Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Penjara dan Pelajaran Kehidupan dari Sekitar

Rabu, 04 Juni 2025 | 21:40 WIB Last Updated 2025-06-04T14:40:49Z



Penjara dan Pelajaran Kehidupan dari Sekitar

Oleh: Azhari 

Di atas dunia yang semakin sibuk dengan kejaran ambisi dan hiruk-pikuk pencapaian, sering kali kita lupa bahwa ada manusia-manusia yang terpinggirkan, terperangkap di balik tembok dingin, atau bahkan terpenjara dalam dirinya sendiri. Kita mengenalnya dengan istilah penjara. Namun sesungguhnya, penjara bukan hanya bangunan bercat kelabu dengan jeruji besi, melainkan juga ruang batin di mana banyak manusia tanpa sadar terjebak.

Di balik tembok lembaga pemasyarakatan, tersimpan ribuan kisah tentang manusia yang pernah salah jalan, terperosok oleh godaan, atau terjebak dalam nasib. Di dalamnya, ada air mata penyesalan, ada tekad untuk kembali, ada asa untuk mendapat kesempatan kedua. Namun di luar sana, di tengah-tengah masyarakat yang katanya bebas, banyak pula yang sesungguhnya masih hidup dalam penjara batin: terkurung oleh rasa takut, dendam, iri, dan ego yang tak pernah selesai.

Penjara Fisik dan Penjara Sosial

Seringkali kita begitu cepat menghakimi orang-orang di balik jeruji. Padahal, banyak dari mereka yang hanya tersandung oleh satu kesalahan, kalah dalam satu pertempuran, atau tertipu oleh keadaan. Sementara di luar sana, banyak pula orang yang hidup bebas namun moralnya terpenjara oleh kerakusan, kepentingan, dan tipu daya.

Dalam kehidupan sehari-hari, tak jarang kita menemukan penjara sosial. Stigma yang melekat kepada mantan narapidana, label buruk yang diwariskan dari generasi ke generasi, atau cemoohan terhadap orang-orang yang pernah salah langkah. Padahal, setiap manusia punya sisi gelapnya sendiri. Hanya saja, sebagian orang sempat tertangkap, sementara yang lain masih bebas berkeliaran.

Yang lebih menyakitkan, terkadang masyarakat membiarkan koruptor dan pengkhianat bangsa hidup terhormat, sementara mereka yang pernah jatuh di kesalahan kecil dihukum habis-habisan secara sosial. Kita hidup di negeri yang seringkali terlalu mudah memaafkan orang besar yang bersalah, tapi terlalu kejam pada rakyat kecil yang tergelincir.

Madrasah Kehidupan di Balik Jeruji

Di balik jeruji besi, banyak pelajaran kehidupan yang sesungguhnya bisa kita petik. Di sana, manusia dipaksa berhadapan dengan dirinya sendiri. Tak ada topeng, tak ada pangkat, tak ada popularitas. Yang tersisa hanyalah nurani dan ingatan akan dosa-dosa yang telah dilakukan.

Bagi sebagian orang, penjara justru menjadi ruang kontemplasi yang tidak pernah mereka dapatkan di luar. Di sana, waktu berjalan lambat, merenung menjadi aktivitas rutin, dan penyesalan hadir sebagai tamu abadi. Banyak narapidana yang akhirnya menemukan kembali keimanannya, memahami makna hidup yang selama ini diabaikan, dan menyusun tekad untuk kembali menjadi manusia yang lebih baik.

Sejarah membuktikan, banyak tokoh besar yang lahir dari penjara. Nelson Mandela, misalnya, menjadi simbol perlawanan dan kemanusiaan setelah melewati 27 tahun penahanan. Di Indonesia, Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, hingga Tan Malaka juga pernah merasakan dinginnya ruang tahanan karena perjuangan ideologi dan kemerdekaan.

