Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Tuanku Hasyim dan Habib Abdurrahman Azzahir: Dua Karakter, Dua Jalan dalam Sejarah Aceh

Minggu, 22 Juni 2025 | 00:16 WIB Last Updated 2025-06-21T17:16:55Z




Sejarah Aceh tak hanya diwarnai oleh pertempuran melawan penjajah, tapi juga oleh intrik politik internal, perebutan pengaruh, dan pertarungan harga diri di antara tokoh-tokohnya. Salah satu kisah menarik terjadi di penghujung abad ke-19, saat muncul dua sosok dengan karakter yang bertolak belakang: Tuanku Hasyim Banta Muda — seorang panglima perang pemberani, jujur, dan tegas — dan Habib Said Abdurrahman Azzahir — seorang petualang politik yang licik dan ambisius.

Ambisi di Balik Pernikahan Politik

Habib Abdurrahman Azzahir dikenal sebagai sosok cerdas sekaligus ambisius. Demi melancarkan pengaruhnya di istana, ia menikahi Puteri Saribanun, janda dari Sultan Alaidin Suleiman Ali Iskandar, dengan harapan bisa mengendalikan Sultan Alaidin Mahmud Syah yang masih muda dan lemah. Awalnya, banyak pembesar istana tidak menyadari manuver politik Abdurrahman. Namun, seiring waktu, sepak terjangnya mulai menimbulkan keresahan.

Melihat gelagat itu, para pembesar kerajaan segera mengambil langkah. Dengan suara bulat, Tuanku Hasyim Banta Muda diangkat menjadi Waziruddaulah, Wazirul-Azzham, Wazirul Harb, dan Tadbiratussulthan Mulkil-Asyi. Artinya, ia menjadi orang yang berhak mengatur seluruh urusan kerajaan atas nama Sultan, sekaligus membentengi istana dari pengaruh asing yang negatif.

Tamparan yang Menggetarkan Istana

Keberanian dan ketegasan Tuanku Hasyim benar-benar teruji saat Habib Abdurrahman mulai terang-terangan melecehkan para panglima dan pembesar Aceh. Pada suatu hari Jumat di Masjid Raya Baiturrahman, Abdurrahman dengan sengaja menghina Teuku Nyak Raja Imuem Luengbata, panglima dalam istana, dengan sebutan kasar di hadapan banyak orang.

Meski suasana panas, Imuem Luengbata menahan diri karena menghormati masjid dan kehadiran Tuanku Hasyim. Usai shalat Jumat, hinaan itu kembali dilontarkan Abdurrahman, bahkan lebih keji. Saat itulah Tuanku Hasyim dengan tenang menasihati agar Abdurrahman meminta maaf. Namun, Abdurrahman merasa dirinya terlalu besar untuk ditegur.

Dengan ketegasan seorang panglima sejati, Tuanku Hasyim langsung menampar Abdurrahman hingga terpelanting. Tamparan itu bukan hanya menyingkirkan arogansi pribadi, tapi juga menjadi pesan keras bagi siapa pun yang coba mempermainkan marwah kerajaan Aceh.

“Minta maaf!” perintah Tuanku Hasyim tegas.

Dengan muka merah padam dan tanpa daya, Habib Abdurrahman akhirnya meminta maaf kepada Imuem Luengbata, dan sejak saat itu ia tak lagi berani bertindak seenaknya di hadapan Tuanku Hasyim.

Pengkhianatan yang Berujung Pelarian

Namun, watak petualang sulit untuk diubah. Tak lama setelah insiden itu, Habib Abdurrahman diduga terlibat dalam pengkhianatan terhadap Teuku Ibrahim Panglima Lamnga, salah satu panglima perang Aceh terbaik yang merupakan anak didik langsung Tuanku Hasyim. Panglima Lamnga terjebak dan gugur di medan tempur — sebuah peristiwa yang menyisakan tanda tanya besar di kalangan pejuang Aceh.

Mengetahui gelagat itu, Tuanku Hasyim segera mengutus orang kepercayaannya untuk menyelidiki. Namun sebelum semua terbongkar, Habib Abdurrahman melarikan diri ke pihak Belanda, dan kemudian meninggalkan Aceh menuju Jeddah menggunakan kapal Curacao. Ia menetap di sana hingga akhir hayatnya.

Akhir Perjalanan Sang Panglima Besar

Sementara itu, Tuanku Hasyim tetap setia memimpin perang rakyat Aceh, mendidik Sultan muda, dan menjaga martabat kerajaan. Beliau wafat dalam usia tua pada hari Jumat, 22 Januari 1897, dan dimakamkan dengan penuh hormat di halaman Masjid Padang Tiji, meninggalkan warisan keberanian dan keteladanan bagi generasi Aceh.

Penutup

Kisah ini menjadi cermin sejarah bahwa dalam perjuangan, bukan hanya senjata dan strategi yang menentukan, tapi juga keberanian moral untuk menegakkan kebenaran di hadapan siapa pun, bahkan terhadap orang yang berpura-pura suci di balik gelar.

Tuanku Hasyim adalah bukti bahwa pemimpin sejati tak segan bersikap tegas demi menjaga kehormatan bangsa, sementara petualang politik seperti Habib Abdurrahman Azzahir hanya meninggalkan jejak aib dan pengkhianatan.


#SejarahAceh #TuankuHasyim #HabibAbdurrahmanAzzahir #PerangAceh #MarwahAceh