Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Jangan Iri atas Usaha Orang Lain

Jumat, 17 Oktober 2025 | 00:48 WIB Last Updated 2025-10-16T17:49:04Z




Dalam kehidupan yang semakin kompetitif, manusia sering kali menilai dirinya dengan kaca mata orang lain. Kita membandingkan karier, rumah, pasangan, gaya hidup, bahkan kebahagiaan. Padahal, tidak ada dua perjalanan hidup yang benar-benar sama.
Namun satu hal yang sering muncul tanpa disadari adalah rasa iri terhadap usaha dan hasil orang lain — sebuah penyakit hati yang perlahan bisa menggerogoti semangat dan menghapus rasa syukur.

1. Hidup Adalah Lintasan yang Tak Sama

Bayangkan kehidupan seperti lintasan lari. Ada yang start lebih dulu, ada yang punya sepatu lebih bagus, dan ada pula yang jalannya lebih berat. Namun semua punya garis akhir masing-masing. Sayangnya, banyak orang justru sibuk menoleh ke kanan dan kiri, memikirkan siapa yang lebih cepat atau lebih beruntung, bukan fokus pada langkah sendiri.

Kita sering iri melihat orang lain berhasil membuka usaha, naik jabatan, atau dikenal banyak orang. Kita lupa bahwa kesuksesan tidak pernah datang secara tiba-tiba. Di balik senyum keberhasilan, ada malam-malam tanpa tidur, ada rasa takut gagal, dan ada air mata yang tidak pernah terlihat publik.

Seseorang mungkin tampak hidup mewah hari ini, tapi siapa tahu bertahun-tahun sebelumnya ia hidup prihatin, menahan lapar, menabung rupiah demi rupiah untuk mencapai titik itu. Maka, sebelum iri, lihatlah proses panjang di balik hasilnya.

2. Media Sosial dan Luka Perbandingan

Kita hidup di era media sosial — tempat setiap orang bisa menampilkan “versi terbaik” dari hidupnya. Foto liburan, mobil baru, pernikahan bahagia, atau rumah megah berseliweran setiap hari di layar ponsel. Lalu tanpa sadar, kita mulai membandingkan hidup kita yang biasa-biasa saja dengan potongan momen indah orang lain.

Padahal yang kita lihat hanyalah cuplikan, bukan keseluruhan film kehidupannya.
Kita melihat senyum, tapi tidak tahu ada air mata di baliknya. Kita melihat keberhasilan, tapi tidak tahu berapa kali ia gagal. Media sosial sering kali membuat kita merasa tertinggal, padahal mungkin kita sedang berada di jalur yang benar — hanya saja hasilnya belum waktunya muncul.

Iri lahir karena kita lebih sibuk melihat ke luar daripada ke dalam. Kita lupa bahwa setiap orang memiliki waktu, rezeki, dan ujian yang berbeda. Apa yang ditakdirkan untuk orang lain tidak akan pernah menjadi milik kita, dan sebaliknya.

3. Iri Menghapus Syukur, Syukur Menghapus Iri

Rasa iri adalah pencuri kebahagiaan. Ia membuat kita lupa mensyukuri apa yang sudah dimiliki. Betapa banyak orang yang hidup sederhana tapi tenang, sementara yang iri justru hidup gelisah meski berlimpah harta.

Padahal, syukur adalah kunci untuk membuka pintu rezeki yang lebih luas. Allah tidak akan menambah nikmat bagi orang yang terus mengeluh dan membandingkan diri, tapi justru melipatgandakan rezeki bagi mereka yang bersyukur dan berusaha tanpa benci.

Jika kita melihat seseorang lebih sukses, ucapkanlah: “Alhamdulillah, semoga aku bisa seperti itu suatu hari nanti.”
Ucapan sederhana tapi mengubah arah hati dari iri menjadi motivasi. Karena dalam hidup ini, tidak semua orang lebih beruntung — sebagian hanya lebih sabar dan lebih gigih.

4. Setiap Usaha Ada Waktunya

Hidup bukan tentang siapa yang lebih cepat, tetapi siapa yang tetap berjuang meski lambat. Ada orang yang sukses di usia 25, ada pula yang baru menemukan jalannya di usia 50. Semua ada waktunya.

Mungkin kamu belum berhasil hari ini bukan karena kamu gagal, tapi karena Tuhan sedang menyiapkan hasil yang lebih indah di waktu yang tepat.
Orang yang hari ini kamu iri padanya, mungkin besok iri kepadamu. Karena kehidupan berputar — kadang di atas, kadang di bawah. Maka, lebih baik bersyukur dan tetap berusaha daripada membuang waktu menanam iri yang tidak memberi manfaat.

5. Jadikan Iri Sebagai Bahan Bakar

Rasa iri sebenarnya bisa menjadi sinyal. Ia menunjukkan bahwa kita menginginkan hal serupa. Maka daripada membenci, ubahlah iri menjadi motivasi. Jika kamu iri pada orang yang rajin, belajarlah disiplin. Jika kamu iri pada orang yang sukses, pelajari bagaimana ia bekerja keras. Jika kamu iri pada orang yang tenang, perbanyaklah doa dan ketenangan hati.

Iri yang diubah menjadi semangat akan menjadi bahan bakar untuk kemajuan diri.
Tapi iri yang dibiarkan menjadi benci hanya akan menjadi racun yang memperlambat langkah.

6. Penutup: Fokus pada Jalanmu Sendiri

Setiap orang memiliki takdir yang unik. Jalanmu mungkin lebih panjang, tapi bukan berarti kamu tersesat. Tuhan tidak pernah terlambat memberi hasil, hanya saja manusia sering terburu-buru menilai waktu.

Berhentilah membandingkan hidupmu dengan orang lain. Hiduplah dengan cara yang kamu yakini benar — dengan kerja keras, kesabaran, dan keikhlasan. Karena pada akhirnya, yang menentukan kebahagiaan bukan seberapa banyak yang kita punya, tapi seberapa tenang hati kita menjalaninya.

Ingatlah:

“Jangan iri atas usaha orang lain. Kamu tidak tahu berapa banyak luka, air mata, dan perjuangan yang mereka lalui untuk sampai di titik itu.”

Syukuri langkahmu, teruslah melangkah, dan percayalah — waktumu akan datang juga.


Penulis Azhari