Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Jangan Anggap Orang Lain Lembu, dan Pribadi Hebat Bagaikan Siga

Sabtu, 21 Juni 2025 | 22:46 WIB Last Updated 2025-06-21T15:46:43Z



Jangan Anggap Orang Lain Lembu, dan Pribadi Hebat Bagaikan Siga

Oleh: Azhari 

Dalam hidup ini, banyak orang yang silau oleh kekuasaan, jabatan, dan popularitas. Merasa diri paling hebat, paling berkuasa, dan lupa bahwa semua itu hanya titipan sementara. Lebih menyedihkan lagi, tak sedikit di antara kita yang memandang rendah orang lain, seolah mereka tak berharga, hanya karena posisi, harta, atau pengaruhnya tidak selevel. Seolah orang lain itu lembu — makhluk yang hanya disuruh, tak punya harga diri, dan layak diperlakukan semena-mena.

Padahal, roda kehidupan ini terus berputar. Hari ini mungkin kita di atas, besok belum tentu. Hari ini orang lain kita remehkan, siapa tahu esok merekalah yang menjadi penolong saat kita terpuruk. Hidup ini bukan tentang siapa yang lebih tinggi atau siapa yang lebih rendah, tapi tentang bagaimana kita menjaga hubungan baik dengan sesama, sebab semua ada masanya.

Pribadi Hebat Itu Bagaikan Siga

Di Aceh, ada istilah siga — batang kayu kokoh yang menjadi penyangga utama atap rumah tradisional. Siga itu tidak banyak bicara, tidak mencari pujian, tapi tanpanya, rumah bisa roboh. Orang hebat dalam hidup ini seharusnya seperti siga. Teguh pendirian, bermanfaat bagi orang banyak, dan tetap rendah hati.

Pribadi seperti siga tak perlu pamer kekuasaan. Ia tahu perannya, sadar kapasitasnya, dan selalu menjaga martabat. Tak pernah merasa paling benar, tak pernah merendahkan yang lemah, dan tetap merangkul yang kecil. Karena ia paham, sehebat apa pun dirinya, tetap butuh orang lain.

Jangan Anggap Orang Lain Lembu

Seringkali, saat mendapat jabatan atau kekuasaan, manusia lupa daratan. Merasa paling tinggi, lalu memperlakukan orang lain seperti lembu: disuruh-suruh, diperah tenaganya, dan dicampakkan setelah tidak berguna. Bahkan kawan seperjuangan pun ditinggalkan. Lebih buruk lagi, ada yang suka mengadu domba sesama hanya demi menjaga kursinya tetap hangat.

Padahal kita harus ingat, harga diri manusia tidak bisa diukur dari jabatan, uang, atau koneksi. Orang kecil yang hari ini kita anggap tak berguna, bisa jadi esok menjadi orang besar yang menentukan nasib kita. Jangan pernah remehkan siapa pun, karena Tuhan seringkali mengangkat derajat orang yang diremehkan.

Semua Ada Masanya

Sejarah hidup manusia selalu diwarnai pergiliran. Ada masa muda, ada masa tua. Ada masa kuat, ada masa lemah. Ada masa dipuja, ada masa dilupakan. Tak ada jabatan yang abadi, tak ada kekuasaan yang kekal. Yang abadi adalah amal baik dan nama baik yang kita tinggalkan.

Betapa banyak orang yang dulunya disegani, kini tak diingat. Betapa banyak yang dulunya berkuasa, kini hanya cerita. Maka, janganlah karena kekuasaan sesaat, kita tega memutus silaturahmi, mengkhianati kawan, atau merendahkan orang lain. Sebab saat masa itu habis, hanya hubungan baiklah yang bisa menyelamatkan kita dari sepi dan kehinaan.

Jalin Silaturrahmi, Jangan Tinggi Hati

Yang lebih penting dari kekuasaan dan jabatan adalah silaturahmi. Hubungan yang tulus tanpa kepentingan. Karena orang besar itu bukan yang memiliki banyak pengikut saat berkuasa, tapi yang tetap dihormati saat tidak lagi memegang kuasa. Bukan yang disegani karena jabatan, tapi karena kebaikan hati dan kelapangan jiwa.

Silaturrahmi itu menambah umur, memperluas rezeki, dan menyelamatkan nama baik. Sementara sombong, memutus hubungan, dan merendahkan orang lain hanya akan mempersempit jalan rezeki dan mempercepat kejatuhan.

Akhir Kata

Mari kita jadi pribadi siga, bukan pribadi yang merasa tinggi karena titipan sesaat. Jangan pernah anggap orang lain lembu, karena harga diri manusia itu mulia. Ingat, semua ada masanya. Kekuasaan, harta, dan jabatan bisa habis, tapi nama baik dan silaturrahmi yang tulus akan abadi.

Karena pada akhirnya, kita semua akan kembali menjadi manusia biasa, yang hanya dikenang dari apa yang telah kita tanamkan. Maka, tanamlah kebaikan, rangkullah yang lemah, dan jangan pernah memutus hubungan, sebab kita tidak tahu siapa yang akan menolong di masa sulit nanti.