Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Jangan Korbankan Ibu Demi Istri

Minggu, 15 Juni 2025 | 02:23 WIB Last Updated 2025-06-14T19:23:31Z


 



“Sehebat-hebat istri, ia tetap orang yang datang belakangan. Dan seburuk-buruk ibu, ia tetap orang yang melahirkan.”


Di banyak keluarga, terutama di budaya kita yang masih kental nilai ketimurannya, persoalan relasi antara ibu, istri, dan suami kerap menjadi masalah sensitif. Tak jarang seorang anak laki-laki terjebak di antara dua wanita paling penting dalam hidupnya: ibunya yang melahirkannya, dan istrinya yang mendampinginya.

Ada pepatah lama yang berbunyi “Surga itu di bawah telapak kaki ibu”. Tapi sayangnya, di zaman ini, banyak anak lelaki yang justru lebih takut pada istrinya daripada hormat kepada ibunya. Banyak yang tega mengabaikan, bahkan memutus hubungan dengan ibunya demi menyenangkan hati pasangan.

Padahal seharusnya, seorang laki-laki cerdas dalam menempatkan cinta. Ibu dan istri itu dua sosok yang berbeda posisi, tapi sama mulianya. Ibu adalah sebab kita ada di dunia. Istri adalah sebab rumah tangga kita bisa lengkap. Keduanya tidak untuk diperbandingkan, apalagi dipertentangkan.

Ibu Tak Pernah Memilih Dibuang

Tidak ada ibu yang rela anaknya berpaling. Sejak kecil, saat tubuh kita lemah, kitalah yang jadi prioritasnya. Ibu tak pernah peduli apakah dirinya lapar, selama anaknya kenyang. Ia tak peduli tubuhnya sakit, selama anaknya sehat.

Tapi sungguh ironis, ketika anak yang dibesarkannya dengan peluh dan airmata itu, saat dewasa justru tega membiarkan ibunya menua sendiri, hanya karena sang istri tidak suka.

Tak sedikit cerita tentang seorang ibu yang tidak lagi diundang ke rumah anaknya. Tentang seorang ibu yang airmatanya jatuh di sudut rumah, saat tahu anaknya lebih memihak istrinya daripada dirinya. Tentang seorang ibu yang diam-diam merindukan cucunya, tapi takut meminta, karena hubungan dengan menantunya dingin.

Jangan Terkecoh Cinta Buta

Cinta kepada istri itu wajib, tapi jangan sampai membutakan akal. Laki-laki yang bijak tahu bahwa ridha Allah itu bergantung pada ridha ibunya. Seberapapun marahnya istri, seorang suami harus bisa menjaga hubungan baik dengan ibunya.

Lelaki yang baik tidak membiarkan istri berkata kasar kepada ibunya. Lelaki yang waras tak akan menuruti kemauan istri yang ingin menjauhkan dirinya dari ibu kandungnya. Dan lelaki yang bermartabat akan tetap bersujud memohon maaf di hadapan ibunya, meski rumah tangganya sedang diuji.

Jika ada masalah antara istri dan ibu, suamilah yang harus cerdas bersikap. Bukan memihak secara membabi buta, tapi menjadi penengah yang adil dan lembut. Menjaga kehormatan ibu tanpa menyakiti hati istri. Dan menjaga perasaan istri tanpa menyingkirkan ibu.

Karena Ibu Tak Akan Pernah Ada Dua

Istri bisa berganti, tapi ibu hanya satu. Kalau ibu sudah tiada, tak ada yang bisa menggantikan pelukan hangatnya. Tak ada yang bisa menggantikan doanya di sepertiga malam, atau suaranya yang lembut membangunkan sahur.

Jangan bodoh. Jangan pernah menukar restu ibu dengan ketenangan semu dari pasangan. Karena hidup ini terlalu singkat untuk diisi dengan penyesalan.

Akhirnya…

Wahai para suami, jadilah pemimpin yang bijak di rumah tanggamu. Jangan korbankan ibumu demi istri. Dan wahai para istri, ingatlah — lelaki yang menghormati ibunya, adalah lelaki yang tahu cara memuliakan wanita.

Sebab jika hari ini ia tega mengabaikan ibunya karena kamu, jangan kaget jika kelak saat kamu menua, anak-anak kalian pun akan memperlakukanmu dengan cara yang sama.

Jangan korbankan ibu demi istri. Sebab tak ada surga yang lebih nyata selain di bawah telapak kakinya.


Azhari 
Pemerhati Keluarga & Sosial