Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Saatnya Pemuda Aceh Bangkit Lewat Ekonomi Kreatif

Jumat, 06 Juni 2025 | 02:34 WIB Last Updated 2025-06-05T19:35:00Z




Oleh: Azhari 

Di tengah stagnasi politik lokal, terbatasnya lapangan kerja, dan kelesuan ekonomi rakyat pasca konflik, pemuda Aceh hari ini dihadapkan pada pilihan sulit: menunggu atau menciptakan peluang sendiri. Dan di antara berbagai sektor, ekonomi kreatif menjadi jalan yang paling realistis, progresif, dan bermartabat untuk keluar dari ketergantungan.


Potensi Ekonomi Kreatif Aceh

Aceh bukan provinsi biasa. Ia memiliki warisan budaya, tradisi kuliner, seni kerajinan, serta kekayaan alam yang sangat potensial untuk dikemas menjadi produk ekonomi kreatif. Mulai dari tenun tradisional, seni ukir, kopi Gayo, wisata religi, hingga kerajinan rakyat.

Namun, selama ini potensi itu hanya jadi bahan pameran saat event-event seremonial, tanpa menjadi basis ekonomi yang kuat untuk rakyat muda.

Pertanyaannya: kenapa pemuda Aceh belum maksimal masuk ke ranah ini?


Ekonomi Kreatif Bukan Hanya Seni, Tapi Ide dan Keberanian

Banyak yang salah kaprah menganggap ekonomi kreatif itu sebatas seni dan kerajinan. Padahal, inti ekonomi kreatif adalah kemampuan menciptakan nilai tambah dari ide. Entah itu lewat aplikasi digital, konten video budaya, desain produk lokal, atau festival kampung yang bisa menarik wisatawan.

Pemuda Aceh punya potensi besar di sini. Banyak anak muda Aceh yang sebenarnya kreatif, tapi tersendat karena minim fasilitas, kurang dukungan pemerintah, dan lingkungan sosial yang masih alergi terhadap hal-hal baru.


Kenapa Pemuda Aceh Harus Masuk Ekonomi Kreatif?

  1. Karena Politik Tak Menjamin Apa-apa
    Terlalu banyak pemuda Aceh terjebak di politik praktis, berharap proyek atau jabatan. Padahal itu semu dan sementara. Ekonomi kreatif bisa memberi kemandirian dan harga diri.

  2. Pasar Digital Terbuka Lebar
    Hari ini pasar tak lagi soal lokasi, tapi soal konten. Produk kreatif anak Aceh bisa dijual ke luar negeri lewat internet. Kopi, kerajinan bambu, atau kain tenun Aceh bisa tembus pasar global asal dikemas dengan baik.

  3. Mengangkat Budaya dan Identitas Lokal
    Ekonomi kreatif tak hanya soal bisnis, tapi soal perlawanan budaya. Lewat film, musik, atau desain produk lokal, pemuda bisa memperkenalkan Aceh ke dunia tanpa harus jadi politisi.


Tantangan dan Solusinya

Masalahnya, banyak anak muda Aceh terjebak mental pesimis, takut gagal, dan minim modal. Selain itu, regulasi pemerintah daerah juga belum berpihak penuh kepada pelaku kreatif muda. Seringkali yang dapat fasilitas justru hanya kolega elite.

Solusinya:

  • Bangun komunitas kreatif lintas bidang, tak hanya di Banda Aceh, tapi sampai ke kabupaten.
  • Dorong pemerintah membuat regulasi dan dana khusus bagi start-up ekonomi kreatif.
  • Ajak pemuda dayah, desa, kampus, dan kota ikut terlibat. Biar ekonomi kreatif tak hanya jadi milik segelintir anak muda kota.
  • Perluas akses pelatihan digital marketing, desain produk, hingga pengelolaan bisnis online.

 Ekonomi Kreatif, Jalan Baru Pemuda Aceh

Aceh harus berhenti berharap pada elite politik. Harus berhenti terjebak nostalgia perjuangan tanpa perbaikan ekonomi. Saatnya pemuda Aceh ambil peran lewat kreativitas. Karena ekonomi kreatif bukan hanya soal bisnis, tapi soal mempertahankan identitas, membangun harga diri, dan membuktikan bahwa anak muda Aceh bisa sukses tanpa menjadi kaki tangan oligarki.

Aceh butuh lebih banyak anak muda yang berani mencipta, bukan hanya meminta. Bukan cuma pejuang di tahun politik, tapi pejuang di pasar kreatif digital.

Kalau bukan kita, siapa lagi?