Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Hidup Kita Harus Memberi Arti untuk Bangsa dan Agama

Rabu, 04 Juni 2025 | 20:03 WIB Last Updated 2025-06-04T13:06:27Z


Di tengah kesibukan hidup dunia yang penuh hiruk-pikuk, kadang kita lupa untuk bertanya pada diri sendiri: "Untuk apa aku hidup? Untuk siapa aku berbuat?" Apakah hidup ini hanya sekadar mengejar pangkat, jabatan, harta, dan kesenangan duniawi, atau ada sesuatu yang lebih besar yang seharusnya menjadi tujuan kita?

Orang Aceh dulu sering berkata, "Udep tanyoe beu tapike keu bangsa dan agama." Hidup kita harus memberi makna dan manfaat, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk kemajuan bangsa dan demi kemuliaan agama.

Hidup Tak Sekadar Nafas

Kalau hidup hanya untuk makan, minum, mencari uang, lalu mati — itu tidak beda dengan makhluk lain. Nilai manusia terletak pada apa yang dia wariskan untuk umatnya, apa yang dia perjuangkan untuk bangsanya, dan apa yang dia tegakkan untuk agamanya.

Karena itu, kita diajarkan agar jangan hanya menjadi penonton dalam kehidupan. Jadilah orang yang bermanfaat. Seperti pesan Rasulullah SAW:
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya."

Bangsa Butuh Anak Muda yang Peduli

Bangsa Aceh dan Indonesia ke depan butuh generasi yang bukan sekadar bisa berbicara, tapi mampu berbuat. Bukan hanya bisa mengkritik, tapi juga ikut memperbaiki. Jangan biarkan bangsa ini terus dirusak oleh ego, politik kotor, dan budaya saling menjatuhkan.

Hidup kita harus menyumbang sesuatu bagi negeri. Entah lewat ilmu, karya, kepedulian sosial, atau perjuangan di jalan kebenaran. Jangan sampai anak cucu kita nanti bertanya:
"Apa yang telah engkau wariskan untuk kami?"
Lalu kita hanya bisa terdiam.

Agama Harus Jadi Pegangan

Di saat nilai-nilai moral mulai luntur, dan agama hanya dijadikan formalitas, kita butuh orang-orang yang tetap memegang teguh ajaran Islam. Bukan sekadar dalam shalat dan puasa, tapi juga dalam kejujuran, amanah, dan keberpihakan pada rakyat kecil.

Aceh dikenal sebagai Serambi Mekkah. Tapi apakah gelar itu masih pantas jika anak-anak mudanya jauh dari dayah, pemimpinnya lupa pada ulama, dan masyarakatnya sibuk mencari dunia tanpa peduli halal-haram?

Hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan hanya mengejar dunia. Tinggalkan jejak yang baik di jalan agama dan perjuangan, agar hidup kita benar-benar berarti.

Mari kita ingat kembali pesan orang tua dan ulama-ulama Aceh dulu:
"Udep tanyoe beu tapike keu bangsa dan agama."
Jangan biarkan hidup kita hanya diisi dengan urusan perut dan jabatan. Jadikan diri kita pelita bagi orang lain, penolong bagi yang lemah, dan pembela bagi kebenaran.

Karena ketika ajal datang, bukan harta dan jabatan yang kita bawa. Tapi amal baik dan jasa yang pernah kita tinggalkan.

Semoga kita termasuk orang yang hidupnya memberi arti. Ameen.