Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Hijrah Orang Aceh ke Yan Kedah

Jumat, 29 Oktober 2021 | 18:51 WIB Last Updated 2021-10-29T11:51:05Z

 Menziarahi makam Ulama Acheh di Yan - Syeikh Haji Omar Bin Auf di Kampung Acheh.

Kampung Acheh di daerah Yan ini telah dihuni oleh orang Acheh yang bermigrasi ke sana sejak beberapa abad yang lalu. Sampai saat ini, belum ada catatan yang dapat memastikan masa kedatangan orang Aceh ke Yan. Akan tetapi, satu fakta sejarah yang penting dinyatakan bahwa kedatangan mereka ke Yan berkaitan erat dengan penyerangan Belanda terhadap Kerajaan Acheh.

Ada riwayat mengatakan bahawa migrasi orang orang Acheh ke Yan paling pesat terjadi dalam tahun 1900-1915. Punca utama yang menyebabkan migrasi ini karena Acheh terlibat perang dengan Belanda. Pada masa perang ini, cukup banyak kaum ulama di pelbagai tempat di Acheh yang memimpin perlawanan rakyat terhadap Belanda. Oleh karena itu, kaum ulama beserta para pengikut mereka menjadi sasaran serangan Belanda. 

Dinyatakan juga bahwa orang Acheh yang mula-mula bermigrasi ke Yan terbahagi ke dalam tiga kelompok, iaitu :

1. Para ulama yang mengajar ilmu agama dan santri yang menuntut ilmu
2. Rakyat awam yang melarikan diri dari keganasan perang dan kemudian membuka sawah dan kebun
3. Para peniaga

Di antara bukti yang dapat dijadikan sokongan kehadiran orang Acheh di Yan pada akhir abad ke 19 atau awal abad ke 20 ialah kuburan ulama Aceh dan beberapa buah batu nisan di sebuah tanah perkuburan lama orang Acheh di Kampung Acheh. Pada salah satu batu nisan di sana tertulis nama Syeikh Omar yang meninggal dunia pada tahun 1329 H (1909 M). Ada pula beberapa batu nisan lain yang masih dapat dibaca masa meninggalnya, di antaranya ialah Haji Abas bin Qasim dan Hajah Mayah binti Haji Abu Bakar yang meninggal dunia pada tahun 1919 M.

Kelompok orang Acheh yang bermigrasi ke Yan dipimpin oleh seorang ulama bernama Tengku Muhammad Arshad (Teungku di Balee) dan diikuti oleh keluarga dan para pengikutnya. Di antara murid beliau dari Acheh ialah Tengku Haji Muhammad Krueng Kale dan Tengku Hasballah Indrapuri. 

Selain itu, ulama lainnya yang datang ke kampung Acheh, Yan ialah Syeikh Omar bin Auf atau dikenali dengan nama Tengku Shik Lam U, Tengku Haji Musa atau Tengku Lam Suro dan Tengku Chik  Lam Bhuk. 

Mereka kemudian membuka Kampung Acheh dan mendirikan sebuah pusat pembelajaran agama Islam di sana bernama Madrasah al-Irsyadiyah al-Diniyah pada tahun 1902. Setelah itu, banyak orang Acheh yang bermigrasi ke Yan, termasuk muridnya yang bernama Teungku Bidau al-Hafidz.

Sementara itu Syeikh Omar bin Auf yang juga salah seorang ulama yang menetap di sana meninggalkan beberapa orang anak. Mereka ialah Ahmad Hasballah (Abu Indra Puri), Mohd Dahan (Abu di Yan), Abu Lam U dan Abdul Hamid Tengku Aneuk Batee. Kini, anak cucu mereka yang mengelola serta menjaga kebudayaan Acheh di kampung Acheh Yan, Kedah, Malaysia.

Kedatangan Tengku Arshad dan ulama lain ke Yan diikuti pula oleh sanak keluarga dan kerabat, para pengikut, dan murid-murid mereka di Acheh. Mereka mengikuti kaum ulama tersebut karena hendak melanjutkan menuntut ilmu agama yang terhenti akibat kekacauan perang. Mereka belajar di madrasah yang dibangun oleh Tengku Arshad. Sebagai tempat tinggal bagi para pelajar itu, didirikan pula beberapa buah pondok kecil yang berdekatan dengan madrasah. Dikatakan hampir 30 buah pondok didirikan.

Para penghijrah yang dipimpin oleh kaum ulama ini mengusahakan pertanian dengan menggunakan konsep “beras segenggam”. Artinya, sebahagian hasil pertanian disimpan untuk membeli senjata dan kemudian dikirimkan ke Acheh. Tindakan seperti ini berlangsung cukup lama, sehingga datanglah Tengku Abdul Jalil, seorang ulama dari Lamno, Acheh ke Yan. Beliau singgah ke Yan dalam perjalanannya menuju India untuk menuntut ilmu. Tengku Abdul Jalil tinggal di Yan lebih kurang selama satu tahun. Dia kemudian menasihati masyarakat Acheh di Yan agar menghentikan usaha pengiriman dana atau senjata ke Acheh. Menurutnya, tidak ada guna mengumpulkan dana dan membeli senjata dari pihak Inggeris di Pulau Pinang untuk dikirimkan ke Acheh, karena Inggeris pun tidak berbeza dengan Belanda, bangsa penjajah. Boleh jadi senjata yang dibeli tidak berkualiti. Tengku Abdul Jalil menganjurkan agar dana yang dikumpulkan lebih baik digunakan untuk membangun madrasah sebagai tempat membekali anak-anak Acheh dengan pengetahuan agama.

Nasihat Teugku Abdul Jalil ini dapat diterima oleh masyarakat Acheh di Yan. Semenjak itu, orang Acheh mengumpulkan dana dan berhasil membangun sekolah agama. Sekolah agama yang dibangun itu menjadi cabang pertama putik-putik tertubuhnya Maktab Mahmud di Yan, Kedah.

Para ulama ini mengajar masyarakat kampung hingga ke akhir hayatnya. Syeikh Omar bin Auf dikebumikan di Tanah Perkuburan Islam yang terletak di belakang Maktab Mahmud Yan manakala Syeikh Tengku Arshad dimakamkan di kawasan bukit, Kampung Acheh, Merbok (riwayat lain beliau meninggal dunia di Ie Leubee Pidie, Acheh. 

*Sumber - Tulisan yang berjudul SEJARAH DAN POLA MIGRASI MASYARAKAT ACEH KE YAN KEDAH tulisan Bustami Abubakar


 Di Tulis Oleh : Tengku Yusuff 


#KenaliUlamak