Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Anakmu dan Mimpimu Sebelum Meninggal: Renungan Seorang Orang Tua dalam Islam

Kamis, 29 Mei 2025 | 20:58 WIB Last Updated 2025-05-29T13:58:51Z



Setiap orang tua pasti punya mimpi untuk anak-anaknya. Kita ingin mereka tumbuh sehat, pintar, punya akhlak baik, sukses dunia akhirat, dan menjadi anak yang bermanfaat untuk orang banyak. Kita rela bekerja keras, menahan lelah, bahkan berkorban apa saja demi masa depan mereka. Tapi di balik semua itu, ada satu hal yang sering kita lupakan — bahwa hidup ini ada batasnya.

Kematian adalah sesuatu yang pasti. Tidak peduli seberapa besar cinta kita kepada anak-anak, seberapa banyak harta yang kita kumpulkan, seberapa tinggi jabatan yang kita raih, semua akan berhenti saat ajal tiba. Kita tidak pernah tahu kapan waktunya, bisa saat anak-anak masih kecil, saat mereka remaja, atau justru setelah kita tiada. Yang jelas, takdir Allah tak pernah salah waktu.

Di sinilah pentingnya sebagai orang tua, kita tidak hanya sibuk memikirkan sekolah anak, les tambahan, atau prestasi akademis semata. Kita juga harus mempersiapkan mereka secara mental dan spiritual agar kelak ketika kita sudah tidak ada, mereka tetap bisa hidup teguh dalam keimanan dan akhlak yang baik.

Mengajarkan Anak Tentang Kematian Sejak Dini

Banyak orang tua yang menghindari topik kematian saat berbicara dengan anak. Takut anak jadi takut, sedih, atau malah trauma. Padahal dalam Islam, kematian bukan sesuatu yang harus ditakuti, tapi sesuatu yang perlu dipahami sebagai bagian dari kehidupan.

Kita bisa mulai dengan menceritakan kisah-kisah para nabi dan orang-orang saleh. Bagaimana Nabi Muhammad SAW pun wafat dengan tenang setelah menyampaikan pesan-pesan penting kepada umatnya. Cerita-cerita seperti ini bisa kita sampaikan dengan bahasa sederhana sesuai usia anak.

Misalnya, saat ada kabar duka di lingkungan sekitar, itu bisa jadi momen yang pas untuk mengajarkan anak tentang makna hidup, bahwa semua manusia akan kembali kepada Allah, dan yang penting adalah bagaimana kita mempersiapkan bekal untuk pulang.

Biasakan Anak dengan Ibadah Sejak Kecil

Ibadah bukan sekadar rutinitas, tapi benteng bagi jiwa. Anak yang terbiasa shalat, membaca Al-Quran, dan berdzikir sejak kecil biasanya lebih tenang menghadapi berbagai situasi, termasuk kematian.

Jangan hanya menyuruh anak shalat, tapi ajak mereka shalat berjamaah. Jangan cuma menyuruh mereka membaca Al-Quran, tapi dampingi dan beri teladan. Anak belajar lebih banyak dari apa yang ia lihat ketimbang apa yang ia dengar.

Selain itu, ajarkan juga makna di balik ibadah. Bahwa shalat itu bukan sekadar gerakan, tapi bentuk syukur kepada Allah. Bahwa membaca Al-Quran itu bukan hanya mengejar pahala, tapi juga petunjuk hidup. Dengan begitu, anak tidak merasa ibadah itu beban, tapi kebutuhan.

Tanamkan Akhlak Baik Sejak Dini

Anak yang berakhlak baik, insyaAllah akan lebih mudah menghadapi takdir Allah. Akhlak itu bukan hanya soal sopan santun, tapi juga kejujuran, tanggung jawab, rasa peduli, dan keberanian membela kebenaran.

Kita bisa mulai dari hal-hal kecil, seperti membiasakan anak mengucap salam, minta maaf saat bersalah, dan berbagi dengan teman. Jangan biarkan anak terbiasa berbohong, meski untuk hal kecil. Jangan biasakan anak bersikap egois, karena itu akan membuat mereka rapuh saat dewasa.

Berikan Teladan Lewat Sikap Kita

Anak adalah peniru ulung. Mereka lebih cepat meniru sikap daripada mendengarkan nasihat. Kalau kita ingin anak rajin shalat, jangan pernah tinggalkan shalat di depan mereka. Kalau ingin anak sabar menghadapi masalah, tunjukkan bahwa kita pun sabar dalam menghadapi cobaan.

Saat ada musibah atau kabar duka, ajak anak mendoakan orang yang meninggal, dan ajak bicara tentang makna hidup. Dengan cara ini, anak akan tumbuh memahami bahwa hidup ini hanya sementara.

Biasakan Membuat Wasiat

Wasiat bukan cuma soal harta. Wasiat juga bisa berisi pesan-pesan kehidupan. Kita bisa mulai membiasakan anak untuk menulis keinginan baiknya sebelum tidur atau saat momen tertentu, agar mereka paham bahwa hidup ini ada akhirnya dan penting meninggalkan pesan baik.

Sebagai orang tua, kita juga sebaiknya menulis wasiat. Bukan karena kita merasa ajal sudah dekat, tapi sebagai bentuk kesiapan. Wasiat bisa berisi pesan agar anak tetap berpegang teguh pada agama, menjaga shalat, berbuat baik pada ibu setelah ayah tiada, atau sebaliknya.

Akhir Kata: Mimpi Besar Itu Baik, Tapi Jangan Lupa Takdir Allah

Kita semua punya mimpi untuk anak. Kita ingin mereka sukses, punya pekerjaan bagus, menikah dengan orang baik, dan hidup sejahtera. Tapi di atas semua itu, yang lebih penting adalah memastikan mereka siap menghadapi kematian dan memahami bahwa dunia ini sementara.

Karena sehebat apa pun mimpi kita, takdir Allah tetap yang paling utama. Bisa jadi kita pergi lebih dulu sebelum sempat melihat anak menikah, atau anak dipanggil lebih dulu sebelum sempat membanggakan kita. Dan itu bukan tragedi, tapi bagian dari ketetapan-Nya.

Maka, persiapkanlah anak kita tidak hanya untuk dunia, tapi juga untuk akhirat. Didik mereka jadi anak shaleh dan shalehah, yang bisa mendoakan orang tuanya saat sudah di alam kubur. Sebab, seperti sabda Rasulullah SAW:

"Jika anak Adam meninggal dunia, terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya." (HR. Muslim)

Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk menjalankan amanah ini dengan baik, dan kelak berkumpul kembali bersama keluarga di surga. Aamiin.