Hidup dan Kesempatan Kedua

Kehidupan ini sesungguhnya adalah tentang kesempatan kedua. Tak ada manusia yang sepenuhnya sempurna. Semua orang pernah tergelincir dalam kesalahan, meski dalam kadar dan bentuk yang berbeda. Ada yang bisa kembali memperbaiki diri, ada yang terus terjebak dalam lingkaran dosa.

Namun sering kali, masyarakat lupa memberi kesempatan kedua. Stigma mantan narapidana terus menghantui, peluang kerja ditutup, akses pendidikan anak-anak mereka tersendat. Padahal, jika benar kita meyakini bahwa manusia bisa berubah, mestinya kita tak ragu memberi ruang untuk mereka kembali ke tengah masyarakat.

Dalam Alquran, Allah SWT berulang kali menyebutkan tentang pentingnya taubat dan pengampunan. Bahwa seburuk apa pun kesalahan seorang hamba, selama ia sungguh-sungguh ingin memperbaiki diri, maka jalan ampunan itu terbuka luas.

Pelajaran dari Sekitar Kita

Dari lingkungan sekitar, sebenarnya banyak pelajaran yang bisa diambil. Kita bisa belajar dari mereka yang pernah tergelincir lalu bangkit. Betapa berat beban stigma sosial, betapa perihnya hidup dalam pengucilan, betapa beratnya menapaki kehidupan baru dengan bayang-bayang masa lalu.

Namun di sisi lain, kita juga bisa melihat betapa kuatnya hati manusia yang tetap teguh ingin berubah. Mereka yang kembali dari penjara dan mampu hidup baik di tengah masyarakat adalah contoh nyata bahwa manusia bisa belajar dari kesalahan.

Kita pun sebaiknya bercermin. Bukankah selama ini kita pun terpenjara oleh banyak hal? Terpenjara oleh keinginan duniawi, oleh rasa iri dan dengki, oleh dendam yang tak selesai, oleh kemalasan, atau oleh arogansi. Hanya saja jerujinya tak terlihat, karena kita masih diberi kebebasan bergerak di luar.

Penjara Adalah Cermin

Sesungguhnya, penjara bukan hanya tempat bagi mereka yang dihukum hukum negara. Ia juga cermin bagi kita semua. Mengingatkan bahwa kesalahan bisa menimpa siapa saja, bahwa kehidupan bisa sekejap membalikkan nasib. Dan yang paling penting, bahwa nilai kemanusiaan seharusnya tak berhenti pada pagar hukum, melainkan terus hadir lewat pengampunan, kesempatan kedua, dan ruang bagi orang-orang yang ingin memperbaiki diri.

Sudah saatnya masyarakat lebih bijaksana menyikapi keberadaan mantan narapidana. Memberi mereka ruang untuk beraktivitas, mengembangkan keterampilan, dan kembali menjadi manusia yang bermanfaat bagi lingkungan. Sebab ketika kita menutup pintu kesempatan, kita sesungguhnya tengah menjerumuskan mereka kembali ke lubang gelap kesalahan.

Penutup

Akhirnya, penjara adalah pelajaran kehidupan, baik bagi mereka yang berada di dalamnya maupun kita yang hidup di luar. Ia mengajarkan nilai kebebasan, pentingnya introspeksi, beratnya beban kesalahan, dan betapa berharganya kesempatan kedua.

Mari kita buka hati, lebih bijaksana dalam memandang manusia. Karena pada dasarnya, semua orang pernah salah, hanya waktu dan bentuknya saja yang berbeda. Hari ini mungkin mereka, besok bisa jadi kita. Dan di tengah dunia yang serba fana ini, tak ada yang lebih mulia daripada manusia yang mampu memaafkan, memberi kesempatan, dan menjadi jalan bagi orang lain untuk berubah.

Karena sejatinya, hidup adalah tentang belajar, jatuh, bangkit, dan memberi ruang untuk orang lain berbuat baik.