Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

PERAN PEREMPUAN DALAM MEREBUT KEMERDEKAAN ACEH

Sabtu, 20 Mei 2023 | 10:12 WIB Last Updated 2023-05-20T03:12:35Z

 MeNgenang sejarah Aceh dan melihat peran perempuan dalam lintasan peradaban konflik aceh , seakan melihat pada sebuah perjuangan yang luar biasa karena perempuan menjadi poros peradaban dan pejuang di tanah rencong.’ dimana perempuan jadi Poros yang menggerakkan seluruh lini kehidupan masyarakat Aceh, yang siap merespon dan berperang di  semua bentuk kekuatan yang menghampiri, melawan, dan tidak mau dikalahkan dengan semangatnya . Patut diketahui bahwa perempuan  ini dikemudian hari memiliki kontribusi dalam membentuk entitas ke-Aceh-an dan ke-Islam-an yang menjadi landasan acuan dalam masyarakat bahwa perempuan aceh tangguh dan siap membela agama untuk arus perbaikan dan perubahan merebut keadilan.



Pasukan Inong Balee yang dibentuk oleh sultan Alauddin Riayat syah Al- Mukammil merupakan armada perang yang semua personilnya terdiri dari para janda–janda yang ditinggalkan oleh suaminya, pasukan Inong Balee ini di pimpin oleh laksamana Malahayati.

Setelah terbentuknya armada Inong Balee yang terdiri dari para janda, maka berikutnya adalah peran armada ini dalam mempertahankan Kerajaan Aceh Darussalam, armada ini sangat berjasa dalam menjaga laut Aceh dari penjajahan Portugis yang ingin menguasai wilayah Aceh dan mengambil kekayaan Aceh dengan langkah pertama yang coba dirintis yaitu menguasai laut sebagai jalur transportasi pada saat itu.




Sejarah yang panjang tentang perebutan pengaruh kekuasaan di Aceh mulai dari perdagangan yang menjadi basis konflik, perang melawan Portugis, perang melawan Belanda, sampai perang antara milisi (GAM) dengan militer Indonesia, telah mengikutsertakan perempuan dalam seluruh kaitan kepentingan. Bencana tsunami menjadi peristiwa pembeda atas semua konflik yang telah terjadi, dan lebih kontlempatif (humanisme) untuk disikapi oleh masing-masing kelompok kepentingan. Ke depan, perempuan Aceh yang menjadi poros peradaban, masih didaulat untuk kembali menafsirkan peran beserta seluruh kolektifitas sejarahnya.



BELUM SIAP