Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Semua Hanya Titipan, Nak Kematian Menanti, Jangan Sampai Menyesal

Senin, 21 Juli 2025 | 02:20 WIB Last Updated 2025-07-20T19:22:01Z



Semua Hanya Titipan, Nak… Jangan Lupa Daratan Bila Kamu Sudah di Atas

Oleh: Azhari 

Nak, dengarkanlah suara tua ini. Saya mungkin tak lagi kuat berjalan, tangan ini mulai gemetar, punggung sudah bungkuk, dan tubuh tak lagi seperti dulu. Tapi di balik fisik yang rapuh ini, ada satu hal yang masih kokoh: kasih sayang dan doa untukmu, anakku.

Saya hanya ingin bicara sebentar, nak. Bukan untuk menggurui, apalagi menahan langkahmu. Tapi saya hanya ingin kau mengingat bahwa hidup ini sementara, dan semua yang kamu miliki hari ini hanyalah titipan.


Jabatan Itu Tak Abadi

Mungkin hari ini kamu duduk di kursi empuk, dipanggil dengan gelar dan kehormatan. Mungkin orang-orang menyapamu penuh hormat, bahkan menundukkan kepala di hadapanmu. Tapi nak, semua itu fana. Jabatan itu tidak abadi. Seperti baju yang bisa dilepas kapan saja, begitu pula kekuasaanmu. Hari ini kamu pemimpin, besok kamu rakyat biasa, bahkan tak ada jaminan esok kamu masih hidup.

Jangan sombong, nak. Jangan lupa daratan. Jangan jadikan kekuasaan sebagai alat menindas. Jangan jadi pemimpin yang mengkhianati harapan orang-orang kecil yang dulu menyebut namamu dalam doa.

Ingatlah, nak: suatu saat kamu akan kembali menjadi orang biasa. Jika kamu pernah dzalim, rakyat tidak akan lupa. Tapi jika kamu pernah adil, maka namamu akan dikenang.


Jadilah Pemimpin Sejati yang Tak Lupa Asal-Usul

Nak, saya tahu kamu cerdas. Kamu bekerja keras hingga meraih semua itu. Tapi ingat, kamu bukan siapa-siapa bila bukan karena restu dan doa orang tuamu, keringat rakyatmu, dan kuasa Allah SWT. Jangan jadikan ilmu sebagai alasan untuk meremehkan, karena iblis pun berilmu tapi tidak tunduk.

Jadilah pemimpin sejati — yang jujur, amanah, takut kepada Tuhan dan mencintai rakyat. Jangan engkau hukum orang yang tidak bersalah hanya karena ingin menjaga citramu. Jangan engkau perlakukan masyarakat kecil seperti sampah, karena mereka adalah orang-orang yang dulu juga ikut mendoakan kesuksesanmu.


Kekuasaan Tak Menyelamatkanmu di Alam Kubur

Nak, suatu hari, tubuhmu akan dimandikan. Dibungkus kain putih. Dibaringkan dalam liang yang sempit dan gelap. Lalu dilupakan. Tidak akan ada pengawal yang ikut masuk ke liang kubur itu. Tidak ada mobil dinas, tidak ada gelar, tidak ada jabatan.

Yang tinggal hanyalah amal dan keikhlasan.

Jika kau pernah menolong rakyat yang kelaparan, jika kau pernah membangun jembatan untuk anak sekolah, jika kau pernah membela yang lemah walau tak populer — maka itu semua akan menjadi saksi baik di hadapan Tuhan.

Tapi jika kamu pernah menumpuk harta dari uang rakyat, membiarkan orang miskin kelaparan, menyiksa yang tidak bersalah, dan bersenang-senang di atas penderitaan umat, maka hati-hatilah nak — azab itu nyata.


Saya Tua, Tapi Doa Saya Tidak Pernah Tua

Nak, saya tahu dunia ini kejam, penuh godaan, penuh tipu daya. Tapi saya mohon, jangan jual jiwamu demi kekuasaan. Jangan gadaikan hatimu hanya untuk kekayaan.

Saya sudah tua, tapi satu hal yang tidak pernah tua adalah doa saya untukmu. Setiap sujud, saya sebut namamu. Saya minta pada Tuhan agar engkau diberi hati yang lembut, rezeki yang halal, dan jalan yang lurus.

Tapi jika satu hari nanti kamu memilih jalan yang sesat, menjauh dari Tuhan, menindas sesama dan membanggakan jabatanmu, maka saya hanya bisa menangis, nak. Karena saya tahu, doa ibu tak mampu menghapus kezaliman yang kamu pilih dengan sadar.


Nak, Dengarkan Suara Rakyat… dan Suara Tuhan

Jangan tutup telinga terhadap rakyat. Dengarkanlah ibu-ibu yang mengais remah di pasar. Lihatlah anak-anak yang belajar tanpa sepatu. Tatap mata orang tua yang menahan lapar demi beli buku cucunya. Di situlah seharusnya hatimu berpihak.

Jangan butakan hatimu terhadap suara Tuhan. Setiap malam, sebelum tidur, tanya dirimu: “Apakah hari ini aku sudah membantu orang lain? Apakah aku berlaku adil? Apakah aku pantas menyebut diriku pemimpin?”

Kalau kamu menjawab dengan jujur, maka kamu sedang berada di jalan yang benar.


Kematian Menanti, Jangan Sampai Menyesal

Nak, saya sudah mendekati akhir. Mungkin suatu hari nanti kamu akan menabur bunga di atas pusara saya. Tapi ingatlah, hidup ini singkat. Hanya amal yang abadi. Kalau kamu jadi pemimpin yang baik, rakyat akan mendoakanmu bahkan setelah kamu mati.

Tapi jika kamu jadi pemimpin yang dzalim, kamu tidak hanya dilupakan — tapi dikutuk.

Jadilah pemimpin sejati, nak. Yang membantu umat. Yang adil. Yang sadar bahwa semua yang kamu miliki hanyalah titipan Tuhan. Karena pada akhirnya, kita semua hanya tamu di dunia yang sementara.