Oleh Azhari
Dalam perjalanan hidup yang penuh ketidakpastian ini, dua hal sederhana sering kali menjadi penentu ketenangan hati: bersyukur atas apa yang sudah dimiliki, dan bersabar atas apa yang sedang diusahakan. Dua kata yang tampak ringan diucapkan, tetapi begitu berat dijalani — karena keduanya menuntut kesadaran dan keikhlasan yang dalam.
Bersyukur bukan berarti pasrah. Ia adalah bentuk kesadaran spiritual bahwa apa pun yang kita miliki hari ini — besar atau kecil, banyak atau sedikit — adalah anugerah yang layak disyukuri. Kadang kita lupa, di tengah ambisi mengejar lebih, bahwa ada banyak orang yang diam-diam berdoa untuk memiliki kehidupan sederhana seperti yang kita jalani sekarang.
Syukur mengajarkan kita untuk melihat ke bawah, bukan ke atas. Melihat mereka yang kurang beruntung, bukan hanya mereka yang lebih kaya atau lebih berhasil. Saat hati dipenuhi rasa syukur, dunia terasa lebih damai. Kita tidak lagi berlomba untuk menjadi yang paling hebat, tapi berusaha menjadi yang paling bermanfaat.
Namun, di sisi lain, hidup juga menuntut sabar — terutama terhadap hal-hal yang belum kita miliki. Kesabaran bukan sekadar menunggu, tetapi tetap berusaha sambil percaya bahwa waktu Allah selalu tepat. Kadang yang kita inginkan belum datang, bukan karena Allah menolak, tetapi karena belum waktunya diberikan. Mungkin masih ada pelajaran, mungkin masih ada ujian, atau mungkin ada jalan yang lebih baik sedang disiapkan.
Syukur dan sabar adalah dua sisi mata uang kehidupan. Tanpa syukur, kita mudah gelisah karena merasa kurang. Tanpa sabar, kita cepat menyerah karena merasa gagal. Padahal, keduanya adalah kekuatan yang membuat hati tetap hidup, bahkan saat dunia terasa sempit.
Di tengah tekanan ekonomi, persaingan kerja, dan dinamika kehidupan yang serba cepat, kalimat “semoga Allah mudahkan” menjadi doa yang menenangkan. Ia bukan sekadar ungkapan pasrah, tetapi bentuk tawakal — bahwa setelah usaha, ada penyerahan diri kepada kehendak-Nya.
Sebab pada akhirnya, bukan seberapa banyak yang kita dapat yang menentukan kebahagiaan, tapi seberapa lapang hati kita menerima takdir dan berjuang tanpa kehilangan harapan. Bersyukur menjaga hati agar tidak sombong; bersabar menjaga jiwa agar tidak putus asa.
Dan di antara keduanya, di situlah letak keindahan iman — berjalan di atas jalan usaha, tapi tetap percaya bahwa semua kemudahan hanya datang dari Allah.
Semoga Allah mudahkan. 🌿