Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Aceh: Bangsa yang Sulit Dikalahkan

Minggu, 15 Juni 2025 | 13:23 WIB Last Updated 2025-06-15T06:23:13Z


Aceh bukan sekadar provinsi di ujung barat Sumatra. Ia adalah bangsa tua yang tercipta dari sejarah panjang perlawanan, darah para syuhada, dan keteguhan adat yang tak lekang oleh zaman. Di tengah arus modernisasi dan perubahan geopolitik, Aceh tetap menyimpan kekuatan yang tak pernah benar-benar padam: harga diri, keyakinan, dan semangat perlawanan.

Sejarah mencatat, Aceh adalah bangsa yang terakhir bisa ditaklukkan secara militer oleh kolonial Belanda. Itu pun setelah lebih dari tujuh dekade perlawanan tanpa henti, dari pegunungan, sungai, hingga benteng-benteng tua. Teungku Chik di Tiro, Cut Nyak Dhien, hingga Sultan Iskandar Muda, bukan hanya tokoh sejarah, tetapi simbol karakter bangsa Aceh yang pantang tunduk.

Bahkan, pada abad ke-16 hingga 17, Aceh pernah berada dalam orbit kekuatan besar dunia, Turki Utsmani. Aceh meminta dan menerima dukungan militer dari Turki, ketika Portugis menguasai Selat Malaka. Meriam-meriam Turki dan panji kesultanan yang bercorak Utsmani adalah bukti bahwa Aceh pernah menjadi bagian dari geopolitik dunia Islam.

Kini, meski Aceh tidak lagi berperang dengan senjata, kekuatan itu tetap hidup dalam bentuk lain: keberanian bersuara, mempertahankan adat, dan menjaga harga diri. Aceh menjadi satu-satunya daerah di Indonesia yang mendapatkan kekhususan syariat Islam, warisan dari sejarah panjang peradaban Islam di Nusantara.

Aceh memang sering dicitrakan penuh gejolak. Tapi di balik itu, Aceh adalah bangsa yang tak mudah tunduk pada kepentingan luar yang merugikan rakyatnya. Sengketa empat pulau Aceh dengan Sumatra Utara hari ini, adalah ujian kecil dari keteguhan itu. Bangsa Aceh harus satu suara menuntut penyelesaian adil, karena ini bukan hanya soal peta, tapi soal marwah bangsa.

Kita mungkin tak lagi mengangkat rencong di medan laga, tapi kita harus tetap mempertahankan spirit keberanian itu dalam bentuk advokasi hukum, diplomasi cerdas, dan ketegasan sikap terhadap siapa pun yang mencoba merendahkan kehormatan Aceh.

Selama di dada rakyat Aceh masih mengalir darah para pejuang, Aceh akan selalu menjadi bangsa yang sulit dikalahkan — bukan karena kekuatan fisik, melainkan karena keteguhan prinsip, keyakinan, dan harga diri.

Penulis adalah Ketua DPP ABMA Aceh