Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Keripik Pisang dan Hikmah dalam Hidup

Minggu, 22 Juni 2025 | 10:42 WIB Last Updated 2025-06-22T03:42:25Z




Oleh: Azhari 

Siapa yang tak kenal keripik pisang? Makanan ringan sederhana ini sudah jadi teman setia di berbagai suasana — saat santai di warung kopi, pelengkap ngobrol sore, hingga camilan pengganjal lapar di sela-sela kerja. Di balik renyah dan manisnya keripik pisang, sebenarnya tersimpan filosofi hidup yang layak kita renungkan.

Dari Pisang Mentah Hingga Keripik Renyah

Keripik pisang lahir dari proses yang tak mudah. Pisang yang dipetik, dikupas, diiris tipis-tipis, lalu digoreng dalam minyak panas. Proses itu membuat pisang yang awalnya mentah dan sederhana, berubah menjadi camilan renyah yang digemari banyak orang.

Begitu pula hidup kita. Untuk menjadi manusia yang matang, kuat, dan berguna, kita harus melewati berbagai ujian, tekanan, dan cobaan. Kadang hidup memaksa kita berada dalam ‘minyak panas’ masalah. Tapi justru dari situlah karakter dan ketangguhan kita dibentuk.

Manis di Akhir, Bukan di Awal

Pisang yang dijadikan keripik biasanya dipilih dari pisang mentah atau setengah matang. Karena jika terlalu matang, hasilnya kurang renyah. Artinya, tak semua hal yang instan atau langsung manis itu baik untuk proses panjang. Kadang kita harus bersabar, mulai dari kondisi yang belum sempurna, diproses perlahan, agar hasil akhirnya bisa dinikmati.

Begitu pula dalam hidup. Kita tak perlu memaksakan segalanya harus sempurna dari awal. Proses itu penting. Kegagalan, luka, dan kejatuhan adalah bagian dari proses menuju hidup yang lebih baik. Sebab hidup bukan tentang siapa yang paling cepat berhasil, tapi siapa yang paling kuat bertahan dalam proses.

Keripik Pisang Mengajarkan Kerendahan Hati

Keripik pisang bukan makanan mewah. Ia sederhana, dijual di warung kecil sampai pasar tradisional, tapi dicari banyak orang. Filosofinya, tidak perlu menjadi orang paling kaya, paling terkenal, atau paling berkuasa untuk bisa bermanfaat. Jadilah seperti keripik pisang, sederhana tapi bisa menghibur, bisa membahagiakan, bisa menenangkan orang lain dengan kehadiran dan kebaikan hati.

Hidup bukan tentang siapa yang paling tinggi, tapi siapa yang paling ikhlas memberi manfaat meski kecil.

Akhir Kata

Dari sepotong keripik pisang, kita belajar bahwa hidup adalah proses. Ada pahit, ada manis. Ada panas, ada renyah. Yang penting bukan seberapa cepat kita sampai, tapi seberapa kuat kita bertahan dan seberapa besar manfaat yang bisa kita bagi.

Jangan terlalu khawatir dengan ujian hidup. Seperti pisang dalam minyak panas, ujian itu yang akan membuat kita lebih matang, lebih kuat, dan lebih bijak. Dan di ujung jalan, akan ada saatnya kita bisa menikmati hasil dari kesabaran dan usaha itu.

Maka, jadilah seperti keripik pisang: sederhana, tapi dirindukan banyak orang, memberi manfaat, dan membawa kebahagiaan.