Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Empat Pulau di Ambil, Marwah Aceh Dilecehkan! Saatnya Aceh Bangkit Bersama

Kamis, 05 Juni 2025 | 12:34 WIB Last Updated 2025-06-05T05:34:21Z




Oleh: Azhari 

Sejarah selalu menyimpan luka. Tapi luka paling pahit adalah saat harga diri kita diinjak di depan mata, sementara para pemimpin justru sibuk mencari kursi. Itulah yang kini sedang terjadi di Aceh Singkil. Empat pulau warisan leluhur Aceh — Pulau Panjang, Pulau Lipan, Pulau Mangkir Besar, dan Pulau Mangkir Kecil — dipindahkan ke Sumatera Utara tanpa suara rakyat Aceh!

Inikah hasil damai Helsinki? Inikah balasan bagi darah syuhada Aceh yang pernah tumpah di hutan, di sungai, di gunung demi tanah rencong?

Dimana suara elit Aceh? Dimana keberanian kita?

Pulau Itu Milik Aceh, Bukan Barang Dagangan!

Pemerintah pusat boleh bilang ini soal teknis peta. Tapi bagi rakyat Aceh, ini soal harga diri. Empat pulau itu telah dijaga nelayan Aceh, dibangun oleh anggaran Aceh, bahkan dermaga dan meunasah di sana dibangun dengan dana otonomi khusus Aceh.

Jika hari ini empat pulau diambil, besok apa lagi? Lambat laun, harga diri Aceh akan dicincang sedikit demi sedikit, hingga kita tak lebih dari daerah tanpa marwah.

Sejarah tak boleh diam. Darah perjuangan tak boleh membeku.

Ujian Kekompakan Aceh

Ini saatnya kita buktikan, apakah Aceh masih satu suara dalam harga diri, atau hanya kuat saat rebutan proyek APBA? Apakah tokoh agama, adat, pemuda, mahasiswa, dayah, dan para pejuang damai masih punya keberanian, atau hanya bersuara saat pilkada datang?

Kita bukan provokator. Kita rakyat Aceh yang punya hak mempertahankan tanah leluhur. Jika suara elite bisu, maka suara rakyat harus menggema. Karena jika Aceh diam hari ini, esok lusa yang hilang bukan hanya empat pulau, tapi seluruh marwah kita.

NKRI? Oke. Tapi Jangan Main-Main Dengan Harga Diri

Aceh sudah buktikan, kita bisa damai. Kita bisa bersatu di bawah NKRI. Tapi bukan berarti kita rela diinjak, ditipu, lalu disuruh diam. NKRI itu harga mati, tapi harga diri Aceh juga harga mati. Kita boleh beda politik, tapi soal tanah leluhur tak bisa ditawar.

Jangan tunggu Aceh bangkit dalam amarah. Jangan tunggu darah kembali tumpah. Hentikan ini sekarang!

Serukan! Kita Tidak Diam

Kita tuntut pemerintah Aceh bersikap. Kita desak DPR Aceh bergerak. Kita minta semua bupati se-Aceh bersatu, menolak keputusan sepihak ini. Kalau tidak, jangan salahkan jika luka lama kembali dibuka, dan bara kembali menyala.

Karena Aceh bukan bangsa pengecut. Kita pernah lawan Belanda. Kita pernah hadapi penjajah Jepang. Kita pernah melawan Jakarta. Dan kita bisa bersatu kembali kalau harga diri terus diinjak.

Empat pulau itu mungkin kecil di peta, tapi besar dalam hati rakyat Aceh. Jangan tunggu meletup.