Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Menikah Muda atau Menunggu Mapan: Jalan Mana yang Paling Bijak

Rabu, 18 Juni 2025 | 01:11 WIB Last Updated 2025-06-17T18:12:02Z



Di berbagai ruang diskusi, media sosial, hingga obrolan warung kopi, topik tentang menikah muda atau menunggu mapan tak pernah kehilangan peminat. Sebagian orang memandang menikah muda sebagai langkah berani yang penuh romantisme, sementara yang lain menilai itu keputusan gegabah tanpa perhitungan matang. Lantas, mana yang benar? Lebih baik menikah muda atau menunggu mapan?

Menikah Muda: Antara Cinta dan Tantangan

Banyak yang beranggapan bahwa menikah muda adalah cara ideal untuk menjaga diri, menghindari pergaulan bebas, dan membangun rumah tangga di usia produktif. Ada pula yang berpendapat bahwa usia muda adalah masa paling indah untuk berbagi mimpi bersama pasangan, tumbuh, dan berjuang dari nol berdua.

Namun, di balik romantisme itu, menikah muda menyimpan tantangan besar. Ketidakmatangan emosional, ketidakstabilan finansial, hingga ketidaksiapan menghadapi dinamika rumah tangga kerap jadi sumber konflik. Tak sedikit pernikahan muda yang kandas sebelum sempat membangun pondasi kokoh, karena terlalu percaya bahwa cinta saja cukup.

Padahal, dalam realitasnya, pernikahan tak hanya soal perasaan, tapi tentang tanggung jawab, pengelolaan emosi, ekonomi, hingga relasi sosial.

Menunggu Mapan: Realistis atau Menunda Takdir?

Di sisi lain, ada yang memilih untuk menunggu mapan. Mereka berpendapat bahwa pernikahan membutuhkan kesiapan lahir dan batin, terutama kesiapan finansial. Bagaimana mungkin seseorang bisa membangun rumah tangga jika dirinya saja masih bergantung pada orang tua? Bagaimana membesarkan anak jika penghasilan tak menentu? Bagaimana bisa bahagia jika setiap hari bertengkar soal uang dapur?

Orang-orang dalam kelompok ini lebih memilih untuk menuntaskan pendidikan, membangun karier, dan memperbaiki kondisi ekonomi terlebih dahulu. Barulah setelah itu, pernikahan dijalankan dengan lebih tenang tanpa dihantui persoalan kebutuhan pokok.

Namun, sikap ini juga tak lepas dari kritik. Sebagian menganggap terlalu menunda bisa membuat seseorang kehilangan momentum, bahkan bisa terjebak dalam egoisme pribadi hingga lupa makna pernikahan sebagai ibadah dan penyempurna separuh agama.

Keduanya Baik, Asal Dilandasi Kesadaran

Jika ditarik benang merahnya, menikah muda maupun menunggu mapan sejatinya bukan soal mana yang lebih baik, tapi soal kesiapan dan kesadaran. Tidak semua orang yang menikah muda pasti gagal, dan tidak semua yang menunggu mapan pasti bahagia.

Pernikahan bukan lomba cepat-cepatan atau ajang pamer kemapanan. Yang paling penting adalah kesiapan mental, emosional, dan komitmen untuk menjalani kehidupan berdua dalam suka dan duka. Karena faktanya, berapa pun usia atau harta yang dimiliki, kalau hati belum siap, rumah tangga bisa goyah kapan saja.

Konsep Mapan yang Perlu Diluruskan

Satu hal yang perlu diluruskan, konsep mapan bukan berarti harus punya rumah, mobil, dan tabungan ratusan juta. Mapan itu soal kemampuan untuk bertanggung jawab, punya penghasilan yang layak untuk memenuhi kebutuhan dasar, serta kematangan berpikir dalam menyikapi masalah.

Banyak orang mapan secara materi, tapi rapuh secara emosional. Banyak pula yang sederhana dalam harta, tapi kokoh dalam prinsip dan mampu membangun keluarga yang harmonis.

Kesimpulan: Menikahlah Saat Siap, Bukan Saat Terburu-buru atau Terlalu Menunggu

Menikah muda ataupun menunggu mapan, keduanya bisa jadi pilihan bijak bila dijalani dengan persiapan yang matang. Jangan menikah karena terpaksa, karena gengsi teman sebaya, atau karena tekanan keluarga. Tapi juga jangan terlalu lama menunda dengan alasan mencari kesempurnaan yang tak pernah ada.

Karena hakikatnya, pernikahan bukan soal usia atau harta, tapi tentang kesiapan untuk bersama-sama bertumbuh, saling menopang, dan menua dalam ketulusan.


Pilihan itu milikmu. Yang penting bukan cepat atau lambatnya, tapi ketepatan waktunya.