Ada sebuah perumpamaan yang sering muncul dalam percakapan rakyat kecil: “Semoga manuver Pak Dewan tidak seperti mendiamkan bayi saat menangis—kasih ia sesuatu agar ia bisa tidur, dan jika ia bangun lalu menangis lagi, lakukan hal yang sama.”
Perumpamaan ini sesungguhnya menyimpan makna yang dalam. Bayi menangis karena lapar, haus, atau merasa tidak nyaman. Namun jika ia hanya diberi sesuatu untuk membuatnya diam sejenak tanpa menyentuh akar masalahnya, maka tangisan itu akan kembali. Demikian pula dengan rakyat Aceh. Suara rakyat tidak boleh dianggap sebagai tangisan yang bisa dibungkam sementara dengan bantuan instan, janji manis, atau proyek tambal sulam.
Pemimpin dan wakil rakyat Aceh bukanlah pengasuh yang sekadar menenangkan tangisan. Mereka adalah amanah umat. Mereka ditugaskan bukan hanya untuk membuat rakyat “diam”, melainkan memastikan rakyat hidup layak, sejahtera, dan bermartabat.
Sayangnya, kita masih sering menyaksikan manuver politik yang mirip dengan perumpamaan bayi tadi. Rakyat berteriak soal lapangan kerja, yang hadir justru program instan tanpa keberlanjutan. Rakyat menuntut keadilan, yang hadir hanyalah janji manis dalam forum-forum formal. Rakyat mengeluh tentang kemiskinan, yang muncul hanya bantuan sesaat yang cepat habis namun tidak menyentuh akar kemiskinan.
Kita perlu mengingatkan para pemimpin dan wakil rakyat Aceh: jangan hanya menenangkan suara rakyat, tapi selesaikan persoalan rakyat. Jangan biarkan rakyat tidur sementara dalam mimpi palsu, lalu terbangun kembali dalam kenyataan yang sama.
Aceh pernah berjaya karena pemimpinnya visioner, bukan reaktif. Kesultanan Aceh berdiri tegak karena pemimpin dan ulama berjalan bersama menata kehidupan rakyat, bukan karena janji-janji yang ditiupkan untuk meredakan sesaat. Kini, Aceh butuh pemimpin dan wakil rakyat yang berani memutus rantai politik basa-basi, lalu benar-benar bekerja untuk perbaikan sistem pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan moralitas.
Kalau pemimpin dan dewan hanya sibuk dengan manuver seperti “mendiamkan bayi”, maka rakyat Aceh akan terus menangis. Dan ingatlah, ada saatnya tangisan berubah menjadi jeritan yang mengguncang, bahkan bisa menjadi badai perubahan.
Maka, wahai pemimpin dan wakil rakyat Aceh:
- Jangan biarkan rakyat hanya tidur dalam mimpi.
- Jangan jadikan politik sekadar mainan penenang.
- Tunjukkan bahwa suara rakyat bukan tangisan, melainkan amanah yang harus dijawab dengan kerja nyata.
Karena rakyat Aceh tidak butuh janji. Rakyat butuh bukti.