Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Akibat Pamer dan Sombong di Tengah Penderitaan Rakyat

Minggu, 31 Agustus 2025 | 05:44 WIB Last Updated 2025-08-30T22:44:23Z



 

Ketika tirani berakar, ketika kemewahan dipamerkan di atas perut yang lapar, ketika kursi kekuasaan dijadikan singgasana kesombongan, maka rakyatlah yang menjadi neraka bagi para penguasa zalim.

Bangkitnya rakyat bukan sekadar ledakan amarah; ia adalah hukum sejarah, sunnatullah yang tak bisa dibendung. Sebab, di dalam dada rakyat kecil yang diinjak dan dihina, ada api yang lebih kuat dari pasukan bersenjata: api kesadaran.

Rakyat tidak melawan karena benci pada kehidupan mewah, tetapi karena keadilan dirampas. Rakyat tidak menuntut istana runtuh, tetapi menuntut agar hak-hak mereka dikembalikan. Namun ketika keadilan dibisukan, maka teriakan rakyat menjadi palu takdir yang merobohkan bangunan kezaliman.

Qarun pernah berjalan dengan congkak, memamerkan kunci-kunci perbendaharaannya, lalu bumi menelannya. Begitulah simbol bahwa setiap kekayaan yang sombong akan hancur oleh tangan sejarah. Dan sejarah itu adalah rakyat.

Allah menegaskan dalam Al-Qur’an:

“Dan mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang berdoa: ‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini yang penduduknya zalim, dan berilah kami pelindung dari sisi-Mu, dan berilah kami penolong dari sisi-Mu’.
(QS. An-Nisā’: 75)

Ayat ini menjadi pengingat bahwa melawan tirani adalah amanah iman. Bangkitnya rakyat adalah bangkitnya nurani, dan melawan kesombongan penguasa adalah bagian dari ibadah.

Kekuasaan yang dipamerkan dengan angkuh akan segera menjadi abu sejarah. Sebaliknya, kerendahan hati, keadilan, dan keberpihakan pada rakyat kecil akan menjadikan kekuasaan sebagai amanah yang diridhai.

Bangsa ini telah terlalu sering belajar dari sejarah: setiap kezalimanan yang dipelihara pasti runtuh oleh kesadaran rakyat. Dan bila para penguasa masih bersikeras menutup mata, maka yang datang bukan sekadar kritik, tetapi gelombang sejarah yang mustahil dibendung.