Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Nasehat Nenek untuk Cucu: Jangan Lupa Sejarah Aceh di Akhir Masa

Minggu, 29 Juni 2025 | 13:06 WIB Last Updated 2025-06-29T06:08:57Z


Nasehat Nenek untuk Cucu: Jangan Lupa Sejarah Aceh di Akhir Masa

Oleh: Azhari

Nak, duduklah sebentar di samping Nenek. Di usia Nenek yang kian senja ini, mata memang mulai kabur, kaki tak lagi sekuat dulu, tapi ingatan tentang tanah Aceh ini tak pernah hilang. Nenek ingin kau tahu, karena di zaman kalian sekarang, banyak anak muda yang mulai lupa dari mana kita berasal.

Aceh ini, nak, dulu bukan sembarang negeri. Tanah ini disegani dari Mekkah sampai Istanbul. Dari pesisir India hingga Malaka. Aceh Darussalam itu pusat tamadun. Tempat alim ulama belajar, tempat pedagang singgah, dan tempat para syuhada berjuang.

Tapi kini, coba Nenek tanya, siapa di antara kalian yang masih mengenal nama Sultan Iskandar Muda? Atau Sultanah Safiatuddin? Masihkah anak muda membaca kisah Cut Nyak Dhien bukan sekadar karena film di bioskop? Atau sekadar tahu Laksamana Malahayati dari nama jalan?

Nenek sedih, nak. Zaman dulu, sejarah Aceh diceritakan di surau, di bale-bale, di ladang, bahkan di tepi sungai. Sekarang? Semua sibuk dengan layar di tangan. Sejarah Aceh digantikan cerita viral, berita pesohor, dan gosip selebriti.

Sejarah Itu Bukan Dongeng, Nak

Sejarah bukan cerita pengantar tidur. Ia adalah cermin yang menunjukkan siapa kita. Tanpa tahu sejarah, manusia mudah dibodohi. Tanpa ingat asal, manusia mudah diombang-ambing.

Aceh pernah jadi negeri kuat karena rakyatnya bersatu. Sultan dan ulama seiring sejalan. Pemuda berani mati, bukan hanya karena senjata, tapi karena keyakinan. Tapi lihatlah hari ini, banyak di antara kita terpecah belah hanya karena kepentingan sempit.

Nenek takut, jika anak cucu Aceh nanti hanya jadi penonton di negeri sendiri. Jika nama-nama besar dalam sejarah Aceh tinggal ukiran di batu nisan tanpa makna.

Jangan Lupa Tanah Leluhurmu

Nak, kalau nanti kau besar, Nenek minta jangan malu mengaku orang Aceh. Jangan lupa kampung halamanmu meski engkau ke kota. Jangan pernah biarkan sejarah Aceh dikubur oleh waktu, apalagi dihapus oleh orang yang tak mengenal leluhurmu.

Aceh ini pernah jadi benteng Islam di Asia Tenggara. Pernah jadi negeri yang ulama dan raja berdampingan. Negeri yang kalau ada penjajah masuk, satu kampung bisa bangkit. Tapi semua itu bisa hilang kalau anak cucunya tak peduli.

Belajarlah, nak. Bukan hanya pelajaran sekolah, tapi pelajari sejarah daerahmu. Kenali makam-makam pahlawan, datangi kampung-kampung tua. Baca naskah-naskah lama di perpustakaan. Karena di situ jati dirimu ditanamkan.

Jadilah Generasi yang Membangun, Bukan Melupakan

Zaman boleh berubah, teknologi boleh maju, tapi jangan jadikan itu alasan untuk abai. Aceh butuh generasi yang bukan hanya pandai berselancar di dunia maya, tapi juga paham di mana jejak leluhurnya.

Jadilah pemuda yang bisa bercerita tentang Sultan Iskandar Muda dengan bangga. Jadilah cucu yang tahu bahwa Cut Meutia bukan sekadar nama bandara, tapi pahlawan yang rela berkorban.

Jangan mau jadi bangsa yang mudah dipecah belah. Jangan jadi generasi yang hanya sibuk soal harta, jabatan, dan pencitraan, tapi lupa akan martabat bangsa sendiri.

Penutup: Sejarah Itu Warisan Jiwa

Nak, kalau nanti Nenek tak ada, Nenek minta satu saja. Rawatlah cerita tentang Aceh. Ceritakan kepada anak cucumu kelak. Karena yang membuat bangsa ini hidup bukan hanya bangunan, bukan hanya kekayaan, tapi cerita tentang perjuangan.

Dan ingat pesan Nenek, Aceh boleh kalah senjata, tapi jangan sampai kalah harga diri. Jangan sampai orang luar lebih tahu sejarahmu daripada kamu sendiri.

Karena saat kita lupa sejarah, saat itulah kita mulai hilang.


Aceh kuat karena sejarahnya, dan akan hancur kalau anak cucunya lupa.