Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Ekonomi Bangsa Pasca Banjir, pemerintah hadir nyata atau janji

Kamis, 25 Desember 2025 | 00:22 WIB Last Updated 2025-12-24T17:22:22Z

Ketika Akses Lumpuh dan Rantai Hidup Terputus
Banjir bukan sekadar peristiwa alam. Ia adalah kejadian ekonomi, krisis sosial, dan ujian tata kelola negara. Ketika air meluap dan akses lumpuh, yang tenggelam bukan hanya rumah dan sawah, tetapi juga rantai ekonomi rakyat—dari hulu hingga hilir.
Di banyak wilayah Aceh dan daerah lain di Indonesia, banjir selalu diikuti satu pola yang sama: jalan putus, jembatan rusak, listrik mati, pasar sepi, sekolah tutup, dan aktivitas usaha terhenti. Dalam hitungan hari, ekonomi lokal yang rapuh langsung tersungkur.

Akses Lumpuh, Ekonomi Mati Sementara
Dalam ilmu ekonomi, akses adalah urat nadi. Ketika akses terputus:
Petani tidak bisa mengangkut hasil panen
Pedagang kehilangan pasokan
UMKM berhenti produksi
Harga barang melonjak karena kelangkaan
Daya beli masyarakat jatuh drastis
Banjir membuat ekonomi tidak bergerak, tetapi biaya hidup terus berjalan. Ironisnya, masyarakat miskin dan pelaku usaha kecil adalah pihak yang paling cepat terdampak dan paling lama pulih.


UMKM: Tulang Punggung yang Selalu Terabaikan
UMKM sering disebut tulang punggung ekonomi nasional. Namun setiap kali banjir datang, mereka juga yang paling minim perlindungan.
Modal terendam
Peralatan rusak
Bahan baku hilang
Tidak ada cadangan dana
Tidak punya asuransi
Ketika usaha besar bisa menunda produksi atau mengalihkan distribusi, UMKM justru berhadapan langsung dengan kebangkrutan. Tanpa skema penyelamatan ekonomi pascabencana, UMKM hanya diminta “bersabar” tanpa solusi konkret.
Negara Hadirkah dalam Pemulihan Ekonomi?
Pemulihan pascabencana sering difokuskan pada bantuan sembako dan logistik darurat. Itu penting, tetapi tidak cukup.
Ekonomi bangsa tidak pulih hanya dengan beras dan mie instan. Yang dibutuhkan adalah:
Pemulihan akses transportasi secepat mungkin
Bantuan modal darurat untuk pelaku usaha kecil
Relaksasi kredit dan utang UMKM
Skema padat karya pascabencana
Asuransi pertanian dan usaha rakyat
Tanpa itu, banjir akan selalu meninggalkan kemiskinan baru.

Pertanian dan Perikanan: Sektor yang Selalu Menanggung Risiko
Banjir menghancurkan sawah, tambak, kebun, dan ternak. Petani dan nelayan bukan hanya kehilangan hasil panen, tetapi juga kehilangan musim dan waktu, sesuatu yang tidak bisa diganti dengan cepat.

Sayangnya, perlindungan negara terhadap sektor ini masih sangat lemah. Asuransi pertanian belum menjangkau semua, sementara bantuan sering datang terlambat dan tidak sesuai kebutuhan lapangan.

Jika sektor primer ini runtuh, dampaknya bukan hanya lokal, tetapi nasional:
inflasi pangan, ketergantungan impor, dan kerentanan ekonomi bangsa.
Banjir sebagai Cermin Tata Kelola
Banjir berulang seharusnya tidak lagi disebut bencana alam semata, tetapi konsekuensi kebijakan:
Tata ruang yang diabaikan
Alih fungsi lahan tanpa kontrol
Proyek infrastruktur tanpa kajian lingkungan
Sungai dan drainase tidak dirawat
Selama pendekatan pembangunan hanya mengejar pertumbuhan tanpa keberlanjutan, ekonomi akan selalu rapuh saat krisis datang.

Dari Bantuan ke Ketahanan Ekonomi
Ekonomi pascabencana seharusnya tidak berhenti pada fase bantuan, tetapi naik ke fase ketahanan:
Ekonomi berbasis komunitas
Dana darurat desa yang fungsional
Koperasi bencana
UMKM berbasis digital agar tetap beroperasi meski akses fisik terganggu
Sistem logistik alternatif saat krisis
Banjir harus menjadi momentum membangun ekonomi yang tahan guncangan, bukan sekadar ekonomi yang hidup saat cuaca baik.

Penutup: Akses adalah Keadilan Ekonomi
Ketika akses lumpuh, keadilan ekonomi ikut lumpuh. Rakyat kecil membayar harga paling mahal dari sebuah bencana yang sering lahir dari kelalaian struktural.
Ekonomi bangsa pascabencana tidak boleh hanya diukur dari angka pertumbuhan nasional, tetapi dari seberapa cepat rakyat kecil bisa kembali berdiri.

Jika tidak, banjir akan terus datang, dan setiap kali itu terjadi, kita akan mengulang satu tragedi yang sama:
rakyat tenggelam, ekonomi terdiam, dan negara terlambat belajar.