Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Pemuda Aceh Bersatu, Musuh Aceh Gentar: Saatnya Aceh Berdaulat di Tanah Sendiri

Rabu, 13 Agustus 2025 | 09:52 WIB Last Updated 2025-08-13T02:52:50Z


Di setiap lembar sejarah Aceh, kita menemukan satu benang merah yang tak pernah putus: peran pemuda. Dari Laksamana Malahayati hingga Teuku Umar, dari Tgk Chik di Tiro hingga para pejuang masa konflik, darah muda Aceh selalu mengalir di medan juang, menggetarkan lawan dan menginspirasi kawan.

Namun hari ini, Aceh seperti terjebak di persimpangan jalan. Perdamaian sudah hampir dua dekade, tapi kemakmuran belum merata. Konflik bersenjata memang usai, tapi pertempuran melawan kemiskinan, korupsi, ketidakadilan, dan pudarnya identitas justru semakin sengit. Di tengah situasi ini, seruan "Pemuda Aceh Bersatu, Musuh Aceh Gentar" bukan sekadar slogan, tapi panggilan jiwa.

Bersatu di Atas Nilai, Bukan Hanya Emosi

Persatuan pemuda Aceh tidak boleh lahir hanya dari kemarahan sesaat, tapi dari kesadaran bersama akan nilai yang diperjuangkan. Dulu, pemuda Aceh bersatu karena marwah dan tanah air terancam. Kini, ancaman itu datang dalam bentuk yang lebih halus: degradasi moral, penjajahan ekonomi, dan ketergantungan politik.

Persatuan harus dibangun di atas visi: Aceh yang bermartabat, mandiri, dan sejahtera. Bukan sekadar ikut arus politik elit, tetapi menjadi gelombang perubahan yang memaksa elit untuk kembali berpihak pada rakyat.

Berdaulat di Tanah Sendiri

Kedaulatan Aceh hari ini bukan lagi soal memegang senjata di hutan, tapi memegang kendali atas sumber daya dan masa depan sendiri. Ini berarti:

  • Ekonomi mandiri: Memajukan usaha lokal, mengolah SDA Aceh di Aceh, bukan mengirim mentah ke luar.
  • Budaya kokoh: Menjaga adat, bahasa, dan nilai Islam sebagai fondasi, bukan sekadar ornamen festival.
  • Politik berintegritas: Menghadirkan pemimpin yang lahir dari rahim rakyat, bukan dari transaksi kekuasaan.

Kedaulatan adalah ketika anak-anak Aceh tidak lagi terpaksa merantau untuk sekadar mencari penghidupan layak, ketika hasil bumi Aceh tidak lagi habis dibawa keluar tanpa bekas, dan ketika kebijakan di tanah sendiri benar-benar dibuat demi rakyat sendiri.

Musuh Aceh Gentar

Musuh Aceh di era ini bukan hanya pihak luar yang ingin menguasai SDA atau melemahkan identitas, tetapi juga mereka yang di dalam namun tega menjual kepentingan rakyat demi keuntungan pribadi. Mereka gentar bukan karena senjata, tapi karena melihat rakyat yang sadar, bersatu, dan bergerak.

Ketika pemuda Aceh bersatu di jalan ilmu, ekonomi, dan politik berintegritas, para penjarah sumber daya dan pembunuh karakter akan kehilangan ruang. Ketika pemuda menguasai teknologi dan jaringan global, tak ada lagi informasi yang bisa dimanipulasi sesuka hati.

Pemuda Aceh adalah pewaris darah juang dan kebijaksanaan leluhur. Tantangan kita hari ini mungkin berbeda bentuk dari masa lalu, tapi jawabannya tetap sama: persatuan, keberanian, dan visi besar.

Saatnya pemuda Aceh kembali menulis sejarah. Bukan di halaman kelam, tapi di lembar gemilang.
Bersatu kita tegak, berdaulat kita kuat. Saat pemuda Aceh bersatu, musuh Aceh pasti gentar.


Penulis