Nak, ayah menulis ini dengan tangan yang bergetar. Bukan karena lelah bekerja, tetapi karena rindu yang menumpuk sampai tak lagi mampu ditahan di dalam dada. Setiap malam ketika lampu kota mulai redup dan semua orang memejamkan mata dalam hangatnya rumah, ayah masih terjaga memikirkanmu.
Ayah memandang foto kecilmu di dompet, foto yang selalu ayah bawa ke mana pun ayah pergi. Senyummu itu, nak—senyum yang membuat ayah tetap berdiri meski badai kehidupan menerpa dari segala penjuru. Senyummu yang menguatkan ayah ketika dunia terasa sangat berat dan perjalanan terasa sangat panjang.
Nak, ayah rindu.
Bukan rindu yang ringan. Tapi rindu yang membuat dada sering sesak, yang membuat tidur ayah tak pernah benar-benar nyenyak, yang membuat ayah memandang langit sambil berdoa:
“Ya Allah, sehatkan anakku. Lindungi dia dalam setiap langkahnya. Dan segerakan waktu kami untuk berkumpul kembali.”
Mengapa Ayah Pergi Jauh?
Mungkin suatu hari, ketika engkau dewasa, engkau akan bertanya:
“Ayah kenapa selalu jauh? Kenapa ayah tidak ada saat aku lomba di sekolah, saat aku sakit, atau saat aku ingin bercerita?”
Ayah ingin kau tahu: Ayah pergi bukan karena tidak sayang. Ayah jauh bukan karena ingin pergi.
Ayah memilih jalan yang sulit ini karena ingin melihatmu tumbuh tanpa kekurangan. Ayah bekerja keras karena ingin memastikan masa depanmu lebih baik dari masa depan ayah. Ayah rela menelan rindu karena ingin melihat engkau berdiri gagah suatu hari nanti dan berkata:
“Ayahku pejuang. Ayahku tidak menyerah meskipun hidup sulit.”
Nak, ayah ingin engkau tumbuh menjadi lelaki atau perempuan yang kuat—yang tahu bahwa impian tidak datang begitu saja. Bahwa kesuksesan butuh air mata, pengorbanan, dan kesabaran panjang.
Ayah Selalu Ada, Meski Tidak Selalu Terlihat
Mungkin tubuh ayah tidak selalu di rumah, tetapi hati ayah tidak pernah jauh. Ayah selalu mengikuti langkahmu, meskipun dari jarak yang tidak terjangkau oleh tangan.
Saat engkau belajar membaca, Ayah berdoa untuk kecerdasanmu.
Saat engkau berlari di halaman, Ayah membayangkan suara tawamu.
Saat engkau tertidur memeluk boneka kecil, Ayah memeluk doa agar malaikat menjagamu.
Dan saat engkau menangis pelan memanggil:
“Ayah, cepat pulang…”
Ayah merasa dada ini seperti diremas. Tidak ada yang lebih menyakitkan bagi seorang ayah selain tidak mampu memeluk anaknya ketika anaknya membutuhkan.
Tapi percayalah nak— Ayah pulang bukan soal waktu, Tapi soal takdir yang harus diperjuangkan.
Belajarlah Menjadi Kuat
Nak, dunia ini tidak mudah. Kadang kita harus berpisah untuk belajar arti bertahan. Kadang kita harus menahan air mata untuk mengerti makna kebahagiaan. Ayah ingin engkau tumbuh menjadi pribadi hebat, bukan hanya karena ayah menyayangimu, tetapi karena dunia menuntut itu.
Jika suatu hari engkau kecewa, Jangan menyerah seperti orang lemah. Bangkitlah seperti pejuang. Tegakkan kepalamu tinggi, karena engkau anak dari seorang ayah yang tidak pernah menyerah.
Ingatlah satu hal:
Tidak ada jarak yang mampu memutuskan cinta seorang ayah pada anaknya.
Doa Ayah Setiap Malam
Nak, setiap sujud panjang ayah, ayah selalu memohon:
“Ya Allah, satukan kami kembali dalam satu rumah, satu kabupaten, satu kehidupan yang damai tanpa jarak dan tanpa rindu yang menyakitkan.”
Ayah tidak meminta kaya, Ayah tidak meminta dunia, Ayah hanya meminta kesempatan untuk melihatmu tumbuh dari dekat— Bukan hanya lewat layar ponsel.
Karena ayah ingin menjadi bagian dari setiap langkahmu, Bukan hanya tamu yang datang sesekali.
Janji Ayah
Nak, dengarkan ini: Ayah tidak akan menyerah. Ayah akan terus berjuang sampai hari itu datang. Hari ketika ayah mengetuk pintu rumah dan berkata:
“Ayah pulang. Sekarang kita bersama selamanya.”
Dan engkau berlari memeluk ayah dengan air mata bahagia.
Sampai hari itu tiba, Peganglah rindu ini baik-baik. Jadikannya kekuatan, bukan kesedihan.
Karena rindu bukan tanda lemah, Tetapi tanda cinta yang tidak pernah hilang.
Penutup
Nak, Jika engkau membaca ini suatu hari nanti, Ingatlah kata-kata ayah:
“Ayah pergi bukan menjauh, tapi mempersiapkan masa depan untuk kita.”
“Ayah rindu bukan karena jarak panjang, tapi karena kasih sayang yang dalam.”
Dan sampai napas terakhir ayah, Ayah akan selalu mencintaimu tanpa syarat, tanpa batas, tanpa berhenti.
Nak, Ayah Rindu.