Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Kematian dan Persiapan Menuju Akhirat: Hidup yang Sungguh-Sungguh Sebelum Pulang

Kamis, 24 Juli 2025 | 10:25 WIB Last Updated 2025-07-24T03:25:49Z

 

Kematian adalah satu-satunya kepastian yang tak bisa dihindari oleh manusia. Ia tidak bisa ditawar, tidak bisa ditunda, dan tidak memandang usia. Setiap yang bernyawa pasti akan merasakannya. Namun, di balik kepastian itu, masih banyak di antara kita yang hidup seolah tak akan mati. Dunia dikejar seakan-akan akhirat tak ada. Harta dikumpulkan seolah itu bisa dibawa ke liang lahat. Padahal, kehidupan di dunia ini hanyalah jembatan singkat menuju kehidupan abadi di akhirat.

Kematian: Gerbang Awal, Bukan Akhir

Bagi sebagian orang, kematian tampak sebagai akhir dari segalanya. Tapi dalam keyakinan seorang mukmin, kematian bukanlah titik akhir, melainkan awal dari kehidupan yang sebenarnya — kehidupan abadi yang dipenuhi pertanggungjawaban. Di sanalah semua amal kita akan dihitung, dan di sanalah nasib akhir kita akan ditentukan: surga atau neraka.

Sayangnya, banyak manusia yang lalai. Padahal setiap hari, kita dikabarkan tentang kematian: dari berita duka, dari keranda yang lewat, dari orang-orang terdekat yang lebih dulu pergi. Tapi tetap saja, jiwa ini seakan bebal. Tak tergerak. Tak bersiap. Seolah kematian hanya milik orang lain, bukan bagian dari kita.

Hidup Tanpa Persiapan: Sebuah Kecerobohan Abadi

Tidak ada seorang pun yang waras berani menempuh perjalanan jauh tanpa persiapan. Tapi anehnya, banyak yang berani menempuh perjalanan ke akhirat — perjalanan paling panjang, paling menentukan — tanpa bekal apa pun. Kita sibuk mempercantik rumah, tapi lupa mempersiapkan rumah abadi di alam kubur. Kita rajin memperbaiki penampilan, tapi lupa membersihkan hati dan amal.

Padahal Rasulullah SAW telah bersabda:
"Orang yang cerdas adalah yang selalu menghisab dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati."
(HR. Tirmidzi)

Namun kini, banyak yang mengukur nilai hidup dari jumlah pengikut di media sosial, bukan dari kualitas amal. Banyak yang mengejar pujian manusia, bukan ridha Allah. Dan ketika ajal datang, semua gelar, harta, dan jabatan pun tak bisa menolong.

Persiapan Menuju Akhirat: Lebih dari Sekadar Ibadah Formal

Persiapan menuju akhirat bukan hanya soal rajin salat atau puasa. Itu penting, tapi belum cukup. Akhirat adalah cermin dari bagaimana kita hidup di dunia:

  • Apakah kita jujur dalam bisnis?
  • Apakah kita adil dalam keputusan?
  • Apakah kita menyayangi sesama?
  • Apakah kita ikhlas dalam beramal?
  • Apakah kita bertaubat saat tergelincir dalam dosa?

Persiapan terbaik adalah hidup dalam keikhlasan, meninggalkan yang haram, dan terus memperbaiki diri — setiap hari. Karena kita tidak tahu kapan Allah memanggil.

Kematian Tidak Pandang Siap atau Tidak

Banyak orang berkata, “Nanti saja bertaubat, saya masih muda.” Tapi malaikat maut tak pernah menunggu usia. Anak-anak meninggal. Pemuda meninggal. Bahkan orang yang sedang tertawa pun bisa meninggal. Tak ada jaminan bahwa kita akan sempat menyesal. Karena bisa jadi, kematian datang saat kita masih tenggelam dalam kemaksiatan.

Orang yang bijak adalah mereka yang mengisi hidup dengan kesungguhan, bukan kesia-siaan. Yang menjadikan setiap waktu sebagai peluang amal, bukan pelarian dosa. Yang menjadikan dunia sebagai ladang, bukan tujuan.

Penutup: Menjemput Kematian dengan Siap, Bukan Takut

Takut mati itu manusiawi. Tapi yang lebih penting adalah: siap mati. Siap dengan amal, siap dengan taubat, siap dengan hati yang bersih. Karena kematian bukan musuh, melainkan panggilan pulang. Dan siapa yang telah mempersiapkan perjalanannya, ia akan pulang dengan tenang.

“Hidup ini bukan tentang seberapa lama kita hidup, tapi seberapa baik kita mempersiapkan diri untuk kehidupan yang kekal setelah mati.”

Mari hidup sungguh-sungguh sebelum ajal menjemput. Mari berhenti mempermainkan waktu dan dosa. Mari jadikan hidup ini sebagai perjalanan menuju Allah — dengan hati yang jujur, amal yang tulus, dan taubat yang terus-menerus.

Karena pada akhirnya, semua akan mati. Tapi tidak semua siap menghadapi kematian.