Menjadi pemimpin bukan sekadar soal jabatan, kekuasaan, atau wewenang. Lebih dari itu, pemimpin adalah amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban, bukan hanya di hadapan manusia, tetapi juga di hadapan Allah SWT di akhirat kelak. Tak peduli sekecil apapun lingkup kepemimpinan itu — entah kepala negara, bupati, camat, bahkan seorang kepala desa (keuchik) — semua pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang mereka pimpin.
Sebagian orang mungkin menganggap jabatan kepala desa hanyalah urusan administratif belaka: mengatur anggaran, membangun jalan, membagikan bantuan, dan mengelola aset desa. Padahal, di balik itu semua ada tanggung jawab moral dan spiritual yang sangat besar. Tanggung jawab yang tidak hanya selesai di dunia, tapi akan dibawa hingga ke akhirat.
Kepemimpinan Itu Amanah, Bukan Warisan
Sering kali jabatan kepala desa diwariskan secara turun-temurun atau diperebutkan karena faktor kedekatan politik dan kekuasaan. Padahal, kepemimpinan bukan hak warisan, bukan pula alat balas budi, melainkan amanah yang berat.
Rasulullah SAW bersabda:
"Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang kepala desa bertanggung jawab atas keadilan di desanya, keamanan masyarakatnya, kejujuran dalam mengelola dana desa, keadilan dalam pembagian bantuan, dan memastikan warganya hidup damai dan harmonis. Bila pemimpin itu lalai, maka bukan hanya rakyat yang menderita di dunia, tapi dirinya akan terancam di akhirat.
Dana Desa Bukan Warisan, Tapi Amanah Umat
Salah satu ujian berat bagi kepala desa di era sekarang adalah pengelolaan dana desa. Setiap tahun, miliaran rupiah dana dari pemerintah pusat dikucurkan untuk membangun desa. Tapi mirisnya, di banyak daerah, dana ini justru menjadi ladang korupsi, ajang memperkaya diri, dan alat politik segelintir elit lokal.
Kepala desa yang berani menyelewengkan dana desa, membagikan proyek kepada keluarga, atau memotong hak rakyat demi keuntungan pribadi, sejatinya sedang menggali kuburannya sendiri. Mungkin di dunia bisa mengelak, bersembunyi di balik administrasi, atau membeli pengaruh, tapi di akhirat kelak, tak ada yang bisa disembunyikan.
Allah SWT berfirman:
"Dan janganlah kamu memakan harta orang lain secara batil dan kamu sampaikan kepada hakim (untuk mendapat keputusan) padahal kamu mengetahui kesalahannya." (QS. Al-Baqarah: 188)
Keadilan Pemimpin Ditimbang di Akhirat
Tidak ada pemimpin yang lepas dari pengawasan Allah. Setiap keputusan kepala desa — mulai dari pembagian zakat, bantuan sosial, proyek pembangunan, hingga pengelolaan tanah kas desa — akan ditimbang kelak.
Kepala desa yang adil akan mendapat naungan Allah di hari kiamat. Sebagaimana sabda Rasulullah:
"Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Salah satunya adalah pemimpin yang adil." (HR. Bukhari dan Muslim)
Namun sebaliknya, kepala desa yang dzalim, pilih kasih, memeras warganya, atau menutup mata terhadap kemungkaran di desanya akan diminta pertanggungjawaban seberat-beratnya. Jabatan yang dulu dibangga-banggakan di dunia bisa menjadi laknat di akhirat.
Jadilah Pemimpin yang Menjadi Doa Masyarakat
Pemimpin yang baik bukan hanya dikenang di dunia, tetapi juga didoakan dalam kebaikan. Seorang kepala desa bisa saja sederhana, tanpa gelar, tanpa koneksi tinggi, tapi bila ia adil, amanah, dekat dengan warganya, serta takut kepada Allah, maka doa-doa dari lisan masyarakat yang tertindas akan menjadi cahaya baginya di akhirat.
Sebaliknya, kepala desa yang zalim, korup, sombong, dan menindas warganya, bisa saja terlihat hebat saat menjabat, tapi kelak akan dikenang dalam laknat dan doa buruk orang yang ia sakiti. Dan lebih dari itu, ia akan dimintai pertanggungjawaban yang berat di hadapan Allah.
Penutup: Jabatan Itu Sementara, Akhirat Itu Abadi
Kepala desa, sekecil apapun desanya, sebesar apapun kekuasaannya, sejatinya adalah wakil rakyat sekaligus hamba Allah yang memegang amanah. Jabatan itu pasti habis, masa itu pasti lewat. Tapi setiap keputusan, tindakan, dan kebijakan yang pernah dibuat akan dimintai pertanggungjawaban kelak.
Jangan jadikan jabatan sebagai alat mencari kekayaan sesaat, karena dunia ini fana dan akhirat itu nyata. Gunakan jabatan untuk melayani, bukan dilayani. Jadilah pemimpin yang jujur, adil, dan amanah, karena sejatinya setiap jabatan yang diemban akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.
Semoga setiap kepala desa di negeri ini menyadari betapa beratnya tanggung jawab yang mereka pikul, bukan hanya di mata hukum negara, tapi juga di hadapan keadilan Allah di akhirat kelak.