Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Poma Rindu Aneuk

Sabtu, 19 Juli 2025 | 08:53 WIB Last Updated 2025-07-19T01:53:32Z



Dalam hidup yang penuh dinamika ini, tidak semua rindu dapat disampaikan dengan kata. Ada rindu yang menggumpal di dada, bergetar di setiap helaan napas, dan hanya bisa dititipkan pada doa dan waktu. Itulah rindu seorang poma (ayah) kepada aneuk-nya (anak), yang tak selalu bisa hadir secara fisik, tapi cintanya tak pernah berkurang sedikit pun.

Rindu yang Tidak Bersuara, Tapi Nyaring di Hati

Poma tidak banyak bicara. Ia tidak selalu mengungkapkan rasa rindu lewat kata manis atau pelukan hangat seperti seorang ibu. Tapi perhatikan caranya bekerja keras, caranya diam-diam mengingat ulang tahun anaknya, atau bahkan sekadar bertanya pada ibunya, "Aneuk kita jak sigai?"—itulah bentuk rindunya yang paling dalam.

Rindu poma sering kali dibungkus dalam kesunyian. Namun jangan salah, rindu itu nyata. Rindu itu terasa, terutama saat malam tiba dan suara anak tidak lagi terdengar di rumah. Ketika poma duduk sendiri di teras, matanya memandang jauh seolah melihat bayang anak yang dulu selalu minta digendong.

Ketegasan yang Penuh Kasih

Kadang, anak salah paham. Mereka mengira poma tidak sayang karena terlalu tegas, terlalu pendiam, terlalu sibuk. Padahal, ketegasan itu bukan karena tidak peduli, tapi karena ingin anaknya kuat. Keheningan itu bukan karena tidak cinta, tapi karena tidak ingin membebani. Kesibukannya bukan karena menjauh, tapi karena ingin anaknya punya masa depan yang layak.

Poma sering kali menyimpan luka dan lelahnya sendiri. Ia tahan lapar asal anaknya bisa sekolah. Ia korbankan keinginannya, demi melihat senyum sang anak tumbuh bersama mimpi-mimpi yang menjulang.

Doa yang Tak Pernah Terputus

Ketika jarak memisahkan, poma punya cara paling mulia untuk mencintai: lewat doa. Doa yang sederhana tapi tulus. Di sepertiga malam atau di sela-sela waktu kerja, poma menyebut nama anaknya. Meminta kepada Tuhan agar anaknya diberi keselamatan, kebahagiaan, dan keberkahan.

Doa itu tidak ditulis, tidak dikirim lewat pesan, tapi tercatat di langit dan dijawab oleh Tuhan dengan cara-Nya yang paling indah.

Untuk Anak yang Mulai Jauh

Anak-anak yang kini tumbuh dewasa kadang lupa dari mana mereka memulai. Lupa bagaimana dulu dipapah saat jatuh, diajarkan berdiri oleh tangan yang kasar tapi penuh kasih. Dunia mungkin menawarkan banyak hal, tapi jangan pernah lupa, di rumah ada seorang poma yang rindu, yang tak pandai berkata, tapi hatinya tak pernah lelah menyayangi.

Kembalilah. Jika tidak bisa secara fisik, kirimlah kabar. Tunjukkan bahwa poma tidak sendiri menanggung rindu.

 Rindu yang Jadi Semangat

Poma rindu aneuk bukan untuk menuntut balas kasih, tapi untuk memberi kekuatan. Karena dalam rindu itu, tersimpan harapan besar: agar sang anak tumbuh menjadi manusia yang berbakti, berguna, dan tetap ingat dari mana ia berasal.

Bagi para anak: Jadilah jawaban dari doa-doa poma. Dan bagi para poma: Tetaplah jadi pelita, meski cahaya itu redup dalam sunyi.

Karena rindu seorang poma adalah motivasi yang tidak akan pernah padam, bahkan ketika kata-kata tak lagi bisa diucapkan.