Oleh: Azhari
Di dunia internasional, banyak negara berbicara soal kemanusiaan, keadilan, dan solidaritas. Banyak pula yang menggelar konferensi, menyusun resolusi, hingga mengangkat bendera Palestina di forum-forum dunia. Tapi ketika peluru dan rudal menghujani Gaza, ketika anak-anak Palestina terbunuh di pelukan ibunya, ketika rumah-rumah diratakan tanpa belas kasih, hanya sedikit negara yang benar-benar berdiri di garis depan perlawanan.
Dari sedikit nama itu, Iran menjadi negara yang konsisten. Di saat negara-negara Arab sibuk berdamai dengan Israel, atau terjebak dalam konflik internal, Iran tetap menjaga posisinya sebagai kekuatan besar yang berdiri bersama Gaza. Sebuah sikap politik yang terus memantik perdebatan, dipuji oleh sebagian, dan dicurigai oleh yang lain. Namun satu hal yang tak bisa dipungkiri: Iran hadir di medan yang dihindari banyak negara.
Dari Retorika ke Aksi Nyata
Sejak Revolusi Islam 1979, Iran menegaskan keberpihakannya pada kaum tertindas (mustadh’afin), termasuk rakyat Palestina. Ayatollah Khomeini bahkan menjadikan isu Palestina sebagai bagian dari doktrin revolusi. Hari Quds Internasional pun lahir dari gagasan pemimpin spiritual Iran itu, diperingati setiap Jumat terakhir Ramadhan.
Bagi Iran, dukungan terhadap Palestina bukan sebatas diplomasi atau sekadar simbol solidaritas. Itu bagian dari prinsip ideologi revolusi Islam yang anti-zionisme, anti-imperialisme, dan keberpihakan terhadap bangsa-bangsa yang tertindas. Tak heran, ketika dunia ramai bicara soal gencatan senjata, Iran justru mengirimkan dukungan militer, logistik, dan dana bagi kelompok perlawanan di Gaza seperti Hamas dan Palestinian Islamic Jihad (PIJ).
Iran secara terang-terangan menyebut perlawanan bersenjata rakyat Gaza sebagai bentuk jihad melawan penjajahan. Beberapa laporan menyebut, banyak roket dan senjata pejuang Gaza dikembangkan dengan teknologi yang bersumber dari Iran, meski melalui jalur-jalur rahasia.
Embargo Tak Membungkam Dukungan
Kita tahu Gaza terisolasi dari dunia luar. Jalur Rafah di Mesir kerap ditutup. Laut dikuasai Israel. Bantuan kemanusiaan sering tertahan, apalagi bantuan militer. Tapi di tengah kondisi itu, Iran menjadi satu dari sedikit negara yang berhasil menembus blokade. Bantuan logistik, pelatihan militer, hingga transfer teknologi senjata menjadi bentuk nyata dari komitmen Iran.
Bahkan ketika Barat menuding Iran sebagai dalang di balik kemampuan militer Gaza, Teheran tak merasa perlu membantah. Dalam banyak kesempatan, pemimpin spiritual dan politik Iran menegaskan bahwa membantu Gaza adalah tanggung jawab moral dan agama. Mereka menyebut perlawanan Palestina bukan sekadar konflik regional, tapi simbol perlawanan umat Islam melawan penjajahan modern.
Motif Ideologis dan Geopolitik
Tentu saja, di balik solidaritas itu, ada aspek geopolitik yang tak bisa dinafikan. Iran berkepentingan membangun sumbu perlawanan di kawasan Timur Tengah, dikenal dengan istilah Axis of Resistance, yang terdiri dari Iran, Suriah, Hizbullah di Lebanon, milisi Syiah di Irak, dan kelompok perlawanan Palestina.
Poros ini menjadi penyeimbang kekuatan terhadap blok Amerika Serikat, Israel, Arab Saudi, dan negara-negara Teluk. Dengan mendukung Gaza, Iran tidak hanya mempertahankan solidaritas umat Islam, tetapi juga memperluas pengaruh politiknya di kawasan. Apalagi, sejak banyak negara Arab mulai berdamai dengan Israel melalui Abraham Accords, Iran tampil sebagai satu-satunya negara regional yang masih tegas menolak eksistensi Zionis Israel di Palestina.
Namun harus diakui, motif ideologis dan geopolitik itu tak menghapus nilai kemanusiaan dari dukungan Iran. Saat yang lain abai, Iran hadir. Ketika dunia hanya mengecam, Iran bertindak.
Konsekuensi Berat dan Keteguhan Iran
Keberpihakan Iran kepada Palestina membuat negara ini harus menghadapi isolasi internasional, sanksi ekonomi berlapis dari Amerika dan sekutunya, hingga ancaman serangan militer langsung. Di banyak forum internasional, Iran selalu dijadikan sasaran kecaman, dicap sebagai sponsor terorisme, dan dianggap ancaman stabilitas kawasan.
Namun di balik tekanan itu, Iran tetap bertahan. Teheran menyadari, dukungannya terhadap Gaza adalah investasi moral dan politik jangka panjang. Bagi Iran, nilai martabat di hadapan umat Islam jauh lebih penting daripada ketakutan terhadap sanksi Barat.
Iran di Mata Pejuang Gaza
Di mata sebagian rakyat Gaza dan para pejuang perlawanan, Iran adalah pelindung, sekutu, dan sumber harapan. Tanpa dukungan Iran, perlawanan di Gaza bisa lumpuh, sebab blokade yang diberlakukan Israel dan Mesir hampir sepenuhnya memutus akses dunia luar ke Gaza.
Iran menyediakan jalur bantuan alternatif, mengirimkan teknologi, dana, hingga pelatihan militer. Banyak pejuang Hamas dan PIJ yang dilatih di luar negeri dengan dukungan Iran. Bahkan beberapa pemimpin perlawanan Palestina secara terbuka memuji peran Iran dalam mempertahankan eksistensi perjuangan Gaza.
Meski demikian, sebagian kalangan di dunia Arab ada yang skeptis. Mereka menganggap Iran hanya memanfaatkan isu Palestina untuk kepentingan politiknya di Timur Tengah. Namun faktanya, di saat negara-negara Arab sibuk berkoalisi dengan Israel, hanya Iran yang konsisten berdiri di barisan perlawanan.
Pelajaran bagi Dunia Islam
Apa yang dilakukan Iran seharusnya menjadi pelajaran bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Solidaritas terhadap Palestina bukan sekadar berbicara di podium, mengutuk agresi di media sosial, atau menggelar aksi solidaritas tanpa kelanjutan.
Iran mengajarkan bahwa solidaritas harus ditindaklanjuti dengan tindakan nyata. Bukan berarti Indonesia harus mengirim senjata atau terlibat dalam konflik bersenjata. Tapi dukungan diplomasi aktif, bantuan kemanusiaan besar-besaran, advokasi internasional, hingga keberanian menekan Israel lewat forum global adalah bentuk perlawanan yang bisa dilakukan.
Dunia Islam, yang selama ini bangga dengan jumlah negara Muslim terbanyak di PBB, seharusnya bisa lebih berani. Palestina tidak cukup hanya didoakan. Ia harus diperjuangkan, dengan segenap daya yang dimiliki.
Penutup
Iran mungkin bukan negara tanpa cela. Politik domestik dan kebijakan luar negerinya kerap menuai kontroversi. Tapi dalam soal komitmen terhadap Gaza dan Palestina, Iran patut diacungi jempol. Ketika banyak yang berbalik badan, Iran tetap berdiri.
Sejarah akan mencatat, bahwa di saat dunia hanya mampu mengutuk dan berdiplomasi, Iran turun tangan. Gaza mengenang itu. Dunia Islam seharusnya merenungkan, di posisi mana kita berdiri saat rakyat Palestina terus dibantai tanpa ampun.
Apakah kita berdiri di barisan pejuang, atau hanya sibuk menonton tragedi dari layar kaca?