Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Politik Upeti Modern di Aceh: Dari Kerajaan ke Kantor Pemerintahan

Minggu, 25 Mei 2025 | 23:11 WIB Last Updated 2025-05-27T10:52:50Z




Aceh pernah menjadi negeri besar karena ketegasan hukumnya dan keadilan pemimpinnya. Tapi dalam perjalanan waktu, penyakit lama itu tetap hidup — hanya berganti rupa. Dulu disebut upeti kerajaan, sekarang disebut fee proyek, jatah posisi, dan politik balas jasa. Bedanya, jika dulu upeti ditujukan untuk memperkuat negara, kini upeti modern justru jadi alat memperkaya elit politik dan membunuh integritas birokrasi.

Di zaman Kesultanan Aceh, upeti adalah tanda loyalitas dari daerah taklukan kepada Sultan. Namun tetap ada aturan, jumlah, dan fungsinya. Tak semua orang bisa mengatur sesuka hati. Tapi kini di era otonomi khusus, politik upeti bermetamorfosis menjadi budaya deal-dealan, tender siluman, hingga jual beli jabatan yang dibungkus rapi.

Di balik gemerlap proyek infrastruktur dan program rakyat, ada kantong-kantong kecil yang harus diisi. Kadang namanya uang terima kasih, kadang biaya administrasi, dan yang paling halus biaya dukungan politik. Semua dilakukan bukan atas nama kepentingan Aceh, tapi demi mempertahankan kekuasaan kelompok tertentu.

Yang lebih memprihatinkan, upeti modern ini tak lagi dilakukan secara diam-diam. Sudah jadi rahasia umum di lingkungan pemerintah kabupaten, dinas, bahkan di lembaga legislatif lokal. Banyak kursi strategis diisi bukan karena kapabilitas, tapi karena loyalitas kepada penguasa atau karena besarnya “setoran” yang bisa disanggupi.

Politik upeti modern ini tidak hanya merusak sistem pemerintahan, tapi juga membunuh moralitas generasi muda. Anak-anak muda Aceh yang cerdas dan idealis terpaksa minggir, karena ruang-ruang pengabdian sudah dipenuhi oleh mereka yang punya modal dan koneksi politik. Rakyat Aceh akhirnya hanya jadi penonton dalam drama kekuasaan yang dimainkan elit-elit politik lokal.

Jika dibiarkan, Aceh akan terus terjebak dalam lingkaran setan kekuasaan yang korup, penuh kepura-puraan, dan jauh dari cita-cita kemerdekaan serta martabat masa lalu. Sudah waktunya rakyat Aceh sadar bahwa otonomi khusus bukanlah jalan pintas menuju kemewahan elit, tapi amanah besar untuk membangun kembali negeri yang pernah jadi mercusuar Islam di Asia Tenggara.

Kita butuh gelombang perubahan yang lahir dari keberanian, kejujuran, dan ketegasan menolak politik upeti modern ini. Jika tidak, maka nisan sejarah Aceh hanya akan bertuliskan:
"Di sini pernah ada Aceh yang besar, lalu dibunuh oleh anak-anaknya sendiri."

“Jangan wariskan kepada anak cucu kita negeri yang penuh hutang moral dan politik.”


#aceh