Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

TAKDIR ALLAH TIDAK BERUBAH

Senin, 21 Desember 2020 | 00:47 WIB Last Updated 2020-12-20T17:47:57Z
Ketahuilah bahwa takdir Allah azali, tidak ada sesuatu pun yang dapat merubahnya, baik suatu doa, shadaqah, shalat dan semacamnya, bahkan semua penciptaan terjadi menurut apa yang telah ditentukan oleh Allah pada azal tanpa ada perubahan.

Sedangkan firman Allah: 
يَمْحُوا اللّٰهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ (سورة الرعد: 39)
maka bukan berarti bahwa penghapusan dan penetapan pada takdir Allah. 

Sahabat Abdullah ibnu Abbas menafsirkan ayat ini dengan qadha’ muallaq. 

Sedangkan al-Imam asy-Syafi’i menafsirkannya dengan nasikh dan mansukh, yaitu bahwa Allah menghapus sesuatu di dalam al-Qur’an yang dikehendaki dengan mengangkat hukumnya dan menggantinya dengan hukum yang sesuai, dan Allah menetapkan sesuatu di dalam al-Qur’an dan tidak menghapusnya. Sesuatu yang diganti dan ditetapkan masing-masing terjadi pada kitab, dan hal ini terjadi pada masa kehidupan Rasulullah, sedangkan setelah wafatnya, maka tidak ada penghapusan. 
Maka sungguh sangat indah pernyataan seseorang:
سُبْحَانَ الَّذِىْ يُغَيَّرُ وَلَا يَتَغَيَّرُ
“Maha suci (Allah) yang telah merubah (makhluk) dan Dia tidak berubah.”

Perubahan terjadi pada makhluk-Nya, dan perubahan tidak terjadi pada Allah dan sifat-sifat-Nya.

Penghapusan pada kitab tidak terjadi pada kesengsaraan (asy-Syaqawah) dan kebahagiaan (as-Sa’adah).

Penghapusan yang terjadi pada Ummul Kitab selain masalah kebahagiaan (as-Sa’adah) dan kesengsaraan (as-Syaqawah). Karena masalah kebahagiaan dan masalah kesengsaraan tidak termasuk dalam hal penghapusan.

al-Baihaqi meriwayatkan dari Mujahid (murid Ibnu Abbas) bahwa beliau berkata tentang tafsir firman Allah (QS. ad-Dukhan: 4):  فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ yaitu “Allah menjelaskan pada malam Lailatul Qadr apa yang akan terjadi pada satu tahun yang berupa rizqi atau musibah, sedangkan masalah kesengsaraan dan kebahagiaan, maka hal itu tetap, tidak berubah.”

Oleh karena itu, TIDAK BOLEH BERDOA AGAR ALLAH MERUBAH KETETAPAN-NYA (TAKDIR-NYA). karena hal ini bertentangan dengan sifat kehendak Allah. Kehendak Allah terjadi tanpa ada perubahan.

Dalil bahwa takdir atau ketentuan Allah tidak berubah adalah sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh al-Hafizh Abdurrahman bin Abi Hatim dari Abu Hurairah:
سَأَلْتُ رَبِّيْ أَرْبَعًا فَأَعْطَانِيْ ثَلَاثًا وَمَنَعَنِيْ وَاحِدَةً، [1] سَأَلْتُهُ أَنْ لَا يُكْفِرَ أُمَّتِيْ جُمْلَةً فَأَعْطَانِيْ، [2] وَسَأَلْتُهُ أَنْ لَا يُهْلِكَهُمْ بِمَا أَهْلَكَ بِهِ الْأُمَمَ قَبْلَهُمْ فَأَعْطَانِيْهَا، [3] وَسَأَلْتُهُ أَنْ لَا يُظْهِرَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ فَيَسْتَأْصِلُهُمْ فَأَعْطَانِيْهَا، [4] وَسَأَلْتُهُ أَنْ لَا يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ فَمَنَعَنِيْهَا.
“Aku telah meminta kepada Tuhan-ku empat hal, maka dia memberikan kepadaku tiga hal dan menolak satu hal; (1) Aku telah meminta kepada-Nya agar ummatku tidak menjadi kafir dalam jumlah yang banyak, maka Dia mengabulkan permohonanku. (2) Aku meminta kepada-Nya agar tidak menghancurkan mereka seperti hancurnya ummat-ummat sebelum mereka, maka Dia mengabulkan permohonanku. (3) Aku meminta kepada-Nya agar tidak menampakkan permusuhan dengan kelompok lain, sehingga ummatku tetap bersatu dengan mereka, maka Dia mengabulkan permohonanku. Dan (4) aku meminta kepada-Nya agar tidak menjadikan pertumpahan darah di antara mereka, maka Dia menolak permohonanku.”
di dalam riwayat lain disebutkan:
قَالَ لِيْ: يَا مُحَمَّدٌ، إِنِّيْ إِذَا قَضَيْتُ قَضَاءً فَإِنَّهُ لَا يُرَدُّ.
“Dia (Allah) berfirman kepadaku: Ya Muhammad, sesungguhnya Aku jika telah menetapkan suatu keputusan, maka ia tidak dapat ditolak.”

Maka jika Allah merubah kehendak-Nya disebabkan adanya doa, niscaya Allah akan merubah kehendak-Nya untuk kekasih-Nya yang terpilih; Nabi Muhammad, tetapi Allah tidak merubahnya.

Sedangkan hadits riwayat at-Tirmidzi:
لَا يَرُدُّ الْقَضَاءَ شَيْءٌ إِلَّا الدُّعَاءُ
 “Tidak ada yang menolak qadha’ kecuali doa.”

maksudnya adalah qadha muallaq. Karena qadha itu ada dua macam, yaitu qadha muallaq dan qadha mubram yang tidak menerima perubahan.

Qadha Muallaq adalah qadha’ yang tertulis pada catatan malaikat yang diterima dari Lauh Mahfuzh. 

Contohnya: Tertulis pada catatan malaikat, jika si fulan bershilaturrahmi, berbakti kepada orang tua atau berdoa, maka ia akan hidup selama 100 tahun atau diberi rizki dan kesehatan. Dan jika si fulan tidak melakukan perbuatan kebaikan tersebut, maka dia akan hidup selama 60 tahun, tidak diberi rizki atau kesehatan. Inilah yang dinamakan qadha muallaq. Bukan berarti takdir (sifat) Allah tergantung pada perbuatan seseorang atau doanya. Allah maha mengetahui segala sesuatu. Allah maha mengetahui pada azal dua hal yang akan dipilih oleh seseorang dan apa yang akan terjadi.

Jadi yang mengalami perubahan adalah catatan para malaikat, sedangkan takdir Allah tidak berubah.

Jika ada yang bertanya: Buat apa kita berdoa jika takdir tidak berubah ? kita ingin sehat, tetapi takdirnya sakit ? kita ingin kaya, tetapi takdirnya miskin ?

Kita jawab: Doa merupakan ibadah, dengan berdoa kita akan mendapatkan pahala. Dengan berdoa merupakan pengakuan seorang hamba yang lemah kepada Allah yang menguasai dan mengatur hamba. 
Tugas manusia hanya berusaha dan tawakkal. Allah yang menentukan.

Ingatlah bahwa disebutkan di dalam al-Qur’an bahwa setiap makhluk dijamin rizkinya. Meskipun begitu, kita tidak hanya diam saja (pasrah pada takdir), menunggu rizki tanpa bekerja !!!

Begitu juga ketika kita sakit, kita tidak hanya diam (kalau Allah menakdirkan kita sehat, ya nanti akan sembuh juga sakitnya). Tentunya kita akan berusaha berobat kesana kemari. 

Begitu juga ketika kita lapar, kita tidak hanya diam (kalau Allah menentukan kita kenyang, ya nanti akan kenyang tanpa makan). Tentunya kita akan berusaha untuk makan.

Ingatlah bahwa Orang yang beriman kepada Allah, maka hendaknya dia senantiasa berpegang teguh pada firman-Nya:
لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُوْنَ 
“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.” (QS. Al-Anbiya’: 23)

Demikianlah penjelasan masalah takdir, semoga bisa dipahami.

Semoga hidayah, taufiq dan inayah Allah senantiasa diberikan kepada kita sehingga kita diberikan kebahagian dalam menjalani kehidupan yang beraneka ragam ujian yang menimpa kita, aamiin.