Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Abu Paya Pasi: Ulama Kharismatik, Penjaga Cahaya Ilmu di Aceh

Selasa, 12 Agustus 2025 | 23:05 WIB Last Updated 2025-08-12T16:08:06Z


Di tengah gempuran zaman, ketika sebagian orang mulai silau oleh gemerlap dunia, selalu ada sosok yang berdiri teguh menjadi mercusuar moral dan keilmuan bagi masyarakat. Salah satunya adalah Abu Paya Pasi — ulama kharismatik yang telah puluhan tahun mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan agama dan pembinaan umat di Aceh.

Lahir dengan nama lengkap Teungku H. Muhammad Ali bin Teungku H. Abdul Muthalleb pada 4 Agustus 1954 di Alue Dama, Aceh Utara, beliau tumbuh dalam kesederhanaan, namun dibesarkan dalam atmosfer religius yang kuat. Perjalanan keilmuannya berliku dan penuh pengorbanan. Dari Dayah Darul Munawwarah Krut Lintang, Dayah Darussa’adah Julok Cut, Dayah Malikussaleh Panton Labu, hingga menetap selama 12 tahun di Dayah Darul Huda Lung Angen, Abu Paya Pasi mengasah ilmu dan akhlak dengan kesabaran yang luar biasa.

Tidak cukup hanya menimba ilmu, beliau lalu menyalakannya kembali di hati para santri. Bersama gurunya dan keluarganya, Abu mendirikan Dayah Bustanul Huda di Desa Alue Cek Doi, Aceh Timur, pada 26 Juni 1991. Dari sinilah cahaya ilmu agama terus menyebar. Dari puluhan santri di awal berdiri, kini jumlahnya membeludak hingga sekitar 1.500 santriwan-santriwati — bukti bahwa keikhlasan dalam mengajar akan selalu menarik hati manusia.

Baru-baru ini, beliau diberi amanah besar: dilantik sebagai Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman Aceh. Ini bukan sekadar jabatan simbolis, melainkan pengakuan atas kapasitas keilmuan, akhlak, dan keteladanan yang telah beliau jaga sepanjang hidup. Imam besar Masjid Raya Baiturrahman bukan hanya pemimpin shalat di masjid ikonik itu, tetapi juga figur moral bagi umat, pusat rujukan fatwa, dan teladan dalam ibadah.

Di era di mana perhatian generasi muda sering tersedot ke layar ponsel dan tontonan dunia maya, keberadaan sosok seperti Abu Paya Pasi adalah pengingat bahwa ilmu agama dan akhlak mulia adalah fondasi utama ketangguhan umat. Beliau telah membuktikan bahwa kesuksesan sejati bukanlah pada seberapa tinggi jabatan duniawi yang diraih, melainkan pada seberapa banyak ilmu dan kebaikan yang ditanamkan di hati manusia.

Aceh butuh lebih banyak sosok seperti beliau — ulama yang bukan hanya menguasai kitab, tetapi juga membumi dalam pelayanan kepada masyarakat. Di tengah derasnya arus modernisasi, beliau berdiri sebagai jangkar yang menjaga agar kapal besar bernama Aceh tidak hanyut kehilangan arah.

Maka, pelantikan Abu Paya Pasi sebagai Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman bukan hanya momen seremonial, melainkan momentum untuk kembali mengingat peran vital ulama: membimbing umat menuju kebaikan, memperkuat akidah, dan menjaga warisan Islam di tanah Serambi Mekkah.

Semoga Allah memanjangkan usia beliau, memberkahi ilmunya, dan meneguhkan langkahnya dalam memimpin, mengajar, dan menjadi teladan. Dan semoga generasi muda Aceh tak hanya mengenal beliau lewat nama dan jabatan, tapi juga meneladani kesungguhan, kesabaran, dan keikhlasan yang menjadi ciri khas perjuangannya.