:
Oleh: Azhari
Hidup ini ladang. Setiap hari kita menanam sesuatu. Ada yang menanam benci, dengki, iri hati, dan fitnah. Ada pula yang menanam senyum, kebaikan, doa, dan budi. Pilihan ada di tangan kita.
Sayangnya, banyak orang lebih mudah menanam benci. Karena benci itu ringan di lidah, cepat di hati, dan mudah dipupuk dengan prasangka. Tanpa sadar, kebencian yang kita tebar hanya akan kembali menyakiti diri sendiri. Sebab kebencian itu seperti duri yang menusuk penanamnya.
Padahal, alangkah indahnya kalau kita menanam budi. Sebab budi itu akan berbuah ketenangan, dihormati orang lain, dan dikenang sepanjang masa. Orang yang menanam budi, tak akan pernah rugi. Walau kadang tak langsung dipuji, tapi pasti disayangi Tuhan dan manusia.
Mengapa harus menanam benci, kalau menanam budi jauh lebih menenangkan?
Mengapa sibuk mencari aib orang lain, kalau kita bisa memperbaiki diri?
Mengapa memilih jadi penyulut kebencian, kalau kita bisa jadi sumber kedamaian?
Karena hidup ini singkat. Yang akan dikenang orang bukan harta atau jabatan kita, tapi kebaikan dan budi pekerti yang pernah kita tanam.
Maka, tanamlah budi, tinggalkan benci. Karena benci akan membakar hidup kita perlahan, sementara budi akan tumbuh jadi pohon keberkahan.
Hidup terlalu indah untuk dipenuhi dendam. Mari taburkan budi, karena itu warisan paling abadi.