Ada waktu-waktu tertentu di mana rindu itu datang begitu kuat. Tanpa aba-aba, tanpa tanda. Kadang saat langit masih gelap, kadang di sela derasnya hujan. Dan pagi ini, saat subuh menyapa bersama rintik hujan yang turun perlahan, hatiku kembali dipenuhi kerinduan yang tak pernah habis — untuk seseorang yang telah lama pergi: ayah.
Subuh dan hujan selalu punya cerita. Waktu-waktu hening di mana dunia belum benar-benar terjaga, dan suara hujan di luar jendela jadi teman sepi. Di saat itulah, kenangan tentang ayah menyeruak, menyesaki ruang ingatan yang seolah tak pernah usang.
Aku teringat wajahnya yang teduh saat membangunkan shalat subuh, dengan suara lembut penuh kasih. Teringat nasihatnya di saat hujan turun, agar jangan lupa berdoa, karena di antara rintik itu ada berkah yang Allah titipkan. Kini, semua itu hanya tinggal kenangan. Tapi justru di subuh dan hujan seperti inilah, rindu itu terasa lebih nyata.
Rindu yang Tak Pernah Usai
Tak ada yang bisa menggantikan peran seorang ayah. Sosok yang mungkin tak pandai berkata manis, tapi hatinya selalu penuh cinta untuk anak-anaknya. Sosok yang diam-diam memikul beban berat tanpa pernah mengeluh. Dan saat dia pergi, baru kita sadari betapa besar kehilangan itu.
Rindu pada ayah adalah rindu yang tak bisa dijelaskan dengan kata. Ia hadir dalam sunyi, menyapa di tengah sepi, lalu tinggal di hati. Kadang membuat mata basah, kadang membuat dada sesak. Tapi juga sekaligus menghadirkan kekuatan baru, karena aku tahu, doanya di alam sana masih mengalir untukku.
Subuh dan Hujan Adalah Waktu Doa Terbaik
Ayah dulu sering berkata, "Nak, kalau subuh turun hujan, jangan lupa berdoa. Itu waktu yang paling mustajab." Dan kini, di waktu-waktu seperti ini, aku duduk sendiri, melafazkan doa-doa panjang. Memohon agar Allah memuliakan ayah di alam sana, menerangi kuburnya, dan mempertemukan kami kelak di surga-Nya.
Aku juga berdoa untuk diriku sendiri, agar bisa menjadi anak yang bisa membuatnya bangga, meski dia tak lagi di dunia. Sebab satu-satunya yang bisa kita berikan setelah orang tua tiada adalah doa dan amal baik yang terus mengalir.
Hidup Harus Terus Berjalan
Kerinduan ini memang berat, tapi hidup harus terus berjalan. Ayah mungkin telah tiada, tapi pesan dan nasihatnya tetap abadi. Tentang jangan pernah tinggalkan shalat subuh. Tentang sabar dalam ujian. Tentang jangan iri dengan hidup orang lain. Dan tentang pentingnya menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang banyak.
Itulah warisan sejati yang tak pernah habis dimakan waktu.
Akhir Kata: Rindu yang Menjadikan Kekuatan
Subuh ini, bersama hujan yang pelan-pelan menyapa bumi, aku belajar bahwa rindu bukan untuk ditangisi, tapi untuk dijadikan kekuatan. Rindu yang menguatkan langkahku, rindu yang mengajarkanku untuk tetap tabah, dan rindu yang membuatku tak pernah lupa, bahwa di surga nanti ada sosok yang menunggu, seorang ayah yang selama ini selalu aku rindukan.
Semoga setiap subuh yang turun hujan, menjadi waktu mustajab bagi doaku, dan menjadi pengingat abadi bahwa cinta seorang anak kepada orang tuanya tidak pernah mati.
Wassalam
Oleh
Azhari