Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Aceh pernah bertikai sesama saudaranya

Minggu, 19 September 2021 | 21:50 WIB Last Updated 2021-09-19T14:50:17Z

1604 M : Aceh Kembali Bergolak   Sultan Aceh Alauddin Ri'ayat Syah Sayyid al-Mukammil mangkat. Putra yang penggantinya Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607), segera terlibat dengan kemenakannya, si Perkasa Alam, sekaligus dengan saudaranya yang menjadi penguasa di Pidie, Sultan Husein. Perkasa Alam kabur berlindung ke Pidie. Sultan Husein pun segera mendukung keponakannya, si Perkasa Alam, melawan Sultan Aceh. Sayang, Perkasa Alam tertangkap dan dijebloskan ke pejara di ibu kota Bandar aceh.

1606 M: Portugis yang semakin terjepit di Selat Malaka manfaatkan pertikaian keluarga di Aceh. Mereka serang kesultanan! Sultan Ali Riayat Syah yang terdesak segera melakukan evaluasi karana kemenakannya yang jago perang meminta ikut serta bersama tentara aceh berperang dengan portugis lalu sultan mengabulkannya Dialah si Pancagah alias Johan Alam alias Perkasa Alam yang belakangan bakal jadi Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M)! Perkasa Alam segera buktikan kehebatannya. Ia patahkan serbuan Portugis!

1607-1636 M : Naiknya Iskandar Muda! 

Sultan Ali Riayat Syah wafat. Perkasa Alam segera membantah kekuasaan. Demi mencegah persaingan lain, ia tega mengirim bayaran untuk menghasilkan habisi Sultan Husein, pamannya di Pidie yang selama ini menjadi pelindungnya! ia juga tak suka golongan bangsawan mengawasi mengawasi dengan ketat. Semua orang kaya harus menghadap ke istana tiga hari sekali. Yang membangkang didenda atau dibunuh! dimulailah kekuasaan Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Mekeuta Alam yang penuh kejayaan sekaligus kebengisan!

masa jaya iskandar muda dan setelahnya
1607 - 1636 Iskandar Muda berkuasa. Inilah dia sang Legenda. Pada masanya sayap kuasa Aceh ditarik lebar-lebar. Ekspedisi militer di lautan dilancarkan. Tata kota dan tata sosial diatur. Bangsawan lama disikat, diganti dengan yang baru. Hukum ditegakkan dengan keras. Beberapa orang bilang: kejam.

1612-1613 Sultan merebut Deli dan Aru. Dua kerajaan yang terkenal digdaya. Pada tahun itu juga Batu Sawar (Ibu Kota Malyu-Johor) diserang!  

1615 pertempuran tiga hari antara Portugis vs Aceh di Bintan. Aceh menang gemilang.

1617-1618 Pahang diserbu dan dikuasai Aceh.

1619 Aceh serbu Kedah. Setahun kemudian Kedah takluk.

1624/1625 Aceh kuasai Nias.

1613 , 1623 Aceh juga menyerbu Johor kembali.

1629 Aceh serbu Malaka. Besar-besaran! Inilah pertempuran dahsyat yang dipersiapkan jauh-jauh hari. Iskandar Muda menyiapkan armada yang terdiri dari 400 kapal, termasuk kapal induk Cakra Donya yang termahsyur itu.

Mulamula Aceh unggul. Tapi secara membantu tialah armada bantuan Portugis Goa di bawah kepemimpinan Alvarez Botelho. Aceh limbung terjepit dan akhirnya kalah. Kapal Cakra Donya disita, sebagian lainnya ditenggelamkan. Agaknya inilah pertempuran besar terakhir antara Aceh-Portugis.

Pada masa Iskandar Muda armada laut Aceh adalah yang paling menakutkan. Di masa itu telah terdapat 100 kapal perang berukuran besar. Sepertiganya bahkan lebih besar dari kapal Eropa manapun.

Ada salah satu kapal Aceh yang istimewa. Kapal ini dikirim menyerang Malaka pada 1629. Portugis pada akhirnya berhasil membuat kapal ini. Laksamananya terkagum-kagum dengan ukuran kapal yang besar. Mereka mengirim kapal ini ke Spanyol sebagai tanda kemenangan. Panjangnya sekitar 100 meter dilengkapi dengan 100 meriam, termasuk dua meriam dari tembaga yang nilainya mahal. Kapal itu Mulus Espanto Del Mundo alias Cakra Dunia alias Teror Dunia.

Menurut keterangan Faria y Sousa, kapal itu bernama Espanto del Mundo atau Cakra Donya yang berarti Teror Dunia. Dia menggambarkan, kapal itu memiliki mesin yang panjangnya 400 jengkal (sekitar 100 meter). Kapal itu memiliki tiga tiang pada jarak yang layak (se levantavan approporcionadas distancias tres arboles), memiliki 100 unit lebih meriam. Salah satu meriam tersebut beratnya mencapai dua arroba (mas de arrobas).

“Tidak sia-sialah kapal itu diberi nama Cakra Donya. betapa mulianya, kuatnya! Betapa indahnya, kayanya! Meskipun mata kita sudah capai karena sering heran melihat benda-benda indah, kami semua terbelalak melihat yang ini,” ujar Faria y Sousa.

sumber fb
ajceh daŕusalam