Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Nak, Pulanglah… Ibu Rindu Kamu Ada di Rumah

Senin, 21 Juli 2025 | 02:03 WIB Last Updated 2025-07-20T19:03:44Z

 Nak, Pulanglah… Ibu Rindu Kamu Ada di Rumah



Oleh: Azhari 

“Nak, pulanglah… Ibu rindu kamu ada di rumah. Lihatlah ibu, Nak... Ibu sudah tua, tak bisa bekerja. Ibu lapar, Nak... Ayahmu sudah meninggal.”

Kalimat sederhana itu bisa menghancurkan dinding kesibukan dan membelah hati siapa pun yang masih punya nurani. Di balik kata-kata itu, tersimpan rindu, letih, dan luka seorang ibu yang diam-diam menahan perih ditinggal anaknya, entah karena jarak, atau karena lupa diri.

1. Ibu Tak Butuh Uangmu, Tapi Hadirmu

Banyak anak berpikir, selama bisa mengirim uang ke kampung, maka tugasnya sebagai anak telah selesai. Padahal, yang paling dirindukan ibu bukanlah transfer bulanan, tapi kehadiranmu.
Bukan saldo ATM yang membuat ibu tenang, tapi suaramu di ruang makan, langkah kakimu di teras rumah, dan peluk hangat yang mungkin sudah bertahun-tahun tak ia rasakan.

Ibu bukan wanita manja. Ia kuat, ia tangguh. Tapi usia mematahkan tubuhnya, dan rindu meluluhkan hatinya.

2. Nak, Dunia Tak Akan Pernah Selesai Dikejar

Dunia ini sibuk, dan kita pun ikut disibukkan. Mencari kerja, membangun karier, mengejar cita-cita. Namun, jangan sampai semua itu membuat kita kehilangan prioritas. Jangan sampai kejaran dunia membuat kita lupa bahwa di sudut rumah, ada ibu yang menunggumu pulang setiap sore — meski kamu tak pernah datang.

Jika hari ini kamu terlalu sibuk untuk pulang, yakinlah: akan ada hari saat kamu ingin pulang, tapi rumah sudah kosong. Saat kamu ingin memeluk ibu, tapi ia sudah terbujur kaku dalam kafan putih.

3. Tangisan Seorang Ibu Tidak Pernah Terdengar oleh Dunia

Ibu tidak pernah marah jika kamu lupa menelepon. Ibu tidak akan mengadukanmu ke siapa-siapa saat kamu terlalu lama tak pulang. Tapi air matanya jatuh setiap malam. Ia menahan lapar bukan karena tidak ada makanan, tapi karena tak ada yang menemaninya makan.

Ia menunggu pesanmu setiap hari, membuka foto lamamu, dan berdoa tanpa jeda agar kamu selalu dilindungi Allah.

"Nak, pulanglah walau sebentar. Duduklah di samping ibu walau hanya satu jam. Itu lebih berarti dari hadiah dan uang berjuta-juta."

4. Ayahmu Sudah Meninggal, Ibumu Kini Sendiri

Kehilangan pasangan adalah luka yang dalam. Tapi kehilangan anak yang masih hidup — yang tak pernah pulang, tak peduli, tak menyapa — itu lebih menyakitkan.

Saat ayahmu pergi, ibu berharap kamu jadi pengganti sandarannya. Tapi ternyata kamu justru menjauh.
Saat ibu lapar, dia tak berani meminta. Bukan karena tidak butuh, tapi karena tak ingin menyusahkanmu.
Tapi hari ini, ibu sudah sampai pada batasnya. Ia tak bisa lagi bekerja. Tangan yang dulu menggendongmu kini gemetar. Matanya yang dulu jernih kini mulai buram.

5. Pulanglah Sebelum Segalanya Terlambat

Tak perlu menunggu waktu luang untuk pulang. Waktu tidak akan pernah benar-benar luang. Tapi hati bisa diluangkan.
Pulanglah sebelum rumah itu hanya tinggal kenangan. Sebelum tangan itu tak bisa lagi membelai kepalamu. Sebelum ibu pergi, dan hanya menyisakan sesal tak berujung.


Penutup: Hidupmu Berasal dari Doanya

Jika hari ini kamu sukses, sehat, dan kuat — mungkin itu karena doa ibu yang tak pernah berhenti, bahkan saat kamu lupa namanya dalam doamu.
Jika kamu rindu rumah, maka yakinlah: rumah itu rindu kamu lebih dulu.

Nak, pulanglah… bukan karena ibu butuh hartamu, tapi karena ibu butuh hatimu. Jangan sampai saat kamu pulang, yang tersisa hanya batu nisan dan bunga yang tak bisa membalas pelukanmu…