi keberkahan.

Saya berdoa agar santri-santri di Tanoh Mirah dan di seluruh Aceh tetap istiqamah. Semoga mereka jadi generasi ulama masa depan yang tidak hanya mampu menjawab tantangan zaman, tapi juga menjadi penerang jalan umat.

Indahnya jadi santri bukan karena fasilitasnya, tapi karena keberkahan dan keikhlasannya.

Dan kepada Dayah Darul Ulum Tanoh Mirah, terima kasih. Engkau bukan sekadar tempat menimba ilmu, tapi rumah yang membesarkan jiwaku.