“Kata-kata adalah pedang yang bisa menyembuhkan, bisa pula melukai. Terlebih bila diucapkan oleh orang yang paling dekat di rumah.”
Rumah tangga dibangun bukan hanya dengan cinta, tapi juga dengan komunikasi yang baik. Kata-kata adalah jembatan yang menghubungkan hati dua insan. Tapi sayangnya, dalam banyak rumah tangga, ada istri yang tanpa sadar atau bahkan sengaja, menggunakan kata-kata yang tidak pantas kepada suaminya, anaknya, bahkan kepada mertua atau keluarga besar.
Perkataan yang kasar, menyakitkan, merendahkan, atau tidak sopan bukan hanya soal etika, tapi bisa menjadi sumber retaknya rumah tangga. Kata-kata yang buruk bisa menjadi duri dalam hati yang sulit diobati, bahkan meskipun sudah meminta maaf.
Bahaya Komunikasi Buruk dari Seorang Istri
Jangan remehkan dampak buruk dari kata-kata yang tidak pantas dalam keluarga. Seorang istri yang sering berbicara dengan nada tinggi, menyindir, mengejek, atau berkata kasar kepada suami, perlahan meruntuhkan wibawa dan harga diri pasangannya.
Begitu pula kepada anak-anak. Jika anak tumbuh dengan mendengar ibunya berkata kotor atau kasar kepada ayahnya, itu akan menjadi luka batin yang membekas dan bisa memengaruhi cara anak berkomunikasi di masa depan. Anak bisa tumbuh tanpa respek terhadap ayah, bahkan tanpa etika dalam berbicara.
Kepada mertua atau keluarga besar, komunikasi buruk dari seorang istri bukan hanya soal sopan santun, tapi juga menjaga kehormatan diri dan suami. Jangan sampai karena emosi sesaat atau kebiasaan buruk, seorang istri tega mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan kepada orang tua suaminya.
Komunikasi Istri Mencerminkan Akhlak
Adab seorang istri dalam berbicara adalah cerminan akhlaknya. Rumah tangga yang baik dibangun dari kelembutan tutur kata, bukan kerasnya suara. Rasulullah SAW sendiri mencontohkan komunikasi yang lembut dan penuh kasih sayang kepada istri-istrinya, begitu pula sebaliknya.
Istri yang pandai menjaga kata-kata akan membuat rumah tangga terasa nyaman. Suami yang lelah bekerja akan tenang bila disambut dengan kata-kata yang menenangkan. Anak-anak pun akan merasa aman dan damai bila ibu mereka berbicara penuh kelembutan.
Sebaliknya, bila komunikasi seorang istri dipenuhi kemarahan, sindiran, kata kasar, dan suara tinggi, maka rumah tangga akan menjadi medan ketegangan. Suami bisa kehilangan rasa hormat, anak-anak bisa tumbuh dalam ketakutan, dan hubungan keluarga besar bisa retak.
Jangan Jadikan Rumah Sebagai Arena Pertengkaran
Komunikasi buruk dalam rumah tangga seringkali muncul karena hal-hal sepele. Kecewa, kesal, atau merasa tidak dihargai bisa menjadi alasan. Tapi itu bukan pembenaran untuk berkata seenaknya. Istri yang baik tahu bagaimana menyampaikan keluh kesah tanpa harus melukai.
Sampaikan rasa kecewa dengan cara yang bijak. Kalau marah, tahan sebentar, tenangkan diri, lalu bicaralah dengan bahasa yang tidak menyakitkan. Rumah bukan arena untuk saling memaki. Rumah adalah tempat untuk saling menguatkan.
Akhirnya…
Rumah tangga yang baik bukan hanya soal seberapa banyak uang yang masuk, tapi soal bagaimana cara berbicara di dalamnya. Suami memang wajib menjaga istri, tapi istri pun wajib menjaga lidahnya.
Komunikasi seorang istri yang tidak pantas dalam keluarga bukan hanya merusak hubungan dengan suami, tapi juga meninggalkan jejak buruk di hati anak-anak dan keluarga besar. Jaga tutur kata, jaga nada bicara, karena luka di hati akibat kata-kata lebih sulit sembuh daripada luka fisik.
“Istri yang mulia bukan yang selalu benar, tapi yang pandai berkata baik saat sedang benar, dan tetap sopan saat sedang marah.”
[Nama Anda]
Pemerhati Etika Keluarga