Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Oknum Pembunuh Berantai dalam Organisasi

Sabtu, 21 Juni 2025 | 13:40 WIB Last Updated 2025-06-21T06:40:28Z


Setiap organisasi dibentuk atas cita-cita mulia. Baik organisasi sosial, pemuda, agama, pendidikan, kemanusiaan, apalagi organisasi pemerintahan — semuanya dibangun atas semangat kebersamaan untuk memperjuangkan nilai, harapan, dan kepentingan banyak orang. Namun di balik cita-cita itu, ada ancaman laten yang sering tak disadari: keberadaan oknum pembunuh berantai dalam organisasi.

Bukan, mereka bukan pembunuh dengan senjata tajam atau peluru. Tapi mereka membunuh organisasi dengan cara yang lebih berbahaya: fitnah, adu domba, intrik busuk, sabotase, pengkhianatan, dan kepentingan pribadi. Mereka bekerja diam-diam, licik, tapi dampaknya mematikan.

Organisasi Itu Rumah Bersama

Organisasi sejatinya rumah besar untuk menampung ide, gagasan, dan harapan bersama. Di dalamnya, orang-orang berkumpul membawa latar belakang berbeda, tujuan hidup berbeda, tapi disatukan oleh kepentingan kolektif. Nilai dasar organisasi adalah solidaritas, kejujuran, dan keikhlasan berjuang.

Namun sayang, dalam perjalanannya, banyak organisasi hancur bukan karena serangan dari luar, melainkan karena pengkhianatan dari dalam. Ibarat rumah yang lapuk karena rayap, bukan karena badai.

Siapa Mereka?

Mereka adalah oknum-oknum yang menempati posisi strategis, atau sekadar pengikut aktif yang licik. Mereka biasa menyamar sebagai “pejuang”, memakai topeng keikhlasan, rajin menyebut nama Tuhan di setiap kata pembuka rapat, tapi diam-diam menyimpan agenda pribadi.

Ciri-cirinya:

  • Rajin membangun geng kecil, sekumpulan loyalis yang setia membela bukan karena prinsip, tapi karena ketakutan kehilangan posisi.
  • Pintar bersilat lidah, membelokkan kebenaran jadi fitnah, menyulap fakta jadi rumor murahan.
  • Suka mengadu domba, memprovokasi atasan dan bawahan, membenturkan teman lama, menciptakan konflik horizontal agar dia bisa tampil sebagai pahlawan penengah.
  • Tampil heroik di depan forum, bicara soal moral, etika, organisasi, sementara di belakang layar dia pelaku utama pembunuhan karakter.
  • Berambisi kekuasaan tapi minim karya. Lapar posisi, haus jabatan.

Mereka biasanya menyusup ke organisasi bukan untuk membesarkan lembaga, tapi membesarkan ego dan dompetnya. Dan sayangnya, jenis manusia begini bukan barang langka. Hampir setiap organisasi pasti ada.

Cara Kerja Mereka

Mereka bekerja seperti pembunuh berantai, pelan-pelan, sistematis. Mulai dari menyebar kabar burung kecil, memecah belah antar anggota, membuat kubu-kubu, memanipulasi informasi, menjatuhkan orang baik, menjerumuskan pemimpin ke pusaran konflik, hingga akhirnya organisasi lumpuh.

Mereka jarang terlihat berkonfrontasi langsung. Lebih suka main di belakang layar. Di depan, tersenyum ramah. Di belakang, menusuk diam-diam. Dan seperti virus, sifat licik mereka menular ke anggota lain. Organisasi yang awalnya sehat jadi sakit, penuh kecurigaan, suasana rapat jadi panas, dan produktivitas lembaga menurun drastis.

Dampak Fatal

Organisasi yang dibiarkan diisi oknum seperti ini akan mengalami kematian pelan-pelan. Awalnya orang-orang baik mundur karena muak. Para pendukung setia mulai apatis. Anggota baru malas bergabung. Akhirnya tinggal sisa orang-orang oportunis yang bermental penjilat dan tak peduli lagi terhadap nilai.

Lambat laun:

  • Program-program organisasi mandek.
  • Keuangan tak transparan.
  • Konflik internal tak berkesudahan.
  • Nama baik organisasi rusak di mata publik.
  • Rekam jejak lembaga diabaikan.

Lebih jauh, organisasi semacam itu akhirnya hanya jadi alat kepentingan sekelompok orang. Bukan rumah bersama lagi. Bukan lembaga perjuangan lagi. Tapi kuburan hidup bagi idealisme dan integritas.

Kenapa Bisa Ada?

Karena pemimpin dan anggota terlalu lemah menindak. Seringkali pemimpin organisasi enggan bertindak tegas karena takut kehilangan dukungan. Sering kali, pengurus memilih kompromi demi kedamaian semu. Padahal membiarkan racun di dalam tubuh organisasi sama saja bunuh diri pelan-pelan.

Selain itu, ketiadaan mekanisme evaluasi dan kontrol internal yang sehat membuat oknum seperti ini bebas bergerak. Mereka bisa masuk ke ruang keputusan, mengatur kebijakan, bahkan mengendalikan ketua. Organisasi pun diseret ke arah yang salah.

Solusi: Bersih-Bersih Internal

Tidak ada cara lain kecuali bersih-bersih internal. Oknum pembunuh organisasi harus dilenyapkan. Jika perlu, copot, keluarkan, buang sejauh mungkin dari lingkaran keputusan. Karena membiarkan satu orang licik sama dengan membiarkan virus membunuh tubuh organisasi secara total.

Beberapa langkah konkret:

  • Lakukan audit moral dan etika rutin. Bukan hanya audit keuangan.
  • Ciptakan ruang kritik internal yang terbuka tanpa ancaman.
  • Pimpinan organisasi harus berani tegas, bukan cari aman.
  • Anggota harus lebih loyal pada nilai, bukan pada oknum.
  • Bangun budaya meritokrasi, bukan budaya geng.

Organisasi Butuh Orang Waras

Organisasi butuh orang-orang waras, jujur, tulus, dan berani. Bukan orang yang pintar main akal dan menghalalkan segala cara. Jangan sampai lembaga-lembaga perjuangan sosial, keagamaan, mahasiswa, profesi, bahkan negara, rusak hanya karena satu dua orang yang tamak.

Organisasi besar karena orang baik di dalamnya kompak. Dan organisasi mati bukan karena musuh di luar, tapi karena pengkhianat di dalam.

Penutup: Berani Melawan, Demi Organisasi Sehat

Akhirnya, keberanian moral menjadi harga mati. Tidak cukup sekadar pintar berwacana di rapat, tapi tak berani melawan kemungkaran di internal. Organisasi yang waras lahir dari orang-orang berani meluruskan yang bengkok, bukan yang sibuk ikut arus demi aman.

Kita semua punya tanggung jawab moral menjaga organisasi tetap sehat. Jangan biarkan satu dua pembunuh berantai merusak rumah besar kita bersama.

Ingat, sejatinya, musuh terbesar sebuah organisasi bukan di luar sana. Tapi di dalam rumahnya sendiri. Dan hanya organisasi yang berani membersihkan penyakit internal yang akan bertahan dan dihormati.