Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Asmara TikTok dan Petaka Kehancuran Moral

Kamis, 24 April 2025 | 21:57 WIB Last Updated 2025-04-25T14:39:51Z


platform media sosial yang tak henti mengundang perhatian, telah merevolusi cara orang berinteraksi dan berkomunikasi. Di satu sisi, ia membawa kesenangan, hiburan, dan koneksi antarindividu dari berbagai belahan dunia. Namun, ada sisi gelap dari keberadaannya yang perlahan merasuk dalam kehidupan sehari-hari — sebuah petaka kehancuran moral yang terbungkus dalam sensasi viral dan keinginan untuk dilihat.

Asmara TikTok: Dimulai dari Kesenangan

TikTok menyediakan ruang bagi penggunanya untuk mengekspresikan diri, mulai dari menari, menyanyi, hingga berbagi cerita hidup. Tak jarang, aplikasi ini menjadi tempat untuk berbagi asmara — kisah cinta yang disulap menjadi tontonan. Video-video romantis, pernyataan cinta, atau tantangan pasangan sering kali viral di platform ini, menarik perhatian banyak orang.

Namun, seperti halnya asmara yang ada di dunia nyata, asmara digital di TikTok juga sering kali disertai dengan penipuan, pencitraan palsu, dan kepentingan pribadi. Banyak orang yang berusaha menunjukkan kehidupan asmara mereka seolah sempurna, padahal di balik layar, mereka berjuang dengan masalah pribadi yang tidak terlihat. Media sosial, dengan segala kemudahan aksesnya, memungkinkan kita untuk menciptakan citra diri yang jauh dari kenyataan.

Petaka Kehancuran Moral

Namun, di balik gemerlapnya TikTok sebagai alat ekspresi dan hiburan, terdapat dampak sosial yang sangat nyata. Petaka kehancuran moral ini datang dalam bentuk perilaku yang semakin jauh dari etika dan nilai-nilai luhur. Konten-konten yang seharusnya menjadi hiburan sehat malah sering kali berisi hal-hal yang merusak norma dan moral, seperti provokasi seksual, ujaran kebencian, atau bahkan perilaku ekstrem demi mengejar popularitas.

TikTok telah menjadi ladang subur bagi konten yang mengabaikan nilai-nilai moral. Para kreator konten yang mengejar followers dan like tak jarang mengorbankan akhlak demi sensasi semata. Ketika orang-orang lebih tertarik pada sensasi daripada makna, nilai moral masyarakat akan semakin tergerus.

Di sisi asmara, TikTok juga menyaksikan banyak pasangan yang menjadikan hubungan mereka sebagai "komoditas" demi eksistensi di dunia maya. Cinta yang seharusnya intim dan penuh kejujuran, berubah menjadi sesuatu yang hanya dihargai oleh banyaknya likes dan komentar. Hubungan yang tulus bisa jadi terdistorsi oleh keinginan untuk tampil sempurna di depan publik.

Menghadapi Asmara TikTok dengan Bijak

Sadar atau tidak, kita hidup di era yang penuh dengan distraksi. Teknologi yang awalnya membawa banyak manfaat kini juga menuntut kita untuk lebih bijak dalam menggunakannya. Asmara TikTok yang tampak menyenangkan ini perlu disikapi dengan hati-hati. Kita harus kembali pada nilai-nilai yang menghargai kemanusiaan, moral, dan hubungan yang sehat.

Bukan berarti kita harus menutup mata terhadap kehadiran TikTok. Sebaliknya, kita harus memanfaatkan teknologi dengan cara yang membangun, untuk menyebarkan hal-hal positif dan mendidik. Media sosial bisa menjadi wadah untuk menyebarkan cinta yang sejati, nilai yang bermanfaat, serta informasi yang edukatif.

Penutup

Kehidupan asmara di TikTok bisa menjadi kisah manis jika kita menggunakannya dengan bijak. Namun, jika kita terlena dengan gemerlapnya popularitas sesaat, kita akan melihat dunia maya ini berubah menjadi arena kehilangan moral yang dapat merusak fondasi sosial kita. TikTok bukanlah musuh, tapi alat yang membutuhkan tangan yang bijak untuk menuntun kita ke arah yang lebih baik